Nasib Tragis Bandara Kertajati, Mewah tapi Sepi, Apa Akar Masalahnya?
Bandara Kertajati di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat(SHUTTERSTOCK/RANDY IMANUEL)
10:44
16 Juni 2025

Nasib Tragis Bandara Kertajati, Mewah tapi Sepi, Apa Akar Masalahnya?

- Bandara Kertajati kembali jadi polemik karena terus menerus sepi. Bahkan, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menyebut dalam setahun saja, kerugian pengelola bandara ini mencapai Rp 60 miliar.

Padahal nilai investasi yang digelontorkan untuk pembangunan Bandara Kertajati bukan main-main, mencapai Rp 2,6 triliun dari APBN. Anggaran ini belum termasuk biaya pembebasan lahan yang berasal dari APBD Jawa Barat.

Sejatinya, bandara ini bahkan sudah jadi polemik sebelum dibangun pada 2015. Ide pembangunan Bandara Kertajati sebenarnya sudah ada sejak lama, yakni di era Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan dan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Meski terus menuiai protes, pemerintah tak bergeming. Di era Presiden Joko Widodo (Jokowi), pembangunan Bandara Kertajati kemudian dieksekusi. Jokowi bahkan memasukan proyek ini dalam Proyek Strategis Nasional (PSN).

Akar masalah Bandara Kertajati

Pakar transportasi perkotaan yang juga Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat, Djoko Setijowarno, membeberkan ada beberapa masalah yang membuat Bandara Kertajati terus merugi.

Djoko bilang, salah satu penyebab Bandara Kertajati banyak menganggur adalah pengelolaan yang kurang kompeten dari perusahaan pemilik bandara ini.

"Kalau dari analisa saya, salah satu penyebabnya adalah dari pengelola itu sendiri. Sebaiknya coba seluruhnya diserahkan ke Angksa Pura atau yang saat ini namanya InJourney," ungkap Djoko saat dihubungi, Senin (16/6/2025).

Menurut dia, Angkasa Pura sebenarnya sudah memiliki sebagian saham di PT Bandarudara Internasional Jawa Barat (Perseroda) atau BIJB. BIJB merupakan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang dibentuk oleh Pemprov Jawa Barat pada 24 November 2013.

Saat ini saham mayoritas perusahaan ini dikuasai Pemprov Jawa Barat dengan porsi sebesar 83,88 persen. Sementara saham PT Angkasa Pura II persentasenya jauh lebih kecil yakni 13,78 persen.

"BIJB ini kan sebenarnya BUMD. Dia tidak punya pengalaman di sektor bandara dan penerbangan. Perbesar peran Angkasa Pura atau InJouney yang sudah berpengalaman lama," ungkap Djoko.

"Supaya apa? Supaya semuanya diatur saja sama Angkasa Pura, mereka sudah pengalaman, punya lobi-lobi dan jaringan luas ke banyak maskapai, dia juga yang bisa mengatur porsi penerbangan di Halim, sebagian bisa dipindah ke Kertajati," tambahnya.

Sementara BIJB sebagai BUMD, Djoko menyarankan, lebih baik fokus pada pengembangan area bandara di darat, termasuk menyediakan transportasi yang memadai dari dan menuju ke bandara.

Selain itu, menurut Djoko, sebenarnya akses ke Bandara Kertajati Majalengka sudah cukup bagus. Namun hal ini belum diimbangi dengan potensi penumpang dari daerah-daerah sekitar bandara.

"Sebenarnya kalau mau jujur, penumpang pesawat Bandara Kertajati ini utamanya berasal dari sekitar hinterland (pinggiran) seperti Cirebon, Brebes, Indramayu, kemudian Majalengka itu sendiri," ungkap Djoko.

Sementara untuk potensi penumpang dari kawasan Bandung Raya, sambung dia, sebenarnya juga bisa digarap dengan maksimal, terlebih akses dari Kota Bandung ke Bandara Kertajati bisa melalui Tol Cisumdawu.

Namun demikian, pada kenyataannya banyak orang Bandung lebih memilih menggunakan pesawat udara melalui Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta, bahkan banyak yang melalui Bandara Soekarno Hatta di Tangerang.

"Inilah tugasnya BIJB sebagai BUMD, sediakan transportasi publik yang bagus dari Bandung ke Bandara Kertajati," beber Djoko.

Nasib Bandara Kertajati saat ini

Untuk diketahui saja, luas Bandara Kertajati mencapai 1.800 hektare yang terdiri dari 2 runways, area terminal penumpang seluas 121.000 meter persegi. Bandara ini juga dilengkapi dengan area terminal kargo seluas 90.000 meter.

Namun dengan luasan sangat besar itu, nyatanya infrastruktur megah ini menjadi mubazir karena minimnya penerbangan. Alhasil, PT BIJB sebagai pengelola, harus menanggung kerugian sangat besar.

Bandara ini awalnya diproyeksikan bisa melayani hingga 12 juta penumpang per tahun hingga 2024, dan diproyeksikan mencapai 29,3 juta penumpang per tahun pada 2032 (Kemenhub, 2023).

Adapun berdasarkan catatan Kompas.com, sepanjang tahun 2024, pergerakan penumpang dari dan menuju Bandara Kertajati sebanyak 413.240 penumpang.

Sebesar 82,8 persen merupakan penerbangan domestik, sementara 17,2 persen merupakan penerbangan internasional.

Artinya bila menggunakan indikator target 12 juta penumpang per tahun, volume penumpang Bandara Kertajati pada 2024, cuma sekitar 3 persen saja.

Bahkan di tahun 2023, jumlah penumpang yang naik turun di bandara ini jauh lebih sedikit, hanya tercatat sebesar 135.535 penumpang.

Tag:  #nasib #tragis #bandara #kertajati #mewah #tapi #sepi #akar #masalahnya

KOMENTAR