



Sajak: Aku, Pemimpi
Aku, Pemimpi
Aku, perapal jalan
menguntai kerikil-kerikil kehidupan
menjadi tasbih persembahan padaMu
Aku, penderes awan
menyulam benang-benang hujan
menjadi penyuci tubuh dan ruh menghadapMu
Aku, pendedah tanah
mengulum doa pada rasa takjub
sujud kepadaMu
Aku, penyimak langit
menghitung bintang-bintang
degup dan nafas bergandengan
mengantar tubuh luruh kepadaMu
Aku, penyamak angin
menjahit musim sepanjang umur
menjadi permadai terbang kepadaMu
aku, penenun waktu
menjalin siang dan malam
menjadi bentangan jalan menujuMu
Aku, pemasak api
menanak gemuruh dada dan keningku
menjadi aroma wangi kesadaran atasMu
Aku, penjaring cahaya
memintal sulur-sulur benangnya
menjadi kafan tubuhku berpulang padaMu
Aku, pemimpi
melukis alam pada syair-syair pemujaan
menjadi pertapaan senja yang mewujudkan malamku memelukMu.
Damarsi, 03042025
Aku Adalah
Aku, matematika
menabur angka menyemai formula
pada riuhnya dunia kukirimkan gaya pada fisika
yang membuat fakta dari tiap lintasan yang digambar para tekhnika;
dan buruh batu, besi, kayu, pasir juga
tak ketinggalan penjaja makanan turut andil
mewujudkan bentuk bidang dan ruangnya
termasuk ibu rumah tangga yang pandai-pandai mengelola
mana sama dengan, kurang dari, lebih dari
dalam menjaga setiap emosi
demi keseimbangan peradaban
yang sedang dibangun bersama-sama
Aku, petani
membuat petak-petak sawah seperti yang diajarkan matematika
setidaknya kurang bagi tambah kali harus fasih juga
untuk menyemai benih, menanam dan menumbuhkannya menjadi panen bagi semesta
buah-buah dari pucuk daun, daun-daun dari ujung ranting, ranting-ranting dari ketiak batang, batang-batang yang ditopang akar-akar, akar-akar yang terus menyusu air kehidupan
darinya biologi membuat teori bersama fisika, kimia dan ahli lainnya bergandengan mengulik misteri
lalu,
Aku akademisi mencatatatnya sebagai hasil meneliti, dan;
Seniman mematrinya dalam ukiran, dalam gambar, tenun dan lukisan.
Lukisan para penyair yang mendedah jiwa dan pikir melalui kata-kata ranum
untuk lekat-lekat diminum saripatinya
agar sampai di hamparan cahaya,
Cahaya-cahaya yang dibawa Agama dan Spiritual
yang menjadikan momen tiada bayangan
tiada siapapun kecuali Dia.
Damarsi, 06042025
Labirin
Deskripsi yang tak pernah padam tentang labirin yang terus menari di hadapan
tentang gua persembunyian
yang sesekali menawarkan sunyi
dari amukan badai atau anjing liar yang mengintai
tentang puncak-puncak bilah perbukitan
yang meminta dimasuki keloknya,
tentang ketiak lembah, curam dinding cadasnya yang licin dan ganas,
tentang ceruk diantara pohon-pohon yang tersusun meninggi bagai ranting cemara runcing ke atas
namun ia runcing ke dalamnya
dan mengapit sempit tebing
Labirin yang meminta mataku untuk mengintip keluar
lewat celah-celah dedaunan
kalau-kalau mungkin
dinding labirin ini bisa segera dirobohkan
lalu kutemui kuda gagah yang merumput di hadapan
Namun tidak, aku masih di dalam labirin
tintaku habis untuk menggambarnya hingga darahku menjadi gantinya
sebuah deskripsi panjang untuk sampai pada jalan keluar
menatap luasan yang membentang sempurna
akankah sampai sebelum darah menetes yang terakhir kalinya?
Damarsi, 19032025
---
PUTRI N.P , Penulis yang tinggal di Sidoarjo