AS Desak China Cegah Iran Tutup Selat Hormuz, Harga Minyak Bisa Melonjak
Peta Selat Hormuz. Amerika Serikat menyerukan China agar mencegah Iran menutup Selat Hormuz, jalur vital 20 persen pasokan minyak dunia. Ketegangan meningkat usai serangan udara AS ke Iran.(Wikimedia Commons)
11:32
23 Juni 2025

AS Desak China Cegah Iran Tutup Selat Hormuz, Harga Minyak Bisa Melonjak

Amerika Serikat (AS) mendesak China agar mencegah Iran menutup Selat Hormuz. Seruan ini disampaikan menyusul serangan udara AS ke sejumlah fasilitas nuklir Iran pada Sabtu (21/6/2025) lalu.

Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio menyatakan, China memiliki pengaruh besar terhadap Iran. Sebab, Negeri Tirai Bambu itu merupakan pelanggan terbesar minyak Iran dan menjalin hubungan dekat dengan Teheran.

“Saya mendorong pemerintah China untuk segera menghubungi mereka, karena mereka sangat bergantung pada Selat Hormuz untuk kebutuhan minyak,” ujar Rubio dalam wawancara di Fox News, Minggu (22/6/2025).

Iran sebelumnya mengeluarkan peringatan keras. Menteri Luar Negeri Iran menegaskan bahwa Teheran “mempertahankan semua opsi untuk menjaga kedaulatan negaranya.”

Sementara itu, media pemerintah Iran melaporkan bahwa parlemen negara tersebut telah mendukung usulan penutupan Selat Hormuz. Namun, keputusan final tetap berada di tangan Dewan Keamanan Nasional Iran.

Dikutip dari CNBC, Selat Hormuz merupakan jalur perairan strategis yang menghubungkan Teluk Persia dan Laut Arab. Sekitar 20 juta barel minyak per hari—atau sekitar 20 persen dari konsumsi minyak dunia—melewati selat sempit antara Iran dan Oman itu.

Jika selat tersebut ditutup, dampaknya bisa signifikan terhadap pasokan energi global. Goldman Sachs dan konsultan energi Rapidan Energy memperkirakan harga minyak bisa menembus 100 dolar AS per barel jika penutupan berlangsung lama.

Namun, analis JPMorgan menilai kemungkinan Iran benar-benar menutup Selat Hormuz tetap rendah. Pasalnya, langkah tersebut bisa dianggap sebagai deklarasi perang oleh AS.

Rubio juga menegaskan bahwa penutupan selat akan menjadi bumerang bagi Iran sendiri.

“Itu akan menjadi bunuh diri ekonomi. Sebab, ekspor minyak Iran juga melewati selat tersebut,” ujarnya.

Iran tercatat sebagai produsen minyak terbesar ketiga di Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC), dengan produksi 3,3 juta barel per hari. Dari jumlah tersebut, 1,84 juta barel diekspor pada bulan lalu—mayoritas ke China.

“Jika selat ditutup, itu artinya Iran menghentikan aliran minyaknya sendiri ke China. Itu akan memangkas salah satu sumber pendapatan utama mereka,” kata Matt Smith, analis utama minyak di Kpler.

Rubio menambahkan bahwa AS masih memiliki berbagai opsi untuk merespons upaya Iran menutup Selat Hormuz. Ia menegaskan bahwa tindakan seperti itu akan memicu respons keras, tidak hanya dari AS tetapi juga dari negara-negara lain.

AS sendiri menempatkan Armada Kelima Angkatan Lautnya di Bahrain, yang bertugas mengamankan jalur perdagangan maritim di kawasan Teluk Persia.

Kendati banyak pelaku pasar percaya bahwa Angkatan Laut AS bisa mengatasi ancaman dengan cepat, sejumlah analis mengingatkan bahwa risiko mungkin lebih besar dari yang diperkirakan.

“Mereka (Iran) bisa mengganggu pelayaran di Selat Hormuz jauh lebih lama daripada yang diperkirakan pasar,” kata Bob McNally, pendiri Rapidan Energy dan mantan penasihat energi Presiden George W. Bush.

Menurut McNally, gangguan bisa berlangsung berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan, bukan hanya hitungan jam atau hari seperti yang diyakini sebagian besar pelaku pasar.

“AS pada akhirnya mungkin akan menang, tapi itu bukan perkara mudah,” kata McNally.

Tag:  #desak #china #cegah #iran #tutup #selat #hormuz #harga #minyak #bisa #melonjak

KOMENTAR