



Israel Serang Iran, Harga Minyak Mentah Melonjak ke Level Tertinggi 5 Bulan
Harga minyak mentah melonjak lebih dari 4 dollar AS per barel pada perdaganan Jumat (13/6/2025), menyentuh level tertingginya dalam hampir lima bulan setelah Israel menyerang Iran. Aksi ini secara dramatis meningkatkan ketegangan di Timur Tengah dan memicu kekhawatiran akan gangguan pasokan minyak.
Seperti dikutip dari Reuters, kontrak berjangka Brent naik 4,60 dollar AS atau 6,63 persen menjadi 73,96 dollar AS per barrel pada pukul 06:12 GMT (13.12 WIB), setelah sempat menyentuh level tertinggi intraday di 78,50 dollar AS, yang merupakan level tertinggi sejak 27 Januari 2025.
Sementara itu, WTI (West Texas Intermediate) Amerika Serikat naik 4,99 dollar AS atau 7,33 persen menjadi 73,03 dollar AS per barrel, setelah menyentuh puncak 77,62 dollar AS, tertinggi sejak 21 Januari 2025.
Kenaikan hari ini merupakan pergerakan intraday terbesar untuk kedua kontrak sejak tahun 2022 saat invasi Rusia ke Ukraina, yang saat itu mendorong lonjakan tajam harga energi.
Israel menyatakan telah menargetkan fasilitas nuklir Iran, pabrik rudal balistik, dan komandan militer dalam awal dari apa yang mereka sebut sebagai operasi berkepanjangan untuk mencegah Iran membangun senjata nuklir.
“Pertanyaan kuncinya adalah apakah pembalasan Iran akan terbatas pada Israel, atau apakah kepemimpinan Iran akan mencoba memperluas dampak aksi malam ini dengan menyerang pangkalan militer dan infrastruktur ekonomi penting di kawasan yang lebih luas,” ujar Helima Croft, analis RBC Capital, dalam catatannya.
Sejumlah pedagang minyak di Singapura menyatakan bahwa masih terlalu dini untuk memastikan apakah serangan ini akan berdampak pada pengiriman minyak dari Timur Tengah. Dampaknya akan sangat tergantung pada bentuk balasan Iran dan apakah AS akan turun tangan.
“Masih terlalu awal untuk memastikan, tapi pasar khawatir jika Selat Hormuz sampai ditutup,” ujar salah satu pedagang.
Analis Barclays, Amarpreet Singh, menyebut bahwa serangan ini telah mengejutkan pasar minyak, meskipun sejauh ini belum berdampak langsung terhadap fundamental pasar minyak.
“Dalam skenario terburuk, konflik bisa meluas ke produsen minyak dan gas utama lain di kawasan, serta berdampak pada pengiriman,” jelasnya.
Foto yang dirilis oleh saluran Telegram resmi Korps Garda Revolusi (IRGC) Iran, Sepah News, pada Jumat (13/6/2025), menunjukkan asap mengepul dari lokasi yang menjadi sasaran serangan Israel di ibu kota Iran, Teheran.Menurut Singh, kenaikan harga minyak sebesar 10 dollar AS per barrel dalam tiga hari terakhir belum mencerminkan penurunan produksi minyak Iran, apalagi jika eskalasi konflik sampai menyebabkan gangguan aliran energi melalui Selat Hormuz.
Selat Hormuz merupakan jalur vital yang dilalui sekitar seperlima konsumsi minyak global, yakni sekitar 18–19 juta barel per hari minyak mentah, kondensat, dan bahan bakar.
Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menyatakan bahwa Israel akan menerima hukuman keras atas serangan, yang menurutnya telah menewaskan beberapa komandan militer.
Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, pada Kamis menyebut bahwa serangan Israel ke Iran merupakan “tindakan sepihak”, dan menegaskan bahwa Washington tidak terlibat, sambil menyerukan kepada Teheran agar tidak menyerang kepentingan atau personel AS di kawasan.
Croft dari RBC menyebutkan, jika minyak terseret dalam konflik ini, pihaknya memperkirakan Presiden Trump akan meminta OPEC menggunakan cadangan minyaknya untuk menahan harga dan melindungi konsumen AS dari dampak ekonomi konflik Timur Tengah.
Sementara itu di pasar lain, bursa saham Asia anjlok pada awal perdagangan, dipimpin oleh aksi jual pada kontrak berjangka AS. Investor beralih ke aset aman seperti emas dan franc Swiss di tengah kekhawatiran geopolitik yang meningkat.
Tag: #israel #serang #iran #harga #minyak #mentah #melonjak #level #tertinggi #bulan