



Kisah Rangga: Dari Kuli Gudang Sehari Hingga Jadi Relawan Cuci Ompreng MBG Berhari-hari
Deru air dari keran terdengar riuh di sudut dapur besar itu. Ribuan wadah makan atau ompreng, ditumpuk lalu digosok satu per satu oleh para relawan menggunakan sabun hingga kembali mengilap. Di antara mereka, seorang pemuda berusia 20 tahun tampak tersenyum malu-malu. Dialah Rangga Melano, relawan bagian pencucian ompreng di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Larangan, Tangerang.
Bagi Rangga, bunyi gemericik air dan denting ompreng beradu bukan sekadar rutinitas. Itu adalah tanda bahwa perjuangannya untuk bangkit dari pengangguran panjang akhirnya menemukan arti.
Sempat Bekerja di Gudang
Rangga bercerita, usai lulus SMA ia sempat mencoba bekerja di gudang. Namun baru sehari, tubuhnya tak kuat menahan beban kerja. “Di gudang cuma sehari," ujarnya kepada Jawapos.com, Rabu (24/9).
Usai di gudang, Rangga kemudian menganggur hampir delapan bulan. Hingga suatu hari, Ia melihat ada pembangunan dapur SPPG dekat rumahnya. Dengan modal nekat, ia menanyakan lowongan pekerjaan di dapur tersebut.
"Saya datang aja sendiri (nanya sambil bawa berkas lamaran), Alhamdulillah diterima di bagian pencucian ompreng,” ucapnya.
Meski pekerjaannya cukup berat, Rangga mengaku nyaman. “Yang bikin betah karena timnya saling bantu. Dukanya nggak ada, malah menyenangkan,” tambahnya.
Rangga bekerja bersama 11 orang dalam satu tim bagian ompreng. Dimulai dari siang hingga malam. Terkadang, sampai lewat tengah malam, terutama ketika banyak rekan absen karena sakit. “Pernah cuma tujuh orang yang masuk, jadi harus kerja sampai jam 12 malam. Tapi ya tetap jalan, saling menguatkan,” ujarnya.
Sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, Rangga merasa tak punya pilihan selain terus berjuang. Adiknya yang pertama masih kelas 11 SMA, sementara yang bungsu baru berusia lima tahun. Orang tuanya bekerja di bidang makanan, namun penghasilan keluarga tak selalu cukup.
“Karena kalau saya gampang menyerah, ntar keluarga saya gak dapat makan atau dapat uang dari saya. Jadi saya kerja bener-bener sungguh-sungguh," katanya.
Mimpi Jadi Polisi
Di balik kesederhanaannya, Rangga menyimpan mimpi besar: yakni menjadi polisi. Ia bahkan pernah mencoba mendaftar, tapi gagal karena dianggap tak memenuhi syarat fisik. “Udah usaha nurunin berat badan, tapi ya gimana. Akhirnya saya fokus ke tujuan lain dulu,” ucapnya.
Kini, ia menabung dari hasil kerjanya untuk melanjutkan kuliah. “Mau ambil jurusan manajemen. Biar bisa punya ilmu, dan mudah-mudahan bisa bantu keluarga lebih banyak,” tandasnya.
Ciptakan Lapangan Pekerjaan Baru
Program MBG tidak hanya menjadi intervensi pemerintah dalam peningkatan status gizi masyarakat, tetapi juga berperan sebagai penggerak ekonomi lokal. Deputi Bidang Sistem dan Tata Kelola Badan Gizi Nasional (BGN), Tigor Pangaribuan mengatakan bahwa implementasi Program MBG yang berbasis dapur komunitas berkontribusi signifikan dalam penciptaan lapangan kerja baru.
Dengan target pembangunan 30.000 unit SPPG hingga akhir 2025, BGN memperkirakan akan terbuka sekitar 1,5 juta lapangan kerja baru di seluruh Indonesia. "Bayangkan kalau kita nanti akan membangun sampai 30.000 dapur, ada lebih kurang dari 1,5 juta lapangan pekerja baru akan terbuka," kata Tigor dikutip melalui siaran pers BGN beberapa waktu lalu.
Sementara itu, Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) berkomitmen memperluas jangkauan MBG ke daerah lain. Program ini dirancang agar siswa di berbagai wilayah mendapat akses makanan sehat yang setara.
Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid, menegaskan kolaborasi dengan platform digital akan mempercepat distribusi makanan. Kemkomdigi siap menjadi penghubung agar sinergi ini berdampak nyata bagi masyarakat.
“Kementerian Komdigi siap menjadi penghubung untuk mendorong sinergi antara platform digital dan ekosistem kami, sehingga program ini dapat menyasar daerah-daerah yang membutuhkan,” ujar Meutya.
Tag: #kisah #rangga #dari #kuli #gudang #sehari #hingga #jadi #relawan #cuci #ompreng #berhari #hari