Langit Kelabu, Jalan Basah, dan Sepotong Cerita VinFast di Jakarta
"Silakan masuk pak." Ucap seorang pengemudi taksi mobil listrik dengan ramah nun santun. Dari rawut wajahnya, Ia menyunggingkan senyum ringan—bak seseorang yang baru saja mendapat keberuntungan.
Sore itu, Jumat (7/11), Jalan Panjang, Kebon Jeruk, Jakarta Barat basah oleh gerimis yang turun ragu. Di bawah langit yang mengabu, Suprapto, 47 tahun, menggenggam erat roda kemudi mobilnya, lalu menatap sejenak ke kaca depan yang berembun.
Di antara bunyi rintik di atap mobil dan arus kendaraan yang tak pernah tidur, Suprapto menemukan irama baru: tenang dan efisien.
"Saya juga baru megang mobil listrik ini. Setelah saya coba, ternyata lebih nyaman, lebih smooth, dan lebih gampang pengoperasiannya,” ujarnya kepada reporter JawaPos.com.
Mobil listrik yang dipakai Suprapto adalah VinFast VF e34. Menurutnya, mobil keluaran Vietnam itu bukan hanya sekadar menjual kendaraan listrik di Indonesia saja. Tetapi lebih dari itu, pengguna sangat dimanjakan dengan kenyamanan suspensi, perawatan, hingga fasilitas Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) yang mudah ditemukan.
"Dari stasiun pengecasan tuh mereka sudah banyak sekali unit-unit yang disiapkan di Jabodetabek ya, itu sudah berdiri stasiun pengisian VinFast," ucap pria yang telah lima bulan mengendarai mobil listrik itu.
Setiap hari, Suprapto menghabiskan 12 jam di jalanan Jakarta—dengan rata-rata jarak tempuh kurang lebih 200 kilometer. Dengan jarak tempuh tersebut, Ia hanya butuh merogoh kocek Rp51.000 dari kantongnya untuk pengecasan listrik di SPKLU. Biaya itu jauh lebih hemat dibanding menggunakan kendaraan berbahan bakar.
"Pengeluaran saya untuk charging itu hanya Rp51.000 sehari (lebih hemat)," terangnya. Kalau baterai sudah 20 persen, saya enggak khawatir. Stasiun pengisian sudah banyak, nyaman sekali,” akunya.
Di sela obrolan, Ayah dari dua anak itu mengingat pengalaman yang mengenakan dari para penumpangnya. Kata Suprapto, mereka banyak yang kagum ketika pertama kali naik mobil listrik ini.
“Mereka bilang, ternyata enak ya, enggak berisik, enggak ndut-ndutan, nyaman gitu.” Beberapa bahkan tertarik membeli mobil listrik setelah ia jelaskan soal biaya dan jarak tempuhnya.
Lebih dari sekadar profesi, bagi Suprapto, mengemudi mobil listrik adalah bagian dari kerja-kerja kecilnya untuk mengurangi polusi udara serta membantu pemerintah dalam mewujudnya Net Zero Emission (NZE). “Kalau ada teknologi baru yang membuat lingkungan jadi nyaman, zero emisi, saya sangat mendukung,” ucapnya.
Upaya Net Zero Emission
Emisi karbon pada sektor transportasi darat merupakan penyumbang terbesar emisi gas rumah kaca (GRK) di Indonesia. Berdasarkan data yang dilansir dari Institute for Essential Services Reform (IESR) berjudul Indonesia Energy Transition Outlook (IETO) 2024, sektor transportasi menghasilkan emisi sebesar 150 juta ton CO2e pada 2022, menjadikannya kontributor ketiga terbesar setelah sektor energi dan industri.
Dari jumlah tersebut, sekitar 135 juta ton CO2e atau 90 persen berasal dari transportasi darat, di mana kendaraan penumpang berkontribusi sekitar 106 juta ton CO2e atau 78 persen.
Kondisi ini menjadi perhatian serius pemerintah jika ingin mewujudkan Net Zero Emision (NZE) pada 2060 mendatang. Sehingga perlu kebijakan yang terukur dan komitmen bersama untuk menciptakan lingkungan yang berkelanjutan. Salah satunya yakni mendukung ekosistem kendaraan listrik di Indonesia.
Menteri Perindustrian Republik Indonesia, Agus Gumiwang Kartasasmita dalam sambutannya di acara IIMS 2025 yang berlangsung pada 13-23 Februari 2025 di JIEXPO Kemayoran, Jakarta, mengatakan pemerintah berkomitmen dalam mendorong pertumbuhan bagi industri otomotif, termasuk kendaraan listrik.
Sejumlah langkah kebijakan seperti penerbitan Paket Stimulus Ekonomi insentif pajak kendaraan listrik dan hybrid, yang bertujuan untuk menjaga daya beli masyarakat sekaligus mendukung sektor otomotif dan juga mendukung menuju transisi hijau.
“Paket ini diharapkan dapat membantu sektor otomotif, termasuk dalam mendukung transisi menuju kendaraan ramah lingkungan,” terang Agus saat sambutan pembukaan IIMS 2025, dikutip melalui siaran pers.
Agus menekankan pentingnya kolaborasi berbagai pihak untuk menciptakan terobosan-terobosan terbaru dalam mempertahankan dan meningkatkan minat masyarakat pada kendaraan bermotor termasuk kendaraan listrik. "Untuk kendaraan ramah lingkungan, tahun lalu populasi kendaraan listrik mencapai lebih dari 207 ribu unit, meningkat cukup tinggi 78,2 persen dibandingkan tahun sebelumnya," tambahnya.
Sementara itu, Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), Darmawan Prasodjo mengatakan, antusiasme masyarakat pada kendaraan listrik terus meningkat setiap tahunnya. Hal ini terlihat dari peningkatan transaksi home charging services (HCS) dan juga Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU).
Pada periode 2024 jumlah fasilitas HCS melonjak 302%—dari 9.393 unit di 2023 menjadi total 28.356 unit di 2024. Peningkatan fasilitas HCS ini juga diimbangi dengan peningkatan kilowatt hour (kWh) HCS hingga 403 persen, dari 2,9 juta kWh di 2023 menjadi 11,8 juta kWh di 2024.
Di samping itu, jumlah transaksi di SPKLU juga melonjak hingga 337 persen menjadi 402.509 kali transaksi dibandingkan di 2023 yang sebesar 119.600 kali transaksi. Dari total SPKLU yang ada, tercatat konsumsi listrik yang diserap oleh EV juga meningkat pesat sebesar 370 persen, dari 2,4 juta kWh di 2023 menjadi 9,1 juta kWh di 2024.
“Kendaraan listrik ini terbukti semakin diminati masyarakat di Indonesia, untuk itu PLN terus berkomitmen mendukung pengembangan ekosistem kendaraan listrik. Upaya ini sejalan dengan cita-cita swasembada energi, di mana sumber energi bersih yang merupakan kekayaan bangsa menjadi sumber energi utama di sektor transportasi sehingga mampu mendorong laju pertumbuhan ekonomi,” kata Darmawan dikutip melalui siaran pers PLN.
Lebih lanjut, dukungan PLN terhadap ekosistem kendaraan listrik di Indonesia di antaranya diwujudkan melalui penyediaan pasokan daya yang cukup dan andal, ketersediaan infrastruktur charging station hingga layanan terintegrasi lewat aplikasi PLN Mobile.
“PLN telah mengoperasikan infrastruktur pendukung kendaraan listrik yang tersebar di seluruh penjuru Tanah Air. Sampai dengan hari ini sudah tersedia sebanyak 3.385 SPKLU, 2.240 SPBKLU (Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum), dan 9.956 SPLU (Stasiun Pengisian Listrik Umum),” jelas Darmawan.
Aktivitas produksi di pabrik VinFast Indonesia yang berlokasi di Subang, Jawa Barat. (VinFast)
Komitmen VinFast Dukung Ekosistem Kendaraan Listrik di Indonesia
Sebagai produsen kendaraan listrik, VinFast telah membangun salah satu ekosistem mobilitas hijau paling lengkap di dunia—langkah yang membedakannya dalam peta global transformasi kendaraan listrik.
Ekspansinya ke Indonesia menjadi wujud nyata. Meski lahir di Vietnam, VinFast mencerminkan semangat kolektif negara-negara Asia Tenggara untuk menegaskan eksistensi industri di panggung global. Di Indonesia, VinFast menemukan "rumah kedua," dengan membawa ekosistem mobilitas hijau terpadu yang telah terbukti sukses di tanah kelahirannya.
Hanya dalam waktu setahun sejak debut resminya, VinFast memperkenalkan berbagai model yang sesuai dengan preferensi pasar Indonesia - mulai dari VF 3, VF 5, VF 6, VF e34, hingga VF 7 yang baru diluncurkan. Semua didukung dengan kebijakan penjualan dan layanan purna jual yang menarik agar adopsi kendaraan listrik menjadi lebih terjangkau dan menarik bagi konsumen.
Di samping itu, VinFast juga menggandeng dealer, penyedia layanan, hingga bank terkemuka untuk membangun ekosistem pendukung yang memudahkan transisi konsumen ke kendaraan listrik.
Salah satu inovasi utama VinFast adalah kebijakan berlangganan baterai, wujud nyata dari filosofi customer-first. Skema ini menurunkan biaya awal pembelian kendaraan, sekaligus memberikan jaminan perawatan dan penggantian baterai seumur hidup. VinFast juga melengkapinya dengan jaminan nilai jual kembali, sehingga konsumen terlindungi dari risiko depresiasi harga.
CEO VinFast Indonesia, Kariyanto Hardjosoemarto menegaskan, program berlangganan baterai bukan sekadar strategi harga. Menurutnya, ini adalah cara untuk membuka akses kendaraan listrik kepada para konsumen.
"Dengan memisahkan biaya baterai, kami bisa menurunkan harga awal secara signifikan sebuah hambatan utama bagi banyak pengguna. Di saat yang sama, kebijakan berlangganan fleksibel tanpa batas jarak tempuh dan garansi baterai seumur hidup memberikan ketenangan penuh bagi konsumen dalam jangka panjang," jelasnya dikutip melalui siaran pers VinFast, Sabtu (8/11).
Dikatakan Kariyanto, solusi tersebut memudahkan konsumen mengakses kendaraan listrik tanpa mengorbankan kualitas, keamanan, atau layanan purna jual. "Solusi ini berkontribusi pada transisi menuju mobilitas hijau yang lebih berkelanjutan dan merata," tambahnya Kariyanto.
Komitmen ini meluas hingga ke infrastruktur penting. Melalui V-Green, perusahaan pengisian daya global yang didirikan oleh Chairman Vingroup dan CEO VinFast, Pham Nhat Vuong, Indonesia kini menjadi pusat rencana ambisius untuk membangun jaringan pengisian daya internasional.
Untuk mempercepat adopsi, pemilik kendaraan listrik VinFast di Indonesia mendapatkan akses pengisian daya gratis, sebuah upaya nyata untuk menghilangkan hambatan utama elektrifikasi.
Inisiatif lain yang didirikan yaitu Green SM, yang secara bersamaan terus memperluas jangkauannya, menawarkan kesempatan bagi masyarakat Indonesia untuk merasakan kendaraan listrik pintar VinFast melalui layanan taksi, sehingga mobilitas berkelanjutan dapat segera tersedia.
Dalam upaya memperkuat fondasi jangka panjang, VinFast menjadikan Indonesia sebagai satu-satunya pasar di Asia Tenggara selain Vietnam yang dipilih untuk pembangunan pabrik yang berlokasi di Subang, Jawa Barat.
Pabrik ini dirancang sebagai tempat di mana ide bertemu peluang, ribuan lapangan kerja tercipta, dan tenaga kerja lokal dibekali keterampilan untuk menguasai teknologi masa depan. Dengan meningkatkan unsur lokal dan menumbuhkan generasi baru bertalenta, VinFast turut membentuk masa depan industri Indonesia.
Bagi VinFast, perjalanan ini bukan tentang menjadi pemain asing di pasar baru. Sebaliknya, ini tentang menjadi bagian dari kisah bersama. Dalam kreativitas generasi muda Indonesia, dalam keterbukaan kelas menengah yang sedang berkembang, dan dalam visi para pembuat kebijakannya, VinFast melihat cerminan aspirasinya sendiri. (*)
Tag: #langit #kelabu #jalan #basah #sepotong #cerita #vinfast #jakarta