

Serba-serbi mudik Lebaran Idul Fitri 1 Syawal 1445 Hijriah. (MTI untuk JawaPos.com).


Musim Mudik Lebaran Berlalu, Pakar Soroti Banyak Hal yang Mesti Dibenahi
Musim mudik Lebaran Idul Fitri 1 Syawal 1445 Hijriah telah berlalu. Berbagai kejadian yang banyak terjadi selama musim mudik Lebaran 2024 mencerminkan kondisi sesungguhnya kinerja transportasi di Indonesia, baik yang sudah berhasil maupun yang belum dikerjakan. Mulai dari angkutan umum pelat hitam (travel gelap) yang mengalami kecelakaan, sopir bus mengantuk hingga masuk parit, calo tiket di pelabuhan penyeberangan merupakan sedikit dari banyak contoh kejadian yang mewarnai tradisi setahun sekali ini. Menyoroti beragam fenomena dan kejadian selama musim mudik Lebaran tahun ini, Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat Djoko Setijowarno memberikan beberapa catatan. Pertama di sektor angkutan penyeberangan. "Pembenahan di pelabuhan penyeberangan Merak harus segera dilakukan. Antrean kendaraan yang menyebabkan kemacetan di Pelabuhan Merak sampai 6 kilometer di jalan tol menuju Merak perlu diantisipasi ke depan. Masih adanya petruk (pengatur truk), calo tiket harus dihilangkan baik di semua pelabuhan penyeberangan," jelas Djoko melalui catatannya kepada JawaPos.com. Djoko menilai, pelabuhan penyeberangan perlu mengantisipasi kepadatan dengan menyediakan lokasi parkir kendaraan sebagai pengendali sebelum memasuki pelabuhan penyeberangan Merak. Lokasi yang disiapkan sebagai area penyangga (buffer zone) untuk sejumlah kendaraan yang akan menyebrangan ke Pelabuhan Penyeberangan Merak. "Di lokasi ini, diperiksa kendaraan, baik tiket maupun waktu keberangkatnnya. Harapannya, dapat diatur arus kendaraan menuju pelabuhan penyeberangan Merak," imbuh Djoko. Selanjutnya, program mudik gratis menggunakan bus dinilai perlu diperbanyak. Menurut Djoko, langkah tersebut yang diambil pemerintah sudah tepat untuk mengurangi pemudik motor yang banyak bahayanya dengan memindahkan ke armada bus gratisan baik dari pemerintah maupun swasta. Mudik gratis dinilai perlu diperbanyak dari Jabodetabek ke semua ibukota Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung. Upaya tersebut bertujuan untuk mengurangi pemudik motor ke Lampung yang masih banyak membawa anak, penumpang dan barang melebihi kapasitas angkutnya. "Penyelenggaraan mudik gratis masih perlu dibenahi. Angkutan mudik dan balik gratis mampu meminimalisasi risiko kepadatan lalu lintas. Faktor keselamatan juga lebih terjamin, ada pengecekan kondisi kendaraan sebelum keberangkatan, termasuk pengemudinya. Jika mereka tidak mudik dengan angkutan publik, dibayangkan saja satu bus itu ada berapa orang," terang Djoko. Menurut Djoko, di balik segala keuntungannya, program tersebut masih menyisakan masalah pengelolaan. Dari hasil penelusuran, ada sebagian pemudik yang mendaftar angkutan gratis lebih pada satu penyelenggaran. Namun, akhirnya hanya satu penyelenggara yang dipilih. "Yang kasih bingkisan paling banyak nanti yang dipilih (pemudik), sedangkan nama mereka yang sudah terdaftar tidak dapat digantikan. Ini memunculkan risiko pembatalan keberangkatan angkutan gratis," kata Djoko. Masalah tersebut terjadi akibat banyak penyelenggara mudik gratis. Di satu sisi, pengawasan cukup ketat hanya dilakukan program yang diadakan pemerintah. Penyelenggara swasta cenderung minim pengawasan. Untuk itu, agar kelak para penyelenggara mudik gratis saling bersinergi. Setidaknya sinergisitas itu dapat ditunjukkan dalam urusan pendaftaran. Urusan itu sebaiknya dilakukan melalui satu kanal atau situs yang sama. Harus ada sanksi diberikan bagi pemudik yang sudah mendaftar kemudian membatalkan keberangkatan tanpa memberitahu. Supaya seminim mungkin bangku kosong ketika bus diberangkatkan. Sementara untuk mengantisipasi berulangnya kecelakaan akibat kendaraan di jalur berlawanan arah (contraflow) belajar dari kasus KM 58 yang menewaskan 12 orang, perlu sosialisasi masif sebelum pelaksanaan. Kondisi pengemudi harus fit (hindari jangan lelah dan mengantuk), memastikan kendaraan tetap di lajur kiri (lajur kanan untuk mendahului), batas kecepatan (maksimal 60 km per jam), menjaga jarak dan mematuhi rmabu lalu lintas, jika terjadi keruskaan kendaraan berhenti di jalur kiri dan segera menghubungi pusat pelayanan petugas untuk meminta bantuan, pastikan kendaraan prima dengan BBM terisi penuh atau keterisian batere mencukupi. "Kemudian pembatas jalan untuk mengamankan kendaraan dipasang lebih rapat. Semula 30 meter menjadi setiap 10 meter. Disiapkan pula mobil pengaman (safety car) serta pemadam kebakaran dan mobil derek disiapkan untuk mengantisipasi kecelakaan yang dapat mengakibatkan kebarakaran," tegas Djoko.
Editor: Banu Adikara
Tag: #musim #mudik #lebaran #berlalu #pakar #soroti #banyak #yang #mesti #dibenahi