Jangan Sembarang Cap Orang Tak Nasionalis, Tren #KaburAjaDulu Harus Jadi Otokritik Pemerintah
Wakil Ketua Komisi IX DPR Charles Honoris saat ditemui di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (24/8/2023). (KOMPAS.com/ADHYASTA DIRGANTARA)
13:00
20 Februari 2025

Jangan Sembarang Cap Orang Tak Nasionalis, Tren #KaburAjaDulu Harus Jadi Otokritik Pemerintah

Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Charles Honoris menilai fenomena #KaburAjaDulu yang ramai di media sosial harus dijadikan momentum bagi pemerintah untuk melakukan autokritik.

Menurut Charles, tren ini mencerminkan ketidakpuasan banyak anak muda terhadap kondisi dalam negeri, terutama dalam hal pekerjaan dan peluang kerja yang layak.

“#KaburAjaDulu harus dijadikan sebuah momentum oleh pemerintah untuk melakukan otokritik buat dirinya sendiri. Banyak anak muda kita hari ini yang tidak puas dengan berbagai kondisi dalam negeri, yang akhirnya berpengaruh negatif pada pekerjaan atau peluang mereka dalam mendapatkan pekerjaan yang layak,” ujar Charles dalam keterangan resminya, Kamis (20/2/2025).

Dia menegaskan, pemerintah sebaiknya merespons fenomena ini dengan bijaksana, bukan dengan mengecap mereka yang memilih bekerja di luar negeri sebagai tidak nasionalis.

“Bukan dengan sembarang mengecap orang tidak nasionalis, atau bahkan dengan ucapan antipati ‘kalau perlu jangan balik lagi’,” jelas Charles.

Politikus PDI-P itu menjelaskan, konstitusi menjamin hak setiap warga negara untuk memilih pekerjaan, termasuk bekerja di luar negeri, selama prosesnya dilakukan sesuai prosedur.

“Kita justru berharap Kementerian P2MI bisa membuka lebih luas lagi berbagai peluang kerja di luar negeri bagi WNI dengan keahlian seperti perawat atau tenaga medis, tenaga kerja industri, dan sebagainya,” kata Charles.

Dia juga menyoroti pentingnya peran pekerja migran Indonesia (PMI) dalam perekonomian nasional.

Menurutnya, PMI merupakan penyumbang devisa terbesar kedua bagi negara, dengan kontribusi mencapai Rp 230 triliun per tahun.

“Dengan adanya fenomena #KaburAjaDulu, pemerintah justru harus fokus dalam memperkuat program-program penempatan dan perlindungan bagi PMI kita di luar negeri,” pungkasnya.

Diberitakan sebelumnya, tagar #KaburAjaDulu belakangan ramai diserukan warganet melalui media sosial, termasuk di X atau Twitter.

Fenomena #KaburAjaDulu yang tengah ramai diperbincangkan ini mencerminkan keinginan masyarakat untuk meninggalkan Indonesia demi bekerja atau melanjutkan studi di luar negeri.

Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI), Abdul Kadir Karding, menyatakan bahwa tren ini merupakan hal yang positif, asalkan individu yang berkeinginan tersebut terlebih dahulu meningkatkan keterampilan dan kemampuan mereka.

Karding menekankan perihal pentingnya keterampilan bagi pekerja migran Indonesia agar mereka dapat bersaing dan mendapatkan upah yang layak di negara tujuan.

Selain itu, tren ini juga dimanfaatkan oleh warganet untuk saling berbagi pengalaman dan merekomendasikan negara yang cocok bagi mereka yang ingin "kabur".

Negara-negara dengan banyak diaspora Indonesia menjadi pilihan yang lebih menarik bagi mereka yang baru pertama kali melangkah ke luar negeri.

Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) baru-baru ini merilis data terkait penempatan dan perlindungan pekerja migran Indonesia untuk periode Januari hingga November 2024.

Data tersebut mencatat sebanyak 272.164 pekerja migran Indonesia yang bekerja di luar negeri sepanjang tahun 2024.

Dari jumlah itu, mayoritas beroperasi di sektor informal, yaitu 145.962 orang, yang didominasi oleh pekerja migran perempuan sebanyak 187.127 orang.

Editor: Tria Sutrisna

Tag:  #jangan #sembarang #orang #nasionalis #tren #kaburajadulu #harus #jadi #otokritik #pemerintah

KOMENTAR