Penjelasan Pertamina Terkait Impor Minyak dan Gas dari AS
Direktur Utama PT Pertamina Simon Aloysius Mantiri dalam Konferensi Pers Capaian Kinerja Pertamina Tahun 2024 di Jakarta, Jumat (13/6). (Nurul Fitriana/JawaPos.com)
20:36
13 Juni 2025

Penjelasan Pertamina Terkait Impor Minyak dan Gas dari AS

- Pemerintah berencana menambah impor minyak mentah atau crude oil, LPG, dan gas alam cair (LNG) dari Amerika Serikat (AS). Kebijakan itu menjadi bagian dari Pemerintah melakukan negosiasi tarif impor sebagaimana yang diterapkan Presiden Donald Trump. 

Menanggapi itu, Direktur Utama PT Pertamina Simon Aloysius Mantiri memastikan wacana tersebut bukan berarti pihaknya akan menambah jumlah impor minyak dan gas, melainkan hanyalah shifting. 

Shifting itu, Simon menjelaskan, adalah rencana pemerintah yang akan melakukan pemindahan asal negara impor. Jika sebelumnya berasal dari negara lain, tetapi nantinya dipindah dari AS. 

"Kita bukan menambah impor dari Amerika, melainkan adalah kita shifting. Shifting impor. Jadi saat ini ada beberapa daerah, negara, atau lokasi yang kita jadikan sebagai tempat kita mengimpor minyak mentah," kata Simon dalam Konferensi Pers Capaian Kinerja Pertamina Tahun 2024 di Jakarta, Jumat (13/6). 

"Dengan adanya kebijakan tarif Trump, kita berusaha melakukan shifting dari tempat-tempat yang lain. Kita mengubah untuk mendapatkan sumber dari Amerika Serikat," tambahnya. 

Lebih lanjut Simon memastikan, shifting yang dilakukan ini tak lain untuk memastikan ketahanan energi di Indonesia dapat selalu terpenuhi. Bahkan, Pertamina selalu mendukung rencana dari pemerintah untuk meningkatkan transaksi RI dengan Amerika Serikat, salah satunya dengan pengadaan sumber Crude ataupun peningkatan volume impor LPG dari Amerika Serikat. 

Dengan rencana tersebut, Simon memastikan beberapa langkah juga telah perhitungkan. Mulai dari lamanya waktu pengiriman, termasuk dari harga diperoleh dari AS. Bahkan dengan rencana shifting ini, diharapkan bisa membuat Indonesia mendapat harga minyak dan gas yang lebih kompetitif. 

"Kami yakin dengan bantuan serta negosiasi dari pemerintah kita akan mendapatkan solusi yang terbaik, yang tentunya apabila dalam jangka panjang bisa mendapat harga yang lebih kompetitif," pungkasnya. 

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengusulkan penambahan kuota impor minyak dan LPG (migas) dari Amerika Serikat senilai lebih dari USD 10 miliar, atau Rp 167,73 triliun (kurs Rp 16.773 per dolar AS). 

Bahlil meyakini bahwa dengan meningkatkan impor minyak dan LPG dari AS, neraca perdagangan antara Negeri Paman Sam dengan Indonesia dapat diseimbangkan. Adapun yang menjadi alasan AS mengenakan Indonesia tarif resiprokal sebesar 32 persen, tutur Bahlil, adalah ketidakseimbangan neraca perdagangan antara kedua negara tersebut. 

“Data BPS mengatakan surplus Indonesia USD 14,6 miliar. Maunya Amerika seperti apa? Agar neraca perdagangan kita seimbang,” ucap Bahlil. 

Untuk diketahui, Presiden AS Donald Trump pada 2 April 2025 mengumumkan kebijakan tarif resiprokal kepada sejumlah negara, termasuk Indonesia. Indonesia terkena tarif resiprokal 32 persen, sementara negara-negara ASEAN lainnya seperti Filipina 17 persen, Singapura 10 persen, Malaysia 24 persen, Kamboja 49 persen, Thailand 36 persen dan Vietnam 46 persen.

Editor: Ilham Safutra

Tag:  #penjelasan #pertamina #terkait #impor #minyak #dari

KOMENTAR