Tidak Boleh Dipakai Sembarangan Apalagi ke Nikahan, Simak Beragam Motif Batik dan Maknanya Untuk Kamu Ketahui
2 Oktober diperingati sebagai Hari Batik Nasional, sudahkah kamu bangga mengenakan Batik Indonesia? (Pixabay/MahmurMaganti).
15:56
2 Oktober 2024

Tidak Boleh Dipakai Sembarangan Apalagi ke Nikahan, Simak Beragam Motif Batik dan Maknanya Untuk Kamu Ketahui

 

 

 

Tepat hari ini, tanggal 2 Oktober 2024, diperingati sebagai Hari Batik Nasional. Siapa, sih, yang tidak kenal dengan batik?

Batik, lebih dari sekadar kain bermotif biasa. Mengutip laman resmi Kemdikbud, sejarah batik di Indonesia terkait dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan penyebaran ajaran Islam di Jawa.

Batik mulai dikembangkan pada masa kerajaan Mataram, kemudian berlanjut di masa kerajaan Solo dan Yogyakarta.

Seni melukis kain menggunakan metode rintang malam (wax-resist dyeing) ini merupakan warisan budaya Indonesia yang telah mendunia dan bahkan diakui oleh UNESCO pada tahun 2009 sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity).

Sebagai bagian penting dari identitas budaya Indonesia, batik terus berkembang dan menginspirasi para perajin serta seniman dalam menghasilkan karya-karya yang mengagumkan, sementara tetap merawat kekayaan tradisional yang telah ada selama berabad-abad.

Di balik keindahan motif dan juga warnanya, mengutip laman resmi UNESCO, ternyata batik menyimpan filosofi yang mendalam yang melekat pada setiap sendi kehidupan orang Indonesia, lho! Mulai dari bayi yang digendong dengan kain batik, pun sampai dengan kelak ketika meninggal juga diselimuti dengan kain batik pemakaman.

Keragaman pola yang luas mencerminkan berbagai pengaruh budaya. Keindahan dan kompleksitas motif pada batik serta proses pembuatannya yang memakan waktu dan memerlukan keterampilan, menunjukkan tingginya nilai seni dan kultural yang terkandung di dalam kerajinan ini. Bersama setiap corak yang dihasilkan, batik menyimpan jejak sejarah, cerita, dan kearifan lokal yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.

Namun, tahukah kamu kalau di antara keragaman motif batik yang kita ketahui, ada beberapa yang tidak boleh kamu pakai secara sembarangan? Yuk, simak artikel tentang ragam motif batik beserta maknanya ini agar kamu tidak sembarangan mengenakan batik!

  1. Motif Parang

Motif ini, mengutip laman Kemenparekraf, dikenal sebagai motif batik tertua di Indonesia yang sudah ada sejak zaman Keraton Mataram, motif Parang menjadi salah satu batik yang cukup populer. Parang merupakan motif yang menggambarkan debur ombak laut selatan Yogyakarta yang menghantam karang.

Motif batik parang, melansir laman Wonderful Indonesia, mengandung petuah agar manusia tidak mudah menyerah terhadap segala yang terjadi dalam kehidupan dengan mana ditunjukkan oleh pola garisnya yang saling berkesinambungan menggambarkan konsistensi manusia dalam memperbaiki diri dari waktu ke waktu, pantang menyerah untuk mencapai kesejahteraan, serta menggambarkan bagaimana manusia terus memperbaiki hubungan dengan Tuhan, alam, dan sesamanya.

Namun, batik motif parang tidak boleh sembarangan kamu gunakan, salah satunya saat menghadiri acara pernikahan. Pasalnya, batik motif ini bisa diartikan sebagai senjata yang dianggap membawa kesialan bagi kedua mempelai.

Pun, mengutip laman Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat, motif ini (dan variasinya) dulu hanya boleh dipakai oleh keluarga kerajaan.

  1. Motif Kawung

Mengutip laman Kemenparekraf, motif Kawung yang identik dengan bentuk bulat-bulat yang disusun geometris ini adalah salah satu motif batik terpopuler di Jawa Tengah dan Yogyakarta.

Mengutip laman Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat, motif yang terdiri dari pola geometris dengan empat bentuk elips yang mengelilingi satu pusat ini melambangkan keblat papat lima pancer yang dimaknai sebagai empat sumber tenaga alam atau empat penjuru mata angin. Sehingga motif kawung diartikan sebagai pengingat manusia agar tidak melupakan asal usulnya.

Selain itu, mengutip laman Wonderful Indonesia, motif batik kawung juga dikenal sebagai lambang keperkasaan dan keadilan, sehingga tak heran jika dulunya motif ini hanya boleh dikenakan oleh orang-orang tertentu seperti pejabat keraton seperti Sentana Dalem.

  1. Motif Sekar Jagad

Sekar jagad adalah salah satu motif batik yang berasal dari Solo dan Yogyakarta. Mengutip laman Wonderful Indonesia, sekar jagad diambil dari kata “kar” yang dalam Bahasa Belanda berarti peta dan “jagad” dalam Bahasa Jawa yang berarti dunia, sehingga motif ini bermakna peta dunia.

Motif ini menggambarkan indahnya keragaman, baik di Indonesia maupun dunia. Selain itu, motif sekar jagad juga memiliki makna keindahan atau kecantikan yang membuat orang yang memandangnya jadi terpesona.

  1. Motif Truntum

Motif batik selanjutnya adalah motif truntum. Motif ini, mengutip laman Wonderful Indonesia, memiliki makna tumbuh atau bersemi kembali. Batik bergambar kuntum atau kembang di langit ini punya sejarah yang panjang. Diawali pada abad ke-18, Ratu Kencana merasa diabaikan oleh Susuhunan Pakubuwana III Surakarta Hadiningrat karena memiliki selir baru di keraton. Sang ratu kemudian melampiaskan kecemburuannya pada goresan lukisan gambar bintang dan bunga tanjung pada sehelai kain. Melihat sang ratu yang tengah membatik, sang Susuhunan pun tersentuh, rasa kasih sayang dan cinta pun bersemi kembali di hatinya. Dari sinilah awal sejarah batik truntum. Motif ini menyimbolkan cinta dan kasih sayang yang selalu bersemi di antara pasangan, sehingga biasa dipakai dalam acara pernikahan.

  1. Motif Sidoasih

Selain batik motif truntum, ada pula batik motif sidoasih yang juga kerap dipakai dalam acara pernikahan. Batik yang bermuatan gambar tumbuhan atau gunung ini, melansir laman Wonderful Indonesia, berasal dari dua kata Bahasa Jawa, yaitu “sido” yang berarti jadi dan “asih” yang berarti kasih sayang. Mengutip laman Kemenparekraf, motif ini melambangkan kehidupan manusia yang penuh kasih sayang, sehingga penggunaan batik motif sidoasih saat pernikahan diharapkan dapat menciptakan kehidupan rumah tangga yang penuh cinta-kasih.

  1. Motif Sidomukti

Mengutip laman Kemenparekraf, nama motif ini diambil dari dua kata Bahasa Jawa, yaitu “sido” yang berarti jadi serta “mukti” yang diartikan kebahagiaan atau kecukupan, sehingga batik motif Sidomukti diartikan sebagai harapan agar penggunanya mendapatkan kebahagiaan dan kebaikan.

Batik Sidomukti, melansir situs Traveloka, sering digunakan dalam acara pernikahan adat Jawa yang sakral seperti siraman dan ijab, sebab Motif batik ini, yang terbuat dari soga alam, menjadi simbol harapan untuk kebahagiaan dan kesejahteraan dalam kehidupan berumah tangga.

  1. Motif Sidoluhur

Mengutip laman Kemenparekraf, batik motif sidoluhur, yang kerap dikenakan saat upacara adat mitoni (peringatan 7 bulan kehamilan), juga menyimpan filosofi mendalam. Berasal dari kata “luhur” yang berarti agung dan terhormat, diharapkan siapa saja yang menggunakan batik motif ini bisa menjadi panutan dan mendapatkan kehormatan dalam kehidupan.

  1. Motif Huk

Motif huk terdiri dari motif kerang, binatang, tumbuhan, cakra, burung, sawat (sayap), dan garuda. Motif kerang bermakna kelapangan hati, binatang menggambarkan watak sentosa, tumbuhan melambangkan kemakmuran, sedangkan sawat ketabahan hati. Motif ini, Mengutip laman Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat, dipakai sebagai simbol pemimpin yang berbudi luhur, berwibawa, cerdas, mampu memberi kemakmuran, serta selalu tabah dalam menjalankan pemerintahannya. Motif ini termasuk motif yang dilarang penggunaannya pada masa Sultan Hamengkubuwono VII dan hanya boleh dikenakan oleh raja serta putra mahkota.

  1. Motif Semen

Motif batik lainnya adalah semen yang berkonotasi “semi” atau “tumbuh”. Motif ini memiliki makna kesuburan, kemakmuran, dan alam semesta. Dalam ragam motif semen terdapat gambar lain berupa gunung atau meru, garuda, sayap, candi, dan naga. Pemakai motif semen diharapkan dapat menjadi pemimpin yang mampu melindungi bawahannya.

Mengutip laman resmi Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat, penggunaan batik ragam motif semen ini ada aturannya, di antaranya motif Semen Gedhe Sawat Gurdha hanya boleh dipakai oleh cucu, istri pangeran, serta beberapa pejabat keraton; kemudian motif Semen Gedhe Sawat Lar hanya boleh dipakai oleh buyut dan canggah raja. Ada satu pengecualian dalam pemakaian motif semen. Motif semen tanpa lukisan meru, garuda (sawat), dan sayap (lar), boleh dipakai siapa saja tanpa harus memperhitungkan garis keturunannya.

  1. Motif Slobog

Motif Slobog yang terdiri dari corak kotak-kotak membentuk segitiga ini umumnya digunakan dalam acara pelantikan pejabat atau melayat. Motif geometris ini, mengutip situs Traveloka, menggambarkan dua makna yang mendalam: sebagai harapan agar arwah orang yang meninggal dimudahkan jalannya menuju Tuhan Yang Maha Esa dan keluarga yang ditinggalkan dapat ikhlas menerima kepergian tersebut. Selain itu, motif slobog juga melambangkan harapan agar seorang pemimpin selalu diberi kemudahan dan kelancaran dalam menjalankan semua tugas dan tanggung jawabnya.

 

Editor: Novia Tri Astuti

Tag:  #tidak #boleh #dipakai #sembarangan #apalagi #nikahan #simak #beragam #motif #batik #maknanya #untuk #kamu #ketahui

KOMENTAR