Beda Kasus Agus Salim dengan Agus Buntung yang Tengah Disorot Publik
Dua kasus berbeda yang tengah jadi sorotan publik.
Berikut dirangkum Tribunnews.com, Kamis (5/12/2024), perbedaan dua kasus ini dan kronologi kejadian.
Duduk Perkara Kasus Agus Salim
Kasus Agus Salim sebenarnya adalah kasus donasi yang tak berkesudahan.
Agus Salim merupakan pria yang kehilangan sebagian penglihatannya karena disiram air keras oleh rekannya pada 1 September 2024 lalu.
Kisahnya viral di media sosial. Ini membuat seorang Youtuber bernama Pratiwi Noviyanthi alias Novi inisiatif menggalan dana buat Agus Salim.
Novi kemudian mendapat dukungan dari Denny Sumargo juga seorang YouTuber.
Dari penggalangan dana itu terkumpul uang Rp1,5 miliar.
Uang itu diharapkan bisa mengobati mata Agus Salim.
Namun setelahnya, Pratiwi Noviyanthi mempersoalkan transparansi donasi pengobatan yang diterima oleh Agus Salim.
Diindikasikan ada ketidakjujuran terkait jumlahnya hingga muncul dugaan bahwa uang itu tak digunakan buat Agus Salim berobat.
Ada pula dugaan bahwa donasi tersebut tidak digunakan sebagaimana mestinya.
Setelah jadi polemik dan viral jadi sorotan, Agus Salim dan istrinya, Elmi Nurmala yang kembali diundang ke Podcast Denny Sumargo akhirnya mengembalikan donasi tersebut untuk dikelola yayasan milik Pratiwi Noviyanthi.
Langkah ini dilakukan agar dapat memonitor dan mengatur pengeluaran donasi untuk Agus Salim.
Namun, setelah it Pratiwi Noviyanthi malah dilaporkan oleh Agus Salim ke polisi.
Bahkan Agus mengaku uang donasi tersebut tak lagi penting untuknya.
Agus Salim bersama pengacara Farhat Abbas melaporkan Pratiwi ke Polda Metro Jaya pada Sabtu (19/10/2024)
Farhat Abbas menyatakan, pihaknya melaporkan Novi atas dugaan pencemaran nama baik.
“Ini Wulan dan Wawa ya buat laporan pertama nanti menyusul Agus. Mereka ini bukan orang kecil, tetapi orang yang dikecil-kecilin. Mereka bukan orang yang menyusahkan, tapi mereka memang susah. Tapi jangan dipermalukan ya,” ujar Farhat saat tiba di Polda Metro Jaya kepada media, dikutip dari YouTube Intens Minggu (20/10/2024).
Farhat Abbas menjelaskan tak cuma akan melaporkan Pratiwi Noviyanthi dengan pencemaran nama baik, namun juga atas dugaan pemerasan.
Ia memberi waktu kepada Pratiwi Noviyanthi untuk segera mengembalikan uang donasi milik Agus, yang kini berada di rekening yayasan milik sang YouTuber.
Lantas apa kata Pratiwi Noviyanthi soal laporan Agus Salim terhadap dirinya?
Tentu saja, Pratiwi merasa kecewa.
Hal ini ia ungkapkan via akun instagram pribadinya @pratiwinoviyanthi_real, Selasa (22/10/2024).
Pratiwi Noviyanthi menyebut tak semua orang tahu cara menghargai dan berterima kasih meski sudah dibantu.
Meski demikian, Pratiwi Noviyanthi mengaku tak akan membalas perbuatan Agus Salim yang tega melaporkannya.
Saat sikap Agus Salim dikecam, muncul petisi bahwa dirinya dituntut untuk mengembalikan donasi karena telah membuat penyumbangnya kecewa.
Hingga Rabu (23/10/2024) siang petisi yang berisi dukungan agar uang donasi Agus korban air keras dikembalikan ke donatur kini telah tembus lebih dari 111 ribu tanda tangan.
Sebelum ada petisi ini, Pratiwi Noviyanthi mengaku sebenarnya sudah pasrah dengan nasib uang donasi Agus Salim.
Ia tak ingin kisruh yang terjadi semakin memanjang.
Namun ia akhirnya kembali berjuang lantaran adanya petisi dari para donatur yang meminta uang yang diberikan ke Agus Salim kembali.
Kasus ini terus bergulir hingga melibatkan Kementerian Sosial.
Pengacara Kondang Hotman Paris mengungkapkan, bahwa kasus Agus Salim membuat banyak pengacara ikut campur.
Ia menilai, para pengacara tersebut hanya ingin viral dengan adanya kasus yang tengah mencuat itu.
"Kasusnya sudah menjadi ajang para pengacara-pengacara yang tidak punya klien berusaha untuk viral semuanya," ungkap Hotman Paris, dikutip dari YouTube Trans TV Official, Selasa (3/12/2024).
Duduk Perkara Agus Buntung
Agus Buntung adalah terduga pelecehan seksual fisik di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB) .
Korbannya banyak ada 13 orang perempuan.
Mirisnya dari 13 orang perempuan tersebut ternyata ada anak yang masih di bawah umur.
Hal tersebut disampaikan Ketua Komisi Disabilitas Daerah (KDD) Nusa Tenggara Barat (NTB) Joko Jumadi, Selasa (3/12/2024).
Joko menyebut kekerasan seksual yang diduga dilakukan Agus Buntung pertama terjadi pada 2022 dengan korban satu anak.
Kasus-kasus yang lain disebut terjadi pada tahun 2024.
Berdasarkan keterangan korban, Agus Buntung meski tak punya lengan melakukan kekerasan seksual dengan modus komunikasi verbal yang dapat memengaruhi psikis.
"Untuk yang anak-anak tiga orang, itu modusnya dipacarin. Apakah sudah disetubuhi atau tidak? Wallahualam," kata Joko.
Tak hanya itu, Joko juga mendengar isu ada satu korban Agus Buntung yang diduga sampai hamil.
Para korban mengurai nasib pilu yang dialami.
"Ada yang memang sampai persetubuhan, ada juga yang baru proses percobaan (pelecehan). Ada yang sudah sampai dibawa ke homestay kemudian korbannya lari. Tapi memang ada yang sampai tahap pelecehan seksual fisik paripurna artinya persetubuhan," kata Joko Jumadi.
"Korban menyampaikan, semuanya modusnya sama, (pelaku) memanipulasi keadaan. Yakni mengambil informasi dari korban, kemudian informasi yang sifatnya rahasia dan keadaan tertentu dari korban yang bisa dimanfaatkan sebagai alat untuk itu (pengancaman guna pelecehan)," sambungnya.
Pengakuan Korban
Pendamping korban dari Komunitas Senyumpuan, Ade Lativa Fitri mengungkapkan informasi dari pihak mahasiswi yang menjadi korban Agus Buntung.
Korban kekerasan seksual, kata Ade, tidak mengenal pelaku.
Keduanya juga belum pernah bertemu sebelum kejadian itu terjadi.
"Jadi benar-benar (baru pertama kali) bertemu di Taman Udayana, si korban sedang nongkrong-nongkrong mencari udara segar, tiba-tiba dihampiri si pelaku ini," tutur Ade dilansir dari Tribun Lombok, Minggu (1/12/2024).
Dijelaskan Ade, pertemuan keduanya berjalan normal.
Pelaku awalnya mengajak si korban ngobrol dan berkenalan.
"Tapi kemudian ada satu momen, dimana si pelaku ini dengan sengaja mengarahkan korban agar melihat ke satu arah, ke arah utara dari tempat duduk korban."
"Dimana di arah utara itu ternyata ada sepasang kekasih yang sedang melakukan aktivitas seksual," jelas Ade.
Korban yang melihat lantas kaget dan tiba-tiba menangis.
Pelaku yang melihat kondisi korban lantas mengajak pindah tempat untuk mendengarkan curhatan korban.
"Akhirnya korban ketakutan dan dia menangis. Nangisnya korban itu kemudian dijadikan sebagai cara si pelaku untuk membawa korban berpindah tempat."
"Jadi yang awalnya ngobrol di bagian depan (jogging track) di pinggir jalan banget, akhirnya diajak pindah ke belakang yang sepi tidak ada orang, tidak ada cctv," jelas Ade.
Dalam perjalanan ke bagian belakang, pelaku mulai menanyakan hubungan korban dengan mantan-mantannya.
"Kamu pernah ya melakukan ini, makanya kamu nangis ya, bla..bla..gitu," kata Ade, menirukan perkataan pelaku untuk mengintimidasi korban.
Pelaku memanfaatkan masa lalu korban untuk mengulik personal si korban.
Korban mulai merasa sedang dicari tahu kelemahannya dan diintimidasi.
"Sampai akhirnya si pelaku (tersangka) bilang ke korban, kamu harus mensucikan diri dari dosa-dosamu di masa lalu dengan cara kamu harus mandi bersih," ungkap Ade, dari pengakuan korban.
Korban saat itu sempat menolak untuk melakukan ajakan mandi bersih.
Namun, pelaku mengancam korban dengan ancaman akan menyebarkan aib korban kepada semua orang.
"Dia (tersangka) bilang, kamu itu sudah terikat sekarang sama saya, saya sudah tahu segala hal tentang kamu, saya akan laporkan semua itu ke orang tuamu," demikian ancaman pelaku ke korban.
Korban saat itu dalam kondisi tidak stabil pikirannya tambah ketakutan, sehingga korban terpaksa mengikuti permintaan pelaku.
"Akhirnya korban yang sedang dalam kondisi banyak pikiran merasa ketakutan dengan ancaman pelaku, akhirnya mengiyakan ajak pelaku dibawa ke homestay dengan dalih untuk membersihkan diri," ungkap Ade.
Korban mengakui homestay tersebut dibayar sendiri oleh korban dalam kondisi terancam dan disuruh oleh tersangka.
"Bukan secara sukarela memberi uang untuk membayar homestay, korban mengaku ketakutan, karena jika kabur korban pasti dikejar karena ada interaksi pemilik homestay dengan si pelaku," ujar Ade.
Akhirnya di homestay tersebut, tersangka melancarkan aksinya merudapaksa korban yang saat itu dalam kondisi tertekan dan terancam.
Korban, lanjut Ade, saat itu dalam posisi tidak bisa berbuat apa-apa karena secara psikologis tertekan.
Bahkan sampai saat ini korban masih merasa tertekan lantaran kesulitan melawan logika publik, di mana publik menyakini seorang disabilitas tidak bisa melakukan kejahatan seksual.
Lebih parahnya lagi, korban yang melapor ke pihak berwajib justru menjadi sasaran karena dianggap dia yang bersalah.
Korban pun sampai menutup akun media sosialnya karena tidak ingin mendengar hal-hal yang akan membuatnya semakin disalahkan.
"Korban saat ini hanya ingin ada orang yang percaya sama dirinya," ujar Ade, selaku pendamping.
Sementara, Agus, sebagaimana dia kerap dipanggil, mengaku tak melakukan intimidasi kepada korban.
Ia justru mengaku sengaja sedang dijebak.
Awalnya, dia meminta bantuan kepada seorang perempuan yang tak lain adalah korbannya untuk diantarkan ke kampus.
Namun ternyata dia diturunkan di salah satu homestay di Kota Mataram.
Agus menegaskan tiba-tiba di ajak masuk ke sebuah kamar.
"Saya ceritain setelah saya sampai homestay itu, dia yang bayar, dia yang buka pintu, terus tiba-tiba dia yang bukain baju dan celana saya," ungkap Agus.
Agus mengaku tidak mendapat ancaman dari korban.
Ia sengaja tak melakukan perlawanan karena posisinya dalam keadaan tidak berbusana.
"Nggak ada diancam sama perempuan secara fisik, saya diam saja selama di dalam homestay, saya takut buat teriak karena sudah telanjang, saya yang malu kalau saya teriak," jelas Agus.
Belakangan, ia sadar bahwa dirinya dijebak.
Terutama setelah dirinya dituduh telah merudapaksa korban.
"Tapi yang membuat saya tahu kasus ini jebakan pas dia nelpon seseorang, di situ saya nggak berani mau ngomong apa. Saya merasa ini jebakan, karena ini ke sana kemari saya dituduh," terang Agus Buntung.
Agus merasa bingung sembari memperlihatkan tubuh disabilitasnya.
"Saya dituduh melakukan kekerasan seksual, coba dipikirkan bagaimana saya melakukan kekerasan seksual sedangkan bapak ibu lihat sendiri (nggak punya tangan), didorong aja saya, atau jangan diantar saya, atau ditinggal aja saya."
"Jadi pada intinya itu saya benar-benar kaget dan syok. Tiba-tiba dijadiin tersangka," jelas Agus, Minggu (1/12/2024).
Artikel ini telah tayang di TribunSumsel.com dengan judul 13 Wanita Lapor Jadi Korban Agus Pria Disabilitas Tersangka Pelecehan di NTB, Ada Dibawah Umur
Tag: #beda #kasus #agus #salim #dengan #agus #buntung #yang #tengah #disorot #publik