Meta Gelontorkan Rp 244 Triliun untuk Bikin AI Tingkat Lanjut “Superintelligence”
Logo Meta, Metaverse. (SHUTTERSTOCK/MUNDISSIMA)
10:03
16 Juni 2025

Meta Gelontorkan Rp 244 Triliun untuk Bikin AI Tingkat Lanjut “Superintelligence”

- Meta dilaporkan bersiap menggelontorkan investasi besar senilai 15 miliar dollar AS atau sekitar Rp244 triliun dalam upaya ambisius untuk menciptakan kecerdasan buatan tingkat lanjut, yang dikenal sebagai Superintelligence AI.

Perbedaan utama antara superintelligence dengan kecerdasan buatan/AI saat ini (narrow/general AI) terletak pada tingkat kecerdasan, cakupan kemampuan, dan kontrolnya.

Induk Facebook, Instagram, dan WhatsApp itu diyakini ingin mengejar pengembangan AI jenis ini, yang bisa jadi semacam “otak digital” masa depan, setelah bisa dikatakan gagal dengan proyek metaverse-nya.

Untuk mewujudkannya, Meta bakal mengakuisisi 49 persen saham Scale AI, sebuah perusahaan rintisan (startup) AI berbasis di Amerika Serikat yang didirikan oleh Alexandr Wang dan Lucy Guo.

Berbeda dari perusahaan AI besar lain yang fokus pada pengembangan model (seperti OpenAI atau Anthropic), Scale AI fokus menyediakan bahan bakar utama AI, yaitu data berkualitas tinggi.

Mereka unggul dalam pelabelan data berskala besar (teks, gambar, video, lidar, sensor 3D) serta evaluasi dan validasi model (melalui sistem evaluasi SEAL - Safety, Evaluation, and Alignment Lab). Klien-klien Scale AI saat ini antara lain Google, Microsoft, dan OpenAI.

Pada Maret 2025 lalu, Scale AI menandatangani kontrak besar dengan Departemen Pertahanan AS untuk membangun sistem militer berbasis AI bernama ThunderForge. Sistem ini akan digunakan untuk perencanaan dan operasi militer AS, khususnya di kawasan Indo-Pasifik dan Eropa.

Menurut laporan, Wang juga akan bergabung dengan Meta dalam posisi senior. Selain pendiri dan CEO Scale AI, Wang juga dikenal sebagai pemuda dengan predikat miliarder termuda hasil usaha sendiri dalam usia 24 tahun versi Forbes.

Ini memperkuat sinyal bahwa akuisisi ini bukan hanya investasi pasif, tetapi bagian dari rencana jangka panjang Meta membentuk ulang arah pengembangan AI-nya.

Meta sendiri telah berinvestasi dalam AI selama lebih dari satu dekade. CEO Meta Mark Zuckerberg menciptakan lab AI khusus pertama perusahaan pada tahun 2013, setelah kalah dari Google dalam upaya mengakuisisi perusahaan rintisan DeepMind yang kini menjadi inti dari Gemini, teknologi AI dari Google.

Pada awal tahun ini, Meta juga menyiapkan anggaran hingga 65 miliar dollar AS (sekitar Rp 1.050 triliun) pada 2025 ini demi infrastruktur kecerdasan buatan.

Mark Zuckerberg menyampaikan langsung kabar tersebut. Ia mengatakan bahwa 2025 ini adalah tahun yang krusial dalam pengebangan kecerdasan buatan (AI).

Apa itu Superintelligence AI?

Ilustrasishutterstock IlustrasiDalam konteks ini, Superintelligence AI yang konon ingin dikembangkan Meta merujuk pada teknologi kecerdasan buatan yang jauh lebih pintar dari manusia dalam segala hal.

Saat ini, AI seperti ChatGPT, Siri, atau Google Assistant masih tergolong narrow AI karena hanya bisa membantu dalam tugas-tugas tertentu atau spesifik. Misalnya menjawab pertanyaan, menerjemahkan, atau membuat gambar. Kemampuan AI-nya pun tidak selalu sempurna dan akurat.

Sementara itu, superintelligence AI adalah tahap yang jauh lebih tinggi, dan bahkan disebut belum bisa diwujudkan dengan teknologi saat ini.

Superintelligence AI nantinya disebut dapat juga mampu berpikir, mengambil keputusan, memecahkan masalah kompleks, dan menciptakan hal-hal baru secara mandiri, bukan hanya menjawab pertanyaan atau membantu membuat gambar.

Ambisi Meta untuk mengejar superintelligence AI dianggap sebagai upaya besar untuk melompati perkembangan AI saat ini dan menciptakan kecerdasan buatan dengan level pemahaman dan kreativitas melebihi manusia.

Para ahli sendiri menekankan bahwa teknologi seperti ini belum ada, dan masih sangat jauh dari kenyataan. Bahkan AI hari ini masih bisa gagal menyelesaikan tugas-tugas sederhana yang bisa dikerjakan oleh siswa sekolah.

Langkah ini juga dibaca sebagai upaya Meta untuk bangkit setelah kegagalan besar mereka dalam proyek Metaverse. Meskipun menggelontorkan investasi besar-besaran, proyek dunia virtual itu gagal mendapatkan respons pasar dan bahkan sempat menjadi bahan olokan.

“Ini tampak seperti usaha Meta untuk merebut kembali posisi strategisnya setelah Metaverse gagal total,” kata Michael Wooldridge, profesor AI dari Universitas Oxford.

Ilustrasi penerapan teknologi metaverse

DOK. Freepik Ilustrasi penerapan teknologi metaverse Seperti diketahui Facebook Inc. melakukan rebranding menjadi Meta Platforms Inc., untuk fokus mengembangkan metaverse. Konsep ini bertujuan untuk menciptakan dunia digital yang mengintegrasikan realitas virtual (VR) dan realitas tertambah (AR), memungkinkan pengguna untuk berinteraksi secara lebih mendalam.

Menurutnya, Meta kini berusaha mengejar ketertinggalan dari para kompetitor, yang telah lebih dulu mencuri perhatian dalam pengembangan model AI canggih seperti ChatGPT milik OpenAI dan Gemini milik Google.

Meta sendiri belum memberikan pernyataan resmi terkait investasi tersebut. Pihak Scale AI juga belum memberikan komentar.

Namun jika kabar ini benar, maka langkah Meta akan menjadi salah satu investasi AI terbesar yang pernah dilakukan perusahaan teknologi, dan sekaligus membuka babak baru dalam pertarungan global menuju masa depan kecerdasan buatan yang makin otonom dan powerful

Seruan untuk bikin CERN versi "AI"

Rencana investasi ini memicu kekhawatiran di kalangan akademisi dan pengamat teknologi. Mereka menilai dominasi pengembangan AI oleh segelintir perusahaan teknologi besar bisa mengancam transparansi dan kepercayaan publik.

“Sudah saatnya dunia punya CERN untuk AI (sebuah lembaga riset terbuka seperti pusat riset nuklir Eropa) agar pengembangan AI dilakukan secara kolaboratif dan transparan,” kata Wooldridge.

Dr Andrew Rogoyski dari Institute for People-Centred AI di University of Surrey menambahkan bahwa fenomena ini menunjukkan “perburuan besar-besaran talenta AI” oleh perusahaan teknologi, termasuk dengan mengakuisisi startup muda atau menarik peneliti dari universitas, sebagaimana dihimpun KompasTekno dari The Guardian, Senin (16/6/2025).

Tag:  #meta #gelontorkan #triliun #untuk #bikin #tingkat #lanjut #superintelligence

KOMENTAR