Harlah Ke-101 Nahdlatul Ulama, Kepala BPIP Akui Ada Lompatan Besar Kaum Nahdliyin
kepala BPIP Prof. Yuduian saat hadir dalam Peringatan Hari Lahir ke - 101 NU dilaksanakan di Gedung Kampus Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta.
23:56
31 Januari 2024

Harlah Ke-101 Nahdlatul Ulama, Kepala BPIP Akui Ada Lompatan Besar Kaum Nahdliyin

Peringatan Hari Lahir ke - 101 NU dilaksanakan di Gedung Kampus Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta yang baru diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia, Ir. H. Joko Widodo, Rabu, (31/01).

Dalam momentum peringatan Harlah NU ke-101 Tahun ini, Presiden Joko Widodo menyampaikan, NU memiliki peran besar dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

“Kontribusi Nahdlatul Ulama dalam menjaga keutuhan bangsa, Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika sangat luar biasa. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih. Selamat harlah yang ke-101 (tahun) kepada seluruh keluarga besar NU dan terima kasih atas komitmen NU dalam menjaga keutuhan NKRI,” ujar Jokowi.

Lebih lanjut Jokowi berharap, adanya UNU Yogyakarta dapat menjadi kampus para santri Nahdliyin yang dilengkapi fasilitas perkuliahan dengan konsep modern. Kampus UNU juga diharapkan menjadi pusat studi strategis masa depan, bioteknologi, dan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence). Terlebih didukung oleh Pemerintah Uni Emirat Arab (UEA) yang akan membangun MBZ School of Future Studies di UNU Yogyakarta.

“UNU Yogyakarta harus menjadi lokomotif kemajuan pendidikan bagi NU. Universitas besar lain di luar negeri belum memiliki studi mengenai ini, sekolah pascasarjana yang fokus untuk masa depan. UNU Yogyakarta sudah punya,” tutur Jokowi. 

Ungkapan Jokowi tersebut disambut tepukan tangan ratusan tamu yang hadir di Aula Gedung Kampus UNU Yogyakarta.

Sejalan dengan Presiden RI, Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) RI, Prof. Yudian Wahyudi, menyambut baik peresmian UNU Yogyakarta pada momentum Hari Lahir NU Ke-101 Tahun ini. 

Ia menuturkan, keberadaan UNU Yogyakarta yang sebelumnya sebuah keniscayaan, kini terimplementasi dan menjadi titik tolok kemajuan NU dalam dunia akademik.

“Ini merupakan sebuah lompatan besar. Pada saat digagas, saya termasuk orang yang tidak percaya UNU akan berdiri di Yogyakarta karena keilmuannya pada umumnya agama dan sosial," ujarnya. 

Tetapi, lanjut Yudian, hal itu terpatahkan ketika UNU berdiri pada tahun 2017. 

"Sekarang teori saya semakin tenggelam ketika NU memasuki ruang-ruang digital yang di situ saya katakan NU secara kelembagaan tidak punya basisnya”, tutur Prof. Yudian.

Santri lulusan Harvard Law School itu menerangkan, sejarah Islam yang sempat mundur karena hilangnya generasi penerus yang menguasai ilmu-ilmu terapan. Dirinya melihat, adanya UNU Yogyakarta menjadi harapan yang sangat menjanjikan. Selain itu, Yudian berpendapat, UNU Yogyakarta merupakan kemajuan NU yang diproyeksi 50 tahun mendatang, namun sudah nampak hari ini.

 

“Islam mundur itu dulu, karena membuang ilmu-ilmu terapan (kimia, biologi, fisika, kedokteran). Sekarang menyatu menjadi future studies yang bukan sekadar social scienties, tapi sudah memasuki dunia digital. Ini yang dikatakan oleh PBNU tadi, lompatan 50 tahun itu tidak salah karena saya mengikuti kajiannya”, ungkapnya.

Ia juga menambahkan, ikatan Pancasila dengan NU sangat erat kaitannya sebagai salah satu benteng Pancasila. NU memiliki peran besar dalam sejarah kemerdekaan Bangsa Indonesia. Oleh sebab itu, Yudian berharap NU selalu konsisten dalam menjaga Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, dan berkontribusi lebih banyak bagi kemajuan Bangsa dan Negara Indonesia.

“Kita lihat dengan moderasi beragamanya yang sekarang dipegang oleh Kementerian Agama dulu dimulai dari Pak Lukman Hakim sekarang Pak Yaqut Cholil Qoumas itu sangat jelas karena kalau di daerah itu Pancasila dengan NU itu sudah seperti ya saudara kandung. Kalau diganggu, NU ikut melawan, untuk membela maksudnya,” tambahnya.

Senafas dengan Kepala BPIP, Ketua Umum Pengurus Besar NU, Gus Yahya dalam sambutannya menyampaikan, selama 101 tahun persaudaraan, kebersamaan, perdamaian, toleransi, dan harmoni, terus-menerus menjadi penanda yang paling kuat dari kehadiran Nahdlatul Ulama. Dirinya mengaku, Nahdlatul Ulama tidak akan berpangku tangan. Pihaknya akan sungguh-sungguh berupaya turut menyumbang kepada maslahat bangsa dan negara.

“Bahwa masyarakat yang bersatu dalam persaudaraan akan tumbuh menjadi masyarakat yang kuat,” ungkapnya.

Gus Yahya juga menambahkan, tekad NU tidak akan pernah luntur untuk terus mengabdi kepada bangsa dan mengabdi kepada kemanusiaan sekuat-kuatnya. Terlebih saat ini UNU Yogyakarta telah mendapat bantuan dari Pemerintah UEA untuk membangun Pusat Studi Masa Depan, termasuk dengan gedung bangunannya. Gedung bangunan berlantai 9 itu nantinya akan didirikan di samping Kampus UNU Yogyakarta saat ini, tepatnya di Jl. Ring Road Yogyakarta.

“Hari ini kita telah menyaksikan bagaimana rupa masa depan yang telah kita persingkat kedatangannya untuk NU ini. Bahkan nanti juga akan kita mulai langkah yang lebih jauh lagi melalui kick off dimulainya pembangunan Muhammad bin Zayed College of Future Studies, yang ini nanti, saya dengar dalam rencananya akan diselesaikan dalam waktu yang bahkan lebih cepat lagi, dengan lompatan yang jauh lebih ke depan lagi, mungkin 100 atau 150 tahun ke depan, insyaAllah,” tambahnya.

Editor: Dimas Ryandi

Tag:  #harlah #nahdlatul #ulama #kepala #bpip #akui #lompatan #besar #kaum #nahdliyin

KOMENTAR