Israel Serang Iran, Wall Street ''Kebakaran''
Ilustrasi Wall Street, bursa saham AS New York Stock Exchange.(UNSPLASH/ADITYA VYAS)
07:04
14 Juni 2025

Israel Serang Iran, Wall Street ''Kebakaran''

- Bursa Saham New York alias Wall Street,  "kebakaran" pada perdagangan Jumat  (13/6/2025) waktu setempat. Investor merespons negatif tindakan Israel yang meluncurkan serangkaian serangan udara ke Iran.

Serangan tersebut mendorong harga energi naik dan menambah kerumitan di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik.

Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup anjlok 769,83 poin atau 1,79 persen pada 42.197,79. S&P 500 turun 1,13 persen menjadi 5.976,97, sementara Nasdaq Composite melemah 1,30 persen ke posisi 19.406,83.

Saham-saham seperti Nvidia dan lainnya yang sebelumnya memimpin reli pasar dari posisi terendah di bulan April ikut melemah karena investor melepas aset berisiko.

Sebaliknya, saham energi dan pertahanan justru menguat. Exxon naik 2 persen, sedangkan Lockheed Martin dan RTX masing-masing melonjak lebih dari 3 persen.

Penurunan pasar dimulai Kamis malam setelah Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menyatakan keadaan darurat khusus menyusul serangan Israel ke Iran. Sementara pejabat AS mengatakan bahwa tidak ada keterlibatan atau bantuan dari pihak AS.

Pada Jumat, pelemahan pasar semakin dalam setelah Pasukan Pertahanan Israel menyatakan bahwa Iran meluncurkan rudal ke arah Israel sebagai balasan atas serangkaian serangan udara Israel.

Televisi pemerintah Iran melaporkan pada Jumat sore bahwa Iran tidak akan berpartisipasi dalam putaran keenam negosiasi nuklir dengan AS yang dijadwalkan akhir pekan ini.

Kontrak berjangka minyak mentah Brent dan West Texas Intermediate (WTI) melonjak lebih dari 7 persen. Pada satu titik, harga minyak WTI hampir mencapai 74 dollar AS per barrel. Harga emas pun naik ke level tertinggi dalam hampir dua bulan karena permintaan terhadap aset aman meningkat.

“Konflik ini menambah tantangan terhadap berbagai kekhawatiran besar yang sudah membayangi pasar—dan itu tidak akan hilang begitu saja. Kenaikan harga minyak mentah, jika berlanjut, hampir pasti akan berdampak langsung terhadap angka inflasi,” kata Mark Malek, Kepala Investasi di Siebert Financial.

Pecahan rudal Iran meninggalkan jejak kobaran api di langit Nablus, Tepi Barat, Palestina, setelah serangan tersebut dicegat oleh pertahanan udara Israel pada Jumat, 13 Juni 2025. Perang Israel-Iran belakangan ini terus memanas.AFP/ZAIN JAAFAR Pecahan rudal Iran meninggalkan jejak kobaran api di langit Nablus, Tepi Barat, Palestina, setelah serangan tersebut dicegat oleh pertahanan udara Israel pada Jumat, 13 Juni 2025. Perang Israel-Iran belakangan ini terus memanas.Presiden Donald Trump dalam unggahannya di Truth Social pada Jumat pagi memperingatkan Iran agar kembali ke meja perundingan.

“Sudah banyak kematian dan kehancuran, tetapi masih ada waktu untuk menghentikan pertumpahan darah ini—apalagi serangan berikutnya direncanakan lebih brutal. Iran harus membuat kesepakatan sebelum semuanya hancur dan menyelamatkan apa yang dulu dikenal sebagai Kekaisaran Iran,” tulis Trump.

“Cukup sudah kematian, cukup sudah kehancuran. Lakukan sekarang, sebelum terlambat,” sebutnya

Dalam unggahan terpisah sebelumnya, Trump menyatakan bahwa ia memberi Iran kemungkinan kesempatan kedua untuk menyepakati perjanjian nuklir.

“Dua bulan lalu saya memberi Iran ultimatum 60 hari untuk ‘membuat kesepakatan’. Mereka seharusnya melakukannya! Hari ini adalah hari ke-61,” tulisnya.

Secara terpisah, survei University of Michigan yang dirilis Jumat menunjukkan peningkatan sentimen konsumen bulan lalu. Survei Konsumen universitas tersebut naik menjadi 60,5 pada bulan Juni, jauh di atas perkiraan Dow Jones yang hanya 54, atau meningkat 15,9 persen dibandingkan bulan sebelumnya.

Penurunan tajam pada Jumat menyeret seluruh indeks utama ke zona merah untuk pekan ini. S&P 500 turun 0,4 persen, Nasdaq merosot 0,6 persen, dan Dow Jones melemah 1,3 persen selama sepekan.

Tag:  #israel #serang #iran #wall #street #kebakaran

KOMENTAR