IHSG Alami Tekanan Berat, Analis: Tren Pelambatan Ekonomi Mulai Nyata
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami tekanan berat pada perdagangan hari ini, Kamis (6/2/2024). IHSG hari ini anjlok hingga 2 persen.
IHSG hari ini mencatatkan penurunan terdalam dibandingkan indeks saham regional yang justru bergerak menguat.
Analis saham sekaligus Founder Stocknow.id Hendra Wardana mengatakan, pasar tampaknya merespons dengan kekhawatiran tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia setelah rilis data Produk Domestik Bruto (PDB) 2024 yang mencatatkan angka 5,03 persen.
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut lebih rendah dibandingkan pencapaian tahun sebelumnya sebesar 5,05 persen, dan jauh dari 5,31 persen pada 2022.
"Data ini memicu sentimen negatif di pasar, terutama karena tren perlambatan ekonomi mulai terasa nyata di tengah berbagai tekanan global dan kebijakan domestik yang berpotensi menghambat laju pertumbuhan ke depan," kata dia kepada Kompas.com, Kamis (6/2/2025).
Ia menambahkan, kebijakan efisiensi APBN dan APBD yang dituangkan dalam Instruksi Presiden No. 1/2025, yang menargetkan pemangkasan belanja sebesar Rp 306 triliun, menjadi faktor lain yang membuat investor cemas.
Konsumsi pemerintah merupakan salah satu motor utama pertumbuhan ekonomi, dan langkah efisiensi ini dikhawatirkan akan memperlambat ekspansi ekonomi lebih lanjut. Investor semakin khawatir bahwa kebijakan ini, meskipun bertujuan menjaga stabilitas fiskal, justru akan berdampak pada daya beli masyarakat dan investasi di sektor riil.
Ironisnya, saat IHSG tertekan Hendra memaparkan indeks saham di kawasan Asia justru bergerak menguat.
Pasar global saat ini tengah merespons data ekonomi Amerika Serikat yang melemah. PMI non-manufaktur AS turun dari 54,0 pada Desember menjadi 52,8 pada Januari. Hal ini menandakan perlambatan ekonomi yang bisa mempercepat keputusan The Fed untuk menurunkan suku bunga.
Ilustrasi uang dollar AS. Lebih lanjut, harapan terhadap pemangkasan suku bunga The Fed menjadi katalis positif bagi pasar global, terutama karena imbal hasil obligasi AS mulai turun, yang berpotensi mendorong aliran dana ke aset-aset berisiko seperti saham.
Selain itu, ia menerangkan, meredanya ketegangan perang dagang AS-China setelah munculnya harapan diskusi antara Presiden Donald Trump dan Presiden Xi Jinping juga menjadi angin segar bagi pasar Asia.
"Melihat kondisi ini, tekanan pada IHSG diperkirakan masih bisa berlanjut dalam beberapa hari ke depan, terutama jika belum ada katalis positif yang mampu mengimbangi sentimen negatif dari dalam negeri," imbuh dia.
Namun, menurut Hendra, peluang bisa mulai muncul jika investor melihat koreksi yang terjadi sudah cukup dalam dan mulai mencari saham dengan valuasi menarik.
Beberapa saham yang masih layak dicermati di tengah tekanan pasar antara lain SCMA dengan target 199, ACES dengan target 830, dan BRIS yang memiliki target 3.130.
"Investor disarankan untuk tetap berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi dalam jangka pendek, sembari mencermati perkembangan global dan arah kebijakan ekonomi domestik yang bisa menjadi penentu utama pergerakan IHSG ke depan," tutup dia.
Tag: #ihsg #alami #tekanan #berat #analis #tren #pelambatan #ekonomi #mulai #nyata