Bentrok Suku Anak Dalam dan Sekuriti Perusahaan Sawit di Tebo, Satu Orang Tewas
Suku anak dalam (SAD) di Jambi tewas
19:28
1 Mei 2025

Bentrok Suku Anak Dalam dan Sekuriti Perusahaan Sawit di Tebo, Satu Orang Tewas

Ketegangan memuncak di Desa Betung Bedarah Barat, Kecamatan Tebo Ilir, Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi, saat bentrokan hebat terjadi antara kelompok masyarakat Suku Anak Dalam (SAD) dan pihak keamanan sebuah perusahaan sawit pada Selasa, 29 April 2025.

Insiden yang berlangsung di sekitar jembatan Sungai Kemang itu berujung tragis dengan tewasnya satu anggota SAD, memunculkan duka mendalam dan memantik keprihatinan berbagai pihak.

Bentrokan ini diduga dipicu oleh konflik lama yang berakar pada persoalan agraria dan hak atas lahan, yang kali ini meledak akibat tudingan pencurian buah sawit oleh warga SAD.

Ketegangan antara masyarakat adat dan pihak perusahaan sebenarnya telah lama mengendap, namun baru kali ini mencapai titik darah.

Suasana di lokasi kejadian sempat mencekam, dengan aparat keamanan dikerahkan untuk meredam situasi agar tidak semakin meluas.

Peristiwa ini menjadi pengingat bahwa konflik lahan dan relasi antara masyarakat adat dengan pemilik modal masih menyimpan bara yang bisa kapan saja menyala.

Pemerintah daerah pun turun tangan, berjanji akan menyelesaikan masalah ini secara adil dan melibatkan seluruh pemangku kepentingan, termasuk tokoh adat dan lembaga hukum, agar insiden serupa tak kembali terulang.

Pasca kejadian, aparat dari Polres Tebo bergerak cepat dengan melakukan penyelidikan di lokasi.

Hasilnya, dua orang anggota sekuriti perusahaan telah ditetapkan sebagai tersangka dan kini menjalani proses hukum lebih lanjut.

Keduanya diduga kuat terlibat dalam tindak kekerasan yang menyebabkan kematian salah satu warga SAD.

Peristiwa ini menyoroti kembali rentannya relasi antara komunitas lokal tradisional dan kepentingan korporasi, khususnya di wilayah-wilayah konflik agraria.

Ilustrasi suku anak dalam (SAD) di Jambi tewasIlustrasi suku anak dalam (SAD) di Jambi tewas

Masyarakat SAD, yang hidup secara nomaden dan memiliki ikatan kuat dengan alam, kerap mengalami gesekan dengan perusahaan yang mengelola lahan dalam skala besar di wilayah adat mereka.

Gubernur Jambi, Al Haris, angkat bicara dan menegaskan bahwa kondisi di lokasi kejadian kini sudah berangsur kondusif.

"Saya dapat informasi dari Kepala Kesbangpol, sudah ada solusi dan kondisi di sana telah kondusif hari ini," ujarnya di Jambi, Kamis (1/5/2025).

Al Haris menyebut, kejadian semacam ini bukan kali pertama terjadi, dan penyelesaiannya akan melibatkan banyak pihak, termasuk aparat keamanan, pemerintah daerah, perusahaan, tokoh adat, serta komunitas SAD sendiri.

Menurut Gubernur Jambi Al Haris, pola penyelesaian paling ideal dalam konflik antara masyarakat adat dan pihak perusahaan adalah dengan mengedepankan pendekatan perdamaian yang mengintegrasikan dua pilar penting: hukum positif dan hukum adat.

Ia menilai, penyelesaian semacam ini tidak hanya mencerminkan keadilan formal melalui jalur hukum negara, tetapi juga menghormati nilai-nilai budaya dan kearifan lokal yang masih dijunjung tinggi oleh komunitas adat seperti Suku Anak Dalam (SAD).

Pendekatan hibrida ini diyakini mampu meredam konflik berkepanjangan karena melibatkan rasa keadilan dari kedua belah pihak—baik menurut norma negara maupun tradisi leluhur.

Dalam konteks ini, peran tokoh adat, tokoh masyarakat, serta aparat keamanan menjadi krusial untuk membangun ruang dialog yang inklusif dan menjembatani kesenjangan pemahaman antara komunitas adat dan dunia industri modern.

"Biasanya kesepakatan akhir dari permasalahan ini adalah perdamaian, dimana hal ini merupakan dinamika dalam kehidupan. Maka dari itu, tinggal lagi peran pemerintah dan pemangku kepentingan untuk meluruskan masalah ini agar tidak berulang," ujar Al Haris.

Terkait korban jiwa yang jatuh dalam insiden tersebut, Gubernur memastikan bahwa pemerintah akan menelusuri kronologi secara menyeluruh, termasuk mempertimbangkan pemberlakuan hukum adat sebagai bagian dari proses penyelesaian konflik.

Ia berharap proses hukum berjalan adil, tetapi juga tidak meninggalkan pendekatan sosial-kultural yang telah lama menjadi bagian dari cara hidup masyarakat SAD.

Saat ini, masyarakat berharap agar insiden ini tidak berbuntut panjang dan dapat segera diselesaikan dengan baik.

Sementara itu, organisasi masyarakat sipil dan aktivis lingkungan menyoroti pentingnya revisi pola relasi antara perusahaan dan komunitas lokal agar kejadian serupa tidak terus berulang di masa depan. 
 

Editor: Tasmalinda

Tag:  #bentrok #suku #anak #dalam #sekuriti #perusahaan #sawit #tebo #satu #orang #tewas

KOMENTAR