



Drone Bisa Antar Logistik ke Puncak, Bakal Jadi Masa Depan Pendakian Everest
- Gunung Everest, yang dikenal sebagai “atap dunia,” telah lama menjadi impian para pendaki dari seluruh penjuru dunia.
Namun di balik keindahannya yang menakjubkan, pendakian menuju puncaknya menyimpan bahaya yang besar, terutama bagi para Sherpa, pemandu lokal yang telah menjadi tulang punggung keberhasilan ekspedisi selama puluhan tahun.
Kini, sebuah inovasi teknologi hadir untuk membantu para pendaki puncak dunia dan juga sherpa, yakni drone.
Pada musim pendakian Everest 2025, drone mulai memainkan peran penting dalam membantu logistik dan meningkatkan keselamatan di gunung tertinggi dunia ini.
Milan Pandey, seorang pilot drone dari Airlift Technology, menggunakan drone untuk mengangkut tangga, tali, tabung oksigen, dan bahkan obat-obatan ke titik-titik penting seperti Khumbu Icefall, bagian berbahaya dari gletser antara Base Camp dan Camp One.
Teknologi ini tidak hanya menghemat waktu, tapi juga berpotensi menyelamatkan nyawa para pendaki dan sherpa.
Lebih cepat dan bisa selamatkan banyak nyawa
Base Camp terletak di ketinggian 5.364 meter, sementara Camp One berada di 6.065 meter. Jarak udara antara keduanya sekitar 2,9 km.
Bagi para Sherpa, perjalanan ini biasanya memakan waktu enam hingga tujuh jam, tetapi dengan drone, hanya butuh enam hingga tujuh menit.
Kemampuan untuk mengirimkan perlengkapan penting dengan cepat dan aman menjadi nilai tambah yang luar biasa di lingkungan ekstrem seperti Everest.
Mingma G Sherpa dari perusahaan ekspedisi Imagine Nepal mulai menyadari pentingnya teknologi ini setelah kehilangan tiga temannya dalam longsoran salju tahun 2023.
Tubuh mereka tidak dapat dievakuasi karena medan yang sulit dan bahaya yang terus mengintai. Setelah mendengar bahwa drone digunakan di China untuk membantu pendakian gunung, ia pun berpikir, “mengapa tidak di sini?”
Raj Bikram, CEO Airlift Nepal, memiliki pemikiran serupa. Awalnya ia bekerja sama dengan pemerintah setempat untuk pemetaan 3D Everest, namun akhirnya mulai menguji penggunaan drone untuk membawa logistik.
Dengan bantuan dua drone yang disumbangkan oleh perusahaan Tiongkok DJI, Airlift memulai eksperimen pada April 2024.
Tantangan drone di ketinggian ekstrem
Mengoperasikan drone di dataran tinggi seperti Everest tentu tidak mudah. Udara tipis, suhu ekstrem, dan cuaca yang cepat berubah menjadi tantangan utama. Tim Airlift butuh waktu sebulan untuk memahami medan dan menguji kinerja drone di kondisi ekstrem tersebut.
Selain tantangan teknis, biaya operasional juga sangat tinggi. Harga satu unit drone mencapai sekitar 70.000 dollar AS.
Di Base Camp, tidak ada listrik, sehingga diperlukan bahan bakar untuk mengisi daya baterai. Biaya perjalanan, tenaga kerja, akomodasi, dan logistik lainnya menambah beban finansial.
Meski demikian, manfaat drone sangat besar. Dalam satu misi pembersihan, Airlift menggunakan drone untuk mengangkut sekitar 500 kg sampah dari Camp One ke Base Camp dalam lebih dari 40 kali penerbangan.
Harapan baru untuk Sherpa
Dawa Janzu Sherpa, 28 tahun, telah bekerja sebagai “frontman” (Sherpa pertama yang menembus jalur berbahaya di Khumbu Icefall) selama delapan tahun.
Ia menyebutkan bahwa musim ini sangat sulit karena banyaknya es kering dan menara es yang rapuh. Dulu, Sherpa harus bolak-balik antara Base Camp dan lokasi pendakian hanya untuk membawa satu peralatan. Kini, drone mengubah cara kerja mereka.
Ilustrasi puncak Gunung Everest.
“Pekerjaan kami berpacu dengan waktu. Jika kami terlambat memasang jalur, ekspedisi berikutnya akan tertunda. Bantuan drone benar-benar mempercepat proses,” katanya.
Drone kini mengurangi waktu kerja dan tingkat risiko hingga setengahnya. Adapun Janzu adalah tulang punggung keluarga dengan dua anak.
“Pekerjaan ini memang penuh petualangan, tapi juga sangat berisiko. Kalau ada cara untuk membuatnya lebih aman, saya sangat mendukung,” ujar dia dilansir dari CNN Travel.
Masa depan pendakian Gunung Everest
Penggunaan drone di Everest, sekarang dianggap sebagai bagian dari evolusi alami dalam dunia pendakian.
Caroline Ogle dari Adventure Consultants asal Selandia Baru menyebut bahwa seperti halnya telepon satelit dan prakiraan cuaca modern, drone adalah teknologi yang hadir untuk meningkatkan keselamatan, khususnya bagi para pekerja ketinggian seperti Sherpa.
Lisa Thompson, pendaki yang telah menaklukkan tujuh puncak tertinggi dunia, juga melihat drone sebagai inovasi yang bertanggung jawab.
“Gunungnya tetap sama. Tantangannya tetap nyata. Drone tidak mengurangi nilai tradisional dari pendakian, tapi membantu membuatnya lebih aman,” ujarnya.
Ke depan, peran drone di Everest kemungkinan besar akan semakin besar. Teknologi ini akan menjadi bagian penting dari setiap ekspedisi, baik untuk logistik, pencarian dan penyelamatan, hingga pengelolaan sampah.
Dalam dunia yang terus berkembang, drone kini hadir sebagai harapan baru untuk menjaga tradisi pendakian tetap hidup dengan cara yang lebih cerdas dan aman.
Tag: #drone #bisa #antar #logistik #puncak #bakal #jadi #masa #depan #pendakian #everest