Pemain Makan Sembarangan, Dimaklumi tetapi Jangan Dinormalisasi
Ilustrasi bahan makanan. Banyak makanan mengandung berbagai nutrisi yang dibutuhkan tubuh untuk mendapatkan gizi seimbang. (iStockphoto/fcafotodigital)
20:13
14 Januari 2024

Pemain Makan Sembarangan, Dimaklumi tetapi Jangan Dinormalisasi

- Dokter spesialis olahraga dr. Donny Kurniawan, Sp.K.O, Subsp. ALK (K) memberikan pendapatnya tentang perdebatan mengenai pemain-pemain lokalyang makan sembarangan dalam beberapa waktu terakhir.

Menurut dokter yang juga kepala divisi Medical & Health APPI (Asosiasi Pemain Profesional Indonesia) tersebut, hal ini bisa dimaklumi tapi tidak boleh dinormalisasi.

Beberapa waktu terakhir, masyarakat luas  ramai menyoroti pemain-pemain yang  dianggap melanggar program makanan sehat.

Sebut saja Witan Sulaeman dan Marselino Ferdinan yang memasak mi instan disela-sela pemusatan latihan persiapan Piala Asia 2023.

Terbaru, Radja Nainggolan membagikan momen ketika makan bareng di warung bersama empat rekannya di Bhayangkara FC yakni Muhammad Hargianto, Muhammad Zulfahmi Arifin, Arsa Ahmad dan Titan Agung.

dr. Donny Kurniawan tidak kaget dengan fenomena semacam ini di kalangan pemain sepak bola Indonesia.

Hal itu disebabkan latar belakang dan budaya yang membentuk preferensi pemain terhadap makanan. Terkadang, pemain rindu menyantap hidangan-hidangan tersebut saat menjalani diet.

“Yang perlu dipahami adalah adanya korelasi antara pola makan atlet dan budaya," ujar dr. Donny kepada Kompas.com.

"Para atlet sering kali mengikuti pola makan yang dipengaruhi oleh latar belakang budaya mereka, yang dapat mempengaruhi pilihan makanan, waktu makan dan nutrisi disukai."

Ia menjelaskan secara umum, dewasa ini pemain sudah lebih bijaksana dalam memilih makanan.

Mereka bisa menyeleksi mana makanan-makanan tradisional yang bisa dimakan, mana makanan yang masuk larangan.

“Budaya memainkan peran penting dalam membentuk kebiasaan makan dan atlet mungkin menggabungkan makanan tradisional atau regional ke dalam rencana nutrisi mereka,” ujar dr. Donny Kurniawan.

“Selain itu, keyakinan budaya, praktik, dan ritual seputar makanan dapat memengaruhi pola makan atlet, yang berdampak pada performa, pemulihan, dan kesejahteraan secara keseluruhan,” imbuhnya.

Ia tetap mengingatkan hal ini tidak bisa dinormalisasi.

Pemain boleh makan di warung maupun di resto cepat saji akan tetapi mereka harus memahami kebutuhan gizi dan konsekuensi dari apa yang dilakukan.

“Tidak ada yang langsung menjadi gemuk hanya karena makan berlemak sekali, begitu pula tidak ada yang langsung menjadi kurus hanya dengan menjaga pola makan sehat selama 1 hari,” ucap mantan dokter Persija Jakarta itu.

“Yang terpenting adalah pola makan secara keseluruhan dan pemahaman tentang apa yang sesuai untuk mendukung kesehatan dan performa mereka,” pungkasnya.

Editor: Suci Rahayu

Tag:  #pemain #makan #sembarangan #dimaklumi #tetapi #jangan #dinormalisasi

KOMENTAR