Merekam Kegembiraan Pesta Rakyat
Pameran Pesta Rakyat Magelang menjadi bukti nyata, seni di Magelang sudah mulai berkembang. Karya perupa Magelang pun tak kalah bersaing dengan hasil goresan tangan pelukis-pelukis yang sudah punya nama.
PESTA Rakyat Magelang berlangsung 27 Desember sampai 6 Januari lalu di Lokabudaya, Kota Magelang. Sebanyak 39 nama perupa ambil bagian dalam pameran tersebut. Beberapa perupa dari Jogja seperti Nasirun, Bud Ubrux, dan Bambang Paningron ambil bagian pada acara tersebut.
Ketua Dewan Kesenian Kota Magelang (DKKM) Muhammad Nafi mengatakan, pameran ini menampilkan konsep yang berbeda untuk pengerjaan karyanya. Ke-39 perupa ini berkarya secara spontan di Tugu Aniem, kawasan Alun-Alun Kota Magelang, pada 22 Desember lalu.
’’Jadi, yang spesial bukan dari penataan banyak lukisan yang berjejer satu dengan yang lain. Juga bukan tata lampu yang menyorot karya sehingga warna di lukisan keluar dengan indah,” kata Nafi kepada Jawa Pos Radar Semarang.
Nafi melanjutkan, Pesta Rakyat Magelang menghadirkan karya yang memotret suasana keramaian gelaran Pesta Rakyat Magelang. Mulai dari keteduhan pohon beringin alun-alun, keragaman tempat ibadah, Water Toren Magelang, kesenian lokal, dan lainnya.
’’Karya itu diselesaikan dalam waktu singkat. Hanya tiga jam,” ucap Nafi. ’’Meski demikian, perupa-perupa ini bisa menunjukkan karakter dan ciri khas masing-masing,” tambah Nafi. Pameran itu juga menjadi penutup agenda DKMM di 2023.
TENTERAM: Lukisan berjudul Tenang Bersama-Mu milik DABLAM97/Bram salah satu karya yang sudah dibeli kolektor. DABLAM97/Bram adalah salah satu perupa Magelang yang ikut berpameran. (PUPUT PUSPITASARI/JAWA POS RADAR SEMARANG)
Nah, menurut Nafi, yang membanggakan adalah animo kolektor untuk membeli lukisan-lukisan yang dipajang di Lokabudaya ini. ’’Tak hanya karya perupa Jogja, ada tujuh karya perupa Magelang yang juga dipinang kolektor,” tutur Nafi.
Karya perupa Magelang yang laku salah satunya milik Kaji Habeb. Kaji Habeb menghadirkan lukisan dengan warna-warna alami. Lukisan ini kemudian ia beri judul Golden Era, sesuai dengan warna cat yang dipilihnya.
Lukisan milik DABLAM97/Bram juga terjual. DABLAM97/Bram menghadirkan lukisan tempat ibadah Masjid Agung lengkap dengan taman yang menyegarkan mata. Lukisan berjudul Tenang Bersama-Mu itu sudah terbeli kolektor.
Nafi membeberkan, karya yang dipajang tersebut dijual mulai dari Rp 1 juta sampai Rp 25 juta. Perupa Nasirun menyumbangkan karya berjudul Polisi Kretek dalam pameran ini. Lukisan Polisi Kretek itu dilukis pada kanvas berukuran 90 x 60 sentimeter. ’’Sudah banyak yang menanyakan karya sang maestro ini,” ujar Nafi.
KEBINEKAAN: Buri Ubrux berjudul Klenteng Magelang. Menurut sang seniman, karya itu memiliki pesan keberagaman budaya dan tradisi tumbuh di Magelang. (PUPUT PUSPITASARI/JAWA POS RADAR SEMARANG)
Sementara itu, salah seorang perupa Jogja Budi Ubrux berkata, ada karyanya dalam pameran ini yang berjudul Klenteng Magelang. Karya yang dibuat 2023 dengan memakai cat akrilik di atas kanvas itu punya ukuran 80 x 60 sentimeter.
Saat dihubungi Kamis (11/1), Budi mengatakan, pusat peribadatan yang jadi objek lukisannya itu adalah Kelenteng Liong Hok Bio di kawasan Alun-Alun Magelang. ’’Saya tertarik melukis aneka ragam budaya adat di masyarakat. Kebetulan waktu itu ikut karnaval di Kota Magelang,” tulis Budi lewat WhatsApp.
Perupa yang karya-karyanya sering memakai tema koran itu melanjutkan ingin merekam peristiwa budaya dalam lukisan. ’’Kita bangga bahwa bangsa ini beraneka ragam budaya dan itu harus dijaga juga dilestarikan,” tambah Budi. (put/c6/dra)