Jaga Kelestarian Alam dan Budaya Bali Lewat Pengembangan Hunian Berbasis Kearifan Lokal
Pascapandemi Covid-19, Bali kembali menggeliat sebagai salah satu destinasi wisata para pelancong baik lokal maupun turis manca negara.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) Bali mencatat sepanjang enam bulan pertama tahun ini, kedatangan wisatawan mancanegara di Pulau Dewata ini sebanyak 2.910.679 orang, atau meningkat 23,59% dibandingkan periode yang sama tahun 2023.
Sementara itu, volume Pengunjung Domestik pada bulan Juni 2024 tercatat 898.355 orang. Angka ini terus melampaui jumlah pengunjung domestik di rentang tahun 2020 hingga 2023.
BPS Bali mencatat pada April 2024, Tingkat Penghunian Kamar (TPK) pada hotel berbintang tercatat sebesar 52,71%, atau naik 13,38% dari periode yang sama tahun 2023 yang hanya mencapai 44,31%.
Masifnya pembangunan properti di Pulau Dewata membuat NPG Indonesia, perusahaan pengembang properti yang berbasis di Bali, memberikan pandangan terhadap kondisi tersebut.
Evgeny Obolentsev, General Manager NPG Indonesia menyebutkan telah terjadi perubahan minat para wisatawan ke area baru seperti Seseh, Kedungu, Cemagi, dan Tabanan menjadi salah satu pertanda terbukanya peluang baru di sektor properti untuk berkembang.
“Pertanyaan yang kerap muncul adalah bagaimana kita menyikapi masifnya perkembangan industri properti di Bali, sembari tetap menjaga kelestarian alam dan budaya Bali itu sendiri?” tukasnya.
Menurut Evgeny Obolentsev, pembangunan Bali tetap harus mengedepankan keseimbangan. "Bagaimana cara menjaga agar Bali tetap menjadi surga tropis bagi wisatawan, tanpa mengorbankan alam dan budaya yang sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu,” tuturnya.
Lebih lanjut, Evgeny Obolentsev menjelaskan, NPG selalu mengedepankan prinsip-prinsip keberlanjutan dalam setiap proyek hunian yang dikembangkan.
Menurutnya, NPG Indonesia adalah pengembang yang memfokuskan diri dalam pengembangan real estat di Bali melalui penyelarasan bangunan, fasilitas, dan gaya hidup modern dengan alam dan lingkungan sekitar.
“Dalam membangun proyek hunian, kami sebisa mungkin mempertahankan area hijau dan pepohonan yang ada, sehingga kami bisa memiliki area hijau hingga 50% dari total Pembangunan. Dan ini merupakan tantangan tersendiri,” tuturnya.
Tantangan sebenarnya adalah bagaimana menyesuaikan bangunan dengan alam sekitar. Karena hal itulah yang membuat semua orang jatuh cinta kepada Bali, yaitu alam dan budayanya.
“Seperti halnya Ecoverse, proyek hunian premium yang sedang kami kerjakan dengan target penyelesaian di Kuartal Keempat 2025. Kami selalu mengaplikasikan beberapa fitur keberlanjutan seperti energi terbarukan di setiap unit melalui penggunaan panel tenaga surya, sistem pengolahan sampah, filter air osmosis dan Rain Water Trap,” kata Evgeny.
Ecoverse adalah sebuah komplek hunian yang menghadirkan 34 unit apartemen serta 16 unit townhouse dengan 2 dan 3 lantai yang memberikan kenyamanan luar biasa melalui fasilitas konstruksi berkualitas tinggi serta keharmonisan dengan alam sekitar.
“Kami bisa mengalihkan keahlian kami dari Eropa dalam mendirikan bangunan. Hal ini sangat penting bagi kami agar tercipta keseimbangan yang harmonis antara pertumbuhan pariwisata dengan alam dan budaya Bali itu sendiri,” pungkasnya.
Tag: #jaga #kelestarian #alam #budaya #bali #lewat #pengembangan #hunian #berbasis #kearifan #lokal