Tragedi Gunung Rinjani: Pendaki Brazil Tewas, DPR Soroti Lambatnya Evakuasi!
Anggota Komisi V DPR RI Fraksi PDIP Adian Napitupulu. Terkait tragedi jatuhnya pendaki asal Brazil di Gunung Rinjani, DPR menyoroti di balik persoalan evakuasi. (Suara.com/Bagaskara)
22:12
25 Juni 2025

Tragedi Gunung Rinjani: Pendaki Brazil Tewas, DPR Soroti Lambatnya Evakuasi!

Operasi pencarian dan pertolongan terhadap JDSP (27), warga negara Brazil yang sebelumnya dilaporkan jatuh di Gunung Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat berakhir dengan kabar duka. Hal itu pun menjadi sorotan banyak pihak.

Menanggapi persoalan itu, Anggota Komisi V DPR RI Fraksi PDIP, Adian Napitupulu mengatakan bahwa memang perlu ada penjelasan dari Basarnas soal proses evakuasi WNA Brazil.

Terlebih proses evakuasi jadi sorotan karena dianggap terlambat.

"Harus bisa dong (dipanggil rapat), kenapa nggak. Harus bisa, kan nggak boleh terulang yang kayak begitu," kata Adian di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (25/6/2025).

Menurutnya, banyak hal yang harus didalami terutama soal apa yang menjadi hambatan proses evakuasi dilakukan.

"Banyak yang harus kita dalami ya, bagaimana sih medannya, katanya medannya sangat buruk," katanya.

Lebih lanjut, Adian menilai seharusnya negara harus mampu dalam melakukan proses evakuasi korban.

"Gini...gini, kita itu tidak boleh mengatakan negara tidak mampu. Per orangan bisa tidak mampu, kalau negara harus mampu gitu loh," katanya.

Sebelumnya, operasi pencarian dan pertolongan terhadap JDSP (27), Warga negara Brazil yang sebelumnya dilaporkan jatuh di Gunung Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat berakhir dengan kabar duka.

Tim SAR gabungan menemukan korban yang beritanya sempat diviralkan ini dalam keadaan meninggal dunia pada Selasa (24/6/2025) di kedalaman sekitar 600 meter.

Kepala Kantor SAR Mataram Muhamad Hariyadi menjelaskan bahwa salah satu personel berhasil mencapai lokasi korban di jurang sekira pukul 18.00 WITA di datum point.

"Setelah pemeriksaan awal, tidak ditemukan tanda-tanda kehidupan pada korban," katanya.

Konfirmasi status meninggal dunia diperkuat setelah tiga personel lainnya, menyusul turun dan memastikan kondisi korban.

Jenazah kemudian langsung di-wrapping (dibungkus) untuk persiapan evakuasi.

"Menyusul temuan ini, Tim SAR yang berada di Last Known Position (LKP) atau lokasi terakhir korban terlihat,segera menyiapkan sistem evakuasi," tambahnya.

Tujuh orang personel melakukan flying camp atau menginap di sekitar lokasi.

Dengan tiga orang di anchor point kedua dengan kedalaman 400 meter dan empat orang lainnya berada di samping korban kedalaman 600 meter.

Keputusan untuk menunda evakuasi dikarenakan kondisi cuaca yang tidak memungkinkan dan visibilitas yang sangat terbatas.

Proses evakuasi dilanjutkan pagi hari ini, Rabu (25/6/2025) di mana jenazah rencananya akan diangkat (lifting) terlebih dahulu ke atas (LKP).

"Kemudian dievakuasi dengan ditandu menyusuri rute pendakian menuju Posko Sembalun," ucap Kepala Kantor SAR Mataram saat ditemui di Sembalun.

Selanjutnya, dari Posko Sembalun, jenazah dievakuasi menggunakan helikopter menuju RS Bhayangkara Polda NTB untuk penanganan lebih lanjut.

Seluruh tim berharap proses evakuasi yang akan dilaksanakan pagi ini dapat berjalan lancar dan aman sesuai rencana.

Sebelumnya, Gubernur NTB, Lalu Muhamad Iqbal langsung memerintahkan agar dilakukan percepatan evakuasi melalui jalur udara menggunakan heli airlifter.

"Kesiapan ada tiga heli dengan spesifikasi airlifter (pengangkutan melalui jalur udara) untuk melakukan operasi evakuasi tersebut," katanya, Selasa (24/6/2025) melalui pesan singkat.

Gubernur Iqbal meminta evakuasi melalui jalur udara karena cuaca yang sangat tidak bersahabat.

Lokasi WNA Brasil yang mencapai kedalaman sekitar 500 meter sangat membahayakan untuk dilakukan evakuasi secara manual.

Editor: Chandra Iswinarno

Tag:  #tragedi #gunung #rinjani #pendaki #brazil #tewas #soroti #lambatnya #evakuasi

KOMENTAR