Harlah ke-102 NU, Gus Salam Soroti Kepemimpinan PBNU, Wajib Dinasihati jika Bertindak di Luar Batas
Diskusi publik dan bahtsul masail dengan tema 'Mencari Sosok Rois Aam dan Ketum PBNU yang Teduh, Kapabel, dan Berintegritas' di Ballaroom Grand Surya, Kediri Jawa Timur, Sabtu (25/1). (istimewa)
21:16
26 Januari 2025

Harlah ke-102 NU, Gus Salam Soroti Kepemimpinan PBNU, Wajib Dinasihati jika Bertindak di Luar Batas

  - Ratusan Masyayikh, aktivis Nahdlatul Ulama (NU), Presidium Penyelamat Organisasi (Presidium PO) dan Muktamar Luar Biasa NU (MLB NU) Koordinator Jawa Timur (Jatim) menggelar silaturahim yang dibungkus acara diskusi publik dan bahtsul masail dengan tema 'Mencari Sosok Rois Aam dan Ketum PBNU yang Teduh, Kapabel, dan Berintegritas' di Ballaroom Grand Surya, Kediri Jawa Timur, Sabtu (25/1).    Ketua Presidium PO dan MLB NU KH Abdussalam Shohib menyatakan, kesadaran bersama bahwa kebanggaan terhadap jam’iyyah NU tidak berseger sedikitpun. Kebanggaan dengan landasan teologis, filosofis dan sosiologis NU yang kokoh.   "Forum silaturrohim menyadari bahwa marwah NU, kehormatan, harga diri dan nama baik NU tidak bergantung pada pengurusnya, dan sebaliknya, pengurus berkewajiban dan bertanggung jawab menjaga marwah NU demi ta’dhim dan memuliakan para pendiri (muassis) dan masyayikh pendahulu serta ulama pesantren, penopang jam’iyyah Nahdlatul Ulama," kata pria yang karib disapa Gus Salam.   Pengasuh Pondok Pesantren Mambaul Ma’arif, Denanyar, Jombang itu menegaskan, NU tidak identik dengan pengurusnya. Karena itu, pengurus wajib diingatkan dan dinasehati bila bersikap dan bertindak diluar garis batas penyelenggaraan dan kepemimpinan jam’iyyah.    Bahkan, konstitusi NU menyediakan mekanisme organisasi bila Mandataris (Rais Aam dan Ketua Umum PBNU) melakukan pelanggaran berat.   "Dalam diskusi diungkap doktrin Muassis NU, bahwa “Ulamā Umanā’ullāh ‘Alā ‘Ibādihi”; ulama NU adalah pemegang amanat Allah atas hambaNya dengan orientasi ashlah (membangkitkan pemajuan) umat, negara dan alam/lingkungan (ruang hidup umat)," tuturnya.   Menurutnya, pemimpin jam’iyyah Nahdlatul Ulama adalah mereka dengan sifat-sifat mulia, kepeloporan, teladan dan orientasi suci, ikhlas, mewarisi kepemimpinan dan perjuangan nabi dan rosul. Tidak hanya ilmu, amal dan spiritual, ideologi atau sistem berpikir yang membentuk jiwa-kepribadian khidmat berjuang pemimpin NU, memiliki sandaran-rujukan terangkai/tersambung dengan pendahulu hingga Rosul SAW.          "Rais Aam PBNU, mulai dari Prof. Dr. KH. Ma’ruf Amin, Dr.(HC) KH. Sahal Mahfudz, KH. Ilyas Ruhiyat, Prof. Dr. KH Ali Yafie, KH Ahmad Shiddiq, dan KH. KH Ali Ma’shum, adalah sosok ulama, munadzdzim, dan muharrik dengan karya dan khdimat monumental, di jamannya. Beliau-beliau adalah teladan silaturrohim antar masyayikh pesantren, penguat persatuan, kesatuan dan soliditas jam’iyyah," tegasnya.   "Kepeloporan luhur mereka tidak diragukan, termasuk kepeloporan khidmat-ikhlas KH Sahal Mahfudz yang membiayai sendiri kebutuhannya, saat beraktifitas di NU. Figur ulama teduh, kapabel dan berintegritas," sambungnya.   Gus Salam pun menyebut, Ketua Umum PBNU mulai dari KH Said Aqil Siroj, KH. Hasyim Muzadi, dan KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), adalah sosok ulama operator lapangan yang paham dan bergelut dengan realita serta memiliki kecerdasan emosional dan sosial yang monumental. Mereka bertiga memberi teladan silaturrohim antar masyayikh hingga dikenal sangat dekat dengan pondok pesantren dan nahdliyyin arus bawah.   "Dan bagi Gus Dur, tidak ada kawan-lawan yang tidak diperlakukan secara proporsional, sekeras apapun perbedaan dan pertentangannya. Sosok operator jam’iyyah yang teduh, kapabel dan berintegritas," ujar Gus Salam.   Ia pun menyoroti kepemimpinan PBNU periode 2022-2027. Gus Salam menilai, selama tiga tahun berjalan, kehormatan, harga diri dan nama baik NU dipergunjingkan publik hingga pelosok dan media sosial.   Karena itu, forum diskusi publik berharap pemimpin NU adalah figur-figur yang bagi kalangan bawah adalah panutan kharistik yang teduh dan berwibawa. Hal itu penting, bagi kalangan menengah untuk pembangkit perubahan karena kapasitas dan kepemimpinannya.    "Bagi kalangan atas adalah inspirator dan guru bagi kehidupan beragama, bermasyarakat dan bernegara-bangsa, sekaligus penguat bagi gerakan civil society," pungkasnya.

Editor: Estu Suryowati

Tag:  #harlah #salam #soroti #kepemimpinan #pbnu #wajib #dinasihati #jika #bertindak #luar #batas

KOMENTAR