



Viral Eks Marinir TNI AL Jadi Tentara Rusia, Berapa Gajinya?
- Sejak beberapa hari terakhir, viral seorang mantan prajurit Marinir TNI Angkatan Laut (AL) kini menjadi anggota militer Rusia dan bertugas dalam perang di Ukraina.
Mulanya, beredar foto pria yang mengaku mantan prajurit Marinir TNI AL di media sosial, di mana dirinya kini bergabung menjadi anggota militer Rusia.
Foto tersebut kemudian menjadi perbincangan di media sosial dan menuai pro kontra. Belakangan diketahui, eks prajurit TNI AL ini bernama Satria Arta Kumbara. Dia tadinya merupakan anggota Itkormar berpangkat bintara.
Dalam unggahan terbarunya, Satriya Arta Kumbara membantah jika ia merupakan tentara bayaran (mercenary) Rusia. Dia mengaku, direkrut secara resmi hingga bergabung menjadi tentara Rusia untuk berperang di garda terdepan melawan Ukraina.
Tak dijelaskan lebih lanjut, apakah Satriya Arta Kumbara masih memegang paspor WNI atau sudah resmi berganti kewarganegaraan Rusia.
Berapa gaji legiun asing di Rusia?
Rusia merekrut warga negara dari beberapa negara, terutama dari belahan bumi selatan untuk bertempur dalam perang melawan Ukraina, dengan tawaran beberapa insentif lainnya seperti status kewarganegaraan.
Misalnya dalam sebuah wawancara dengan DW, media asal Jerman, seorang pemuda berusia 21 tahun warga Sri Lanka, ditawari kontrak sebagai tentara dari Kementerian Pertahanan Rusia melalui pihak ketiga, dengan upah 2.300 dollar AS atau setara dengan Rp 21,47 juta per bulannya.
Setelah dua bulan bertugas di pedalaman, ia dikirim ke pinggiran kota Donetsk, Ukraina, yang diduduki Rusia.
"Saya memberi tahu komandan bahwa saya ingin kembali ke Sri Lanka, tetapi ia mengatakan hal itu tidak mungkin, dan bahwa menurut kontrak, saya akan menghadapi hukuman 15 tahun penjara di Rusia jika saya melarikan diri," kata pemuda itu kepada DW.
Ia menambahkan bahwa, di unitnya, ada juga warga negara Nepal, India, Kirgistan, dan Tajikistan.
Kantor berita Bloomberg, mengutip pejabat Eropa, menulis bahwa Rusia juga telah mengirim ribuan pekerja migran dan mahasiswa asing untuk bergabung dengan tentara Rusia guna berperang melawan Ukraina.
Orang-orang ini dilaporkan diberi tahu bahwa visa mereka tidak akan diperpanjang lagi jika mereka menolak bertugas.
Sementara itu, bayaran bagi tentara yang bekerja melalui Wagner, relatif lebih tinggi dibandingkan legiun asing yang dipekerjakan Kementerian Pertahanan Rusia.
Hal ini wajar, karena Wagner mensyaratkan pengalaman bertempur, sehingga anggota Wagner hampir seluruhnya berasal dari mantan tentara di negara asal.
Melansir Aljazeera, sejak 2014, Wagner mempekerjakan ribuan pejuang berpengalaman dengan latar belakang yang sangat berbeda.
Beberapa anggota Wagner pernah lulus dari unit militer dan intelijen elit, para mantan tentara yang pernah bertempur untuk Moskow dalam perang Chechnya, dan beberapa berasal dari kelompok kriminal.
"Wagner lebih dari sekadar PMC (Private Military Company). Tidak ada yang bisa menggantikannya dalam waktu dekat (di Rusia)," kata John Lechner, seorang penulis AS yang sedang menulis buku tentang Prigozhin yang merangkum penelitian selama bertahun-tahun di Afrika, Timur Tengah, Rusia, dan Ukraina, kepada Al Jazeera.
Aturan legiun asing di ASEAN
Sementara mengutip Fulcrum, situs milik Institute of Southeast Asian Studies, lembaga yang rajin mempublikasikan riset sosial, ekonomi dan politik di Asia Tenggara, menyebut ada beberapa prajurit Rusia maupun Ukraina yang terlibat dalam perang berasal dari Indonesia, Filipina, dan Thailand.
Status prajurit pihak Rusia yang bertempur di Ukraina ini terbagi menjadi dua, yakni sebagai tentara organik Rusia maupun tentara bayaran yang bekerja sesuai kontrak. Gaji tentara legiun asing berkisar 1.200 dollar AS sampai 3.000 dollar AS.
Ini setara dengan Rp 19,82 juta sampai dengan Rp 49,56 juta (kurs Rp 16.520).
Bayaran menjadi tentara legiun asing sangat bervariasi. Tergantung dari pengalaman, tempat penugasan, lama kontrak, hingga pihak yang merekrut.
Berdasarkan hukum internasional, menjadi tentara bayaran bukanlah tindak pidana. Akan tetapi, banyak negara telah menetapkan bahwa warga negaranya yang berpartisipasi dalam konflik asing merupakan tindak pidana. Hukumannya bervariasi mulai dari penjara hingga pencabutan kewarganegaraan.
Di Asia Tenggara, legalitas tentara bayaran berbeda-beda antar-negara. Warga negara Indonesia dapat kehilangan kewarganegaraannya jika mereka bertugas di militer asing tanpa persetujuan presiden terlebih dahulu.
Hal yang sama berlaku di Filipina. Di Malaysia, aturannya belum jelas. Konstitusi menyatakan bahwa warga negara dapat dicabut kewarganegaraannya jika mereka bersumpah setia kepada pemerintah asing, tetapi apakah hal ini berlaku bagi tentara bayaran yang menjalankan kontrak dengan dinas militer asing masih belum jelas.
Sementara di Singapura, menjadi tentara di negara asing adalah tindakan pidana. Warga negara Vietnam yang bekerja sebagai tentara bayaran di luar negeri juga dapat dipenjara selama sepuluh hingga 20 tahun.
Di Thailand dan Kamboja, menjadi tentara bayaran bukanlah kejahatan, meskipun kedua negara tersebut melarang praktik tersebut. Lalu bagaimana dengan bayaran untuk tentara yang membela pihak Ukraina?
Beberapa waktu lalu, Kementerian Pertahanan Rusia juga pernah merilis informasi yang menyebut ada 88 negara yang warganya bergabung sebagai legiun asing di pihak Ukraina.
Daftar tersebut, Rusia mengklaim bahwa sejak konflik dimulai pada 24 Februari 2022, sebanyak 13.387 orang asing telah mengangkat senjata atas nama Ukraina dan 5.962 telah hilang dari daftar, bisa karena meninggal atau tertangkap.
Dalam kasus mereka yang tergabung dalam legiun asing, baik di pihak Rusia maupun Ukraina, motivasi bergabung bisa bermacam-macam, tapi yang paling banyak tentu saja karena uang.
Ukraina menawarkan gaji antara 600 dollar AS hingga 3.300 dollar AS per bulan kepada para legiun asing tergantung pada peran tempur tertentu (gaji yang sama dengan tentara Ukraina).
Bertempur untuk tentara asing juga menyediakan jalur yang lebih cepat menjadi warga negara di Rusia. Banyak pula orang yang bergabung menjadi legiun asing karena motivasi petualangan dan semangat menantang adrenalin di perang dalam dunia nyata.