Berapa Utang WIKA Sampai Bikin BUMN Ini Ngos-ngosan?
Ilustrasi utang WIKA BUMN konstruksi.(WIKA Gedung)
10:36
19 Februari 2025

Berapa Utang WIKA Sampai Bikin BUMN Ini Ngos-ngosan?

- Otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI) baru-baru ini melakukan suspensi atau penghentian perdagangan saham BUMN konstruksi PT Wijaya Karya (Persero) Tbk atau WIKA.

Suspensi saham WIKA dilakukan BEI karena perusahaan pelat merah itu resmi gagal melunasi dua surat utang yang jatuh tempo pada 18 Februari 2025.

Dua surat utang tersebut adalah Obligasi Berkelanjutan II Wijaya Karya Tahap II Tahun 2022 Seri A (WIKA02ACN2) dan Sukuk Mudharabah Berkelanjutan II Wijaya Karya Tahap II Tahun 2022 Seri A (SMWIKA02ACN2).

Pokok Obligasi Berkelanjutan II Tahap II 2022 mencapai Rp 1,75 triliun, dengan Seri A senilai Rp 593,95 miliar.

Sementara itu, Sukuk Mudharabah Berkelanjutan II Tahap II 2022 memiliki nilai pokok Rp 750 miliar, dengan Seri A sebesar Rp 412,90 miliar. Sejatinya, restrukturisasi utang WIKA masih berlangsung.

Berapa utang WIKA?

Merujuk pada laporan keuangan terakhir yang dirilis perusahaan yakni Laporan Keuangan Triwulan III-2024, total utang WIKA sudah menembus Rp 50,72 triliun.

Utang yang membebani WIKA ini meliputi utang jangka pendek Rp 16,51 triliun dan utang jangka panjang Rp 34,21 triliun. Sementara aset perusahaan tercatat Rp 66,98 triliun.

Pada triwulan III-2024, WIKA memang mencatat laba bersih Rp 696,37 miliar, namun di periode yang sama tahun sebelumnya yakni triwulan III-2023, WIKA mencatat rugi jumbo sampai Rp 6,45 triliun.

Beban keuangan Wijaya Karya membengkak salah satunya karena perlu mencari pinjaman guna menambah penyertaan modal senilai Rp 5,5 triliun untuk konsorsium proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung atau Kereta Cepat Whoosh.

Proyek Kereta Cepat Whoosh bahkan sempat dikabarkan menjadi penyebab kerugian jumbo WIKA pada 2023, di mana perusahaan konstruksi pelat merah ini menderita rugi sebesar Rp 7,12 triliun.

Kerugian perseroan ini meningkat sangat besar dibandingkan pada tahun 2022 yang mencatat rugi Rp 59,59 miliar.

Sementara mengutip Kontan, Direktur Utama WIKA Agung Budi Waskito, pernah menyebut dua faktor menjadi penyebab utama pembengkakan kerugian, yakni beban bunga dan beban lain-lain.

Beban bunga meningkat akibat perusahaan harus menerbitkan surat utang (obligasi) untuk urunan membiayai mega proyek Kereta Cepat Whoosh. Beban lain yang ditanggung termasuk beban provisi dan beban administrasi dari utang yang diperoleh WIKA.

“Beban lain-lain ini di antaranya mulai tahun 2022 kami sudah mencatat adanya kerugian dari PSBI atau kereta cepat,” jelas Agung saat Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi IV DPR RI, pada Juli 2024.

Agung menyebut, WIKA sendiri menyetor modal cukup besar ke Kereta Cepat Whoosh melalui PSBI, di mana dana yang digelontorkan mencapai Rp 6,1 triliun.

“Penyertaannya saja sudah Rp 6,1 triliun (untuk konsorsium Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung). Kemudian, yang masih dispute atau belum dibayar sekitar Rp 5,5 triliun, sehingga hampir Rp 12 triliun,” beber dia.

Yang jadi masalah, dana yang disetorkan ke konsorsium untuk permodalan kereta cepat diperoleh WIKA melalui penerbitan utang. Praktis, perusahaan harus terbebani dengan beban bunga yang tinggi.

"Untuk memenuhi uang ini, mau tidak mau WIKA harus melakukan pinjaman melalui obligasi,” ungkap Agung.

Restrukturisasi utang Wika masih berlangsung, disebutkan bahwa utang WIKA sudah menembus di atas Rp 50 triliun.Wijaya Karya Restrukturisasi utang Wika masih berlangsung, disebutkan bahwa utang WIKA sudah menembus di atas Rp 50 triliun.

Tag:  #berapa #utang #wika #sampai #bikin #bumn #ngos #ngosan

KOMENTAR