Tanggapi Isu Maju Jadi Ketum Golkar Gantikan Airlangga Hartarto, Gibran: Biar yang Senior
Sembari tertawa, Gibran mempersilakan tokoh yang lebih senior untuk duduk di kursi ketum Partai Golkar.
Putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu menilai banyak tokoh senior yang lebih mampu memimpin partai berlambang pohon beringin tersebut.
“Enggaklah. Ya biar yang senior atau yang lebih berpengalaman,” ujar Gibran, dikutip dari TribunSolo.com, Rabu (13/3/2024).
Tak hanya itu, Gibran juga sempat melontarkan candaan di hadapan awak media.
Ia sesumbar saat ini kerap ketinggalan berita, termasuk soal isu pencalonan dirinya sebagai ketum Partai Golkar.
“Aku ketinggalan berita banyak banget. Aneh-aneh sekarang ya berita-berita,” terangnya.
Sebagai mantan kader PDIP, Gibran mengaku tidak mengetahui proses pemilihan ketum di Partai Golkar.
Saat ini, Gibran memilih fokus menyelesaikan pekerjaan sebagai wali kota Solo.
Ia belum berpikir untuk masuk ke partai mana pun.
“Biar yang berpengalaman ya untuk jadi ketua atau pengurus. Untuk saat ini kami masih fokus dengan pekerjaan yang ada di Solo,” imbuhnya.
“Saya kan nggak tahu ya prosesnya di Partai Golkar untuk pemilihan ketua umum. Ya pasti terjalin terus dengan Pak Airlangga dengan partai mana pun."
Sebagai informasi, isu tersebut pertama kali dihembuskan oleh Direktur Eksekutif Indo Barometer, M Qodari.
Qodari memprediksi Gibran berpotensi terpilih sebagai ketum Partai Golkar dalam Musyawarah Nasional (Munas) yang akan digelar Desember 2024 mendatang.
Alasan Gibran Potensial Jadi Ketum Golkar
Adapun Qodari menjelaskan dua alasan kenapa Gibran dinilai cocok menduduki kursi ketum Golkar menggantikan Airlangga Hartarto.
Menurutnya, Gibran layak menduduki posisi strategis di partai politik setelah resmi dilantik sebagai calon wakil presiden RI pada Oktober 2024.
Qodari pun mengungkit kecenderungan Golkar melekat sebagai bagian dari pemerintahan.
“Kita tahu bahwa Partai Golkar punya kecenderungan yang sangat kuat untuk memiliki kaki, memiliki akses di pemerintahan bukan hanya menteri tetapi juga atau bahkan wakil presiden karena Golkar adalah partai yang ideologinya karya dan kekaryaan dan selalu berorientasi untuk menjadi bagian dari pemerintahan,” ucap Qodari.
Alasan kedua, menurut Qodari, yakni Partai Golkar harus berorientasi terhadap anak muda karena sebagian pemilihnya berasal dari kalangan muda.
Karena itu, Qodari beranggapan Partai Golkar harus banyak diisi oleh anak-anak muda untuk kepengurusan selanjutnya.
“Partai Golkar ini adalah partai yang tua, partai besar dan kalau kita bicara mengenai pemilih pada hari ini dan pemilih di masa yang akan datang, saya kira Partai Golkar mengalami tantangan bagaimana agar partai ini bisa menjadi partai yang punya orientasi kepada anak muda dan punya tokoh yang juga berasal dari anak muda,” katanya.
“Hal ini sebetulnya sudah sangat disadari oleh Partai Golkar, kita lihat adanya regenerasi generasi kedua dan generasi ketiga dari pengurus Golkar kepada anak-anak mereka, misalnya begitu banyak sekali anak-anak muda di Golkar yang merupakan penerus dari orang tuanya yang sudah berkiprah lama di Partai Golkar."
(Tribunnews.com/Jayanti Tri Utami/Theresia Felisiani, TribunSolo.com/Ahmad Syarifudin)
Tag: #tanggapi #maju #jadi #ketum #golkar #gantikan #airlangga #hartarto #gibran #biar #yang #senior