Seribu Hari Tragedi Kanjuruhan, Luka Tak Pernah Sembuh, Doa Terus Mengalir
Suasana memperingati 1000 hari Tragedi Kanjuruhan yang dihadiri nawak-nawak Malang Raya di depan Gate 13 Stadion Kanjuruhan Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Kamis (26/6/2025) malam.(KOMPAS.com/SUCI RAHAYU)
12:02
27 Juni 2025

Seribu Hari Tragedi Kanjuruhan, Luka Tak Pernah Sembuh, Doa Terus Mengalir

KOMPAS.com - Seribu hari telah berlalu, namun rasa kehilangan, ketidakadilan dan perjuangan untuk kebenaran atas Tragedi Kanjuruhan belum selesai.

Di tengah duka yang belum terobati, doa dan solidaritas menjadi cahaya yang menjaga agar tragedi kelam sepak bola Indonesia, 1 oktober 2022 lalu tidak dilupakan. 

Di tempat kejadian tragedi, Stadion Kanjuruhan Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur, suasana berbeda terasa di sejak Kamis (26/06/2025) sore.

Usai sesi latihan rutin, manajemen Arema FC menggelar doa bersama anggota tim, manajemen hingga pelatih dan dua pemain anyar asal Brasil.

Mereka memanjatkan doa di pinggir lapangan yang dipimpin seorang ustadz untuk memperingati 1000 hari Tragedi Kenjuruhan. 

Meski begitu manajemen Arema FC tidak hanya ingin memperingati tragedi yang merenggut 135 nyawa dan ratusan suporter luka-luka sebagai kenangan, tetapi juga sebagai pengingat.

Apalagi berbarengan dengan malam 1 Suro, sehingga menjadi doa akhir tahun dan doa awal tahun Jawa turut dipanjatkan sebagai bentuk refleksi dan harapan agar langkah klub dan masyarakat ke depan bisa lebih baik.

Suasana doa bersama memperingati 1000 hari Tragedi Kanjuruhan yang diikuti seluruh anggota tim Arema FC di pinggir lapangan Stadion Kanjuruhan Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Kamis (26/6/2025) malam.KOMPAS.com/SUCI RAHAYU Suasana doa bersama memperingati 1000 hari Tragedi Kanjuruhan yang diikuti seluruh anggota tim Arema FC di pinggir lapangan Stadion Kanjuruhan Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Kamis (26/6/2025) malam.

"Inti dari pembacaan doa ini adalah untuk mendoakan mereka yang telah tiada saat tragedi kemarin," ungkap General Manager Arema FC, Yusrinal Fitriandi kepada para wartawan termasuk Kompas.com.

Pada malam harinya, suasana kembali hening di depan Gate 13 Stadion Kanjuruhan. Di bawah remang lampu dan sapuan angin malam, sekitar 300 orang berkumpul, termasuk keluarga korban, untuk kembali memanjatkan doa bersama.

Di antaranya hadir sosok yang cukup dikenal dalam perjuangan mencari keadilan, Devi Athok, ayah dua korban jiwa ini tetap teguh berdiri, meski hati dan pikirannya masih penuh tanya.

"Putusan hukum yang dijatuhkan sangat tidak sesuai dengan kenyataan. Mereka menembak ke tribune, melanggar peraturan, dan menyebabkan kematian. Tapi hukumannya hanya dianggap kelalaian, bukan pembunuhan. Ini menyakitkan," ujar pria asal Bululawang itu.

Tidak hanya soal pasal, ia juga menyayangkan hasil sidang restitusi. Nilai Rp15 juta untuk nyawa anak-anaknya terasa seperti penghinaan.

"Kita tidak melihat nilainya, tapi begitu murahnya harga nyawa di Indonesia sangat menyayat hati," imbuhnya.

Suasana doa bersama memperingati 1000 hari Tragedi Kanjuruhan yang dihadiri nawak-nawak Malang Raya di depan Gate 13 Stadion Kanjuruhan Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Kamis (26/6/2025) malam.KOMPAS.com/SUCI RAHAYU Suasana doa bersama memperingati 1000 hari Tragedi Kanjuruhan yang dihadiri nawak-nawak Malang Raya di depan Gate 13 Stadion Kanjuruhan Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Kamis (26/6/2025) malam.

Meski kecewa, ia tidak berhenti dan bersiap melangkah ke Jakarta, menuju DPR dan MPR RI, demi mendorong agar tragedi Kanjuruhan ini tidak berhenti di meja pengadilan yang dingin.

"Kami ingin pelaku-pelaku ini diusut tuntas. Agar para arwah korban tenang, dan tragedi seperti ini tak terulang lagi," kata Devi Athok.

Sementara itu, organisasi suporter, Aremania Utas memilih tidak menggelar kegiatan besar dalam memperingati 1000 hari Tragedi Kanjuruhan ini.

Mereka mengadakan doa bersama dengan manajemen Arema FC dan berkunjung kerumah salah satu keluarga korban secara langsung, menyatu dalam duka, berbagi pelukan dan kekuatan.

"Rasanya kurang afdol kalau acara kami berjalan tanpa mereka. Maka kami memilih untuk membersamai mereka," kata Ali Rifki, Koordinator Presidium Aremania Utas.

Sebagai bentuk penghormatan lebih besar, Aremania Utas telah merancang agenda Haul Akbar pada 1 Oktober 2025 mendatang.

Sebuah penanda bahwa perjuangan ini belum selesai, bahwa luka bukan sekadar statistik, tapi tentang nyawa, tentang keluarga, tentang manusia.

 

Tag:  #seribu #hari #tragedi #kanjuruhan #luka #pernah #sembuh #terus #mengalir

KOMENTAR