![](https://jakarta365.net/public/assets/img/icon/view.png)
![Kisah Bripka Joko Hadi, Polisi di Samarinda yang Jadi Penggali Kubur Gratis untuk Warga](https://jakarta365.net/uploads/2025/02/11/jawapos/kisah-bripka-joko-hadi-polisi-di-samarinda-yang-jadi-penggali-kubur-gratis-untuk-warga-1210188.jpg)
![](https://jakarta365.net/public/assets/img/icon/clock-d.png)
![](https://jakarta365.net/public/assets/img/icon/calendar-d.png)
Kisah Bripka Joko Hadi, Polisi di Samarinda yang Jadi Penggali Kubur Gratis untuk Warga
– Bripka Joko Hadi Aprianto, anggota Polsek Samarinda Ulu, Polresta Samarinda, dikenal bukan hanya sebagai polisi, tetapi juga sebagai penggali kubur gratis bagi warga kurang mampu di Samarinda, Kalimantan Timur.
Dedikasi dan kepeduliannya terhadap masyarakat telah membuatnya diusulkan sebagai kandidat Hoegeng Awards 2025, sebuah penghargaan untuk polisi dengan pengabdian luar biasa.
Usulan ini datang dari Hendy Saputra, seorang warga Samarinda yang mengenal Bripka Joko saat memandunya dalam perjalanan umrah.
"Pak Joko itu seorang polisi, tapi masyarakat lebih mengenalnya sebagai penggali kubur dan relawan. Orangnya ramah, mudah bergaul, dan selalu membantu orang lain," ujar Hendy, Senin (10/2/2025).
Dari Penggali Kubur sejak SMP hingga Polisi Berhati Mulia
Profesi penggali kubur sudah dilakukan Bripka Joko sejak kelas 2 SMP, jauh sebelum ia menjadi polisi.
"Ayah saya seorang polisi tamtama dengan tujuh anak. Gajinya saat itu tidak seberapa, jadi saya mencari tambahan dengan menjadi penggali kubur," tuturnya.
Saat itu, ia mendapat upah Rp 20.000 hingga Rp 35.000 per pemakaman. Pada tahun 2005, atas dorongan sang ayah, ia mendaftar menjadi polisi dan lulus pendidikan. Meski begitu, ia tetap melanjutkan pengabdiannya sebagai penggali kubur.
Dalam lima tahun terakhir, ia bahkan dipercaya sebagai ketua pemakaman di daerahnya, bertanggung jawab atas pengelolaan lahan, pembayaran tim penggali, dan pemakaman warga kurang mampu.
"Saya mengelola tanah kuburan milik Pemkot Samarinda dan juga mewakafkan tanah warisan dari ayah saya untuk pemakaman warga," ungkapnya.
Gratis untuk Warga Kurang Mampu, Dibiayai dari Kantong Pribadi
Bripka Joko tidak memungut biaya dari keluarga yang tidak mampu, meski tetap harus membayar tim penggali kubur.
"Kalau warga mampu, mereka kadang memberi sukarela, bisa Rp 300 ribu, Rp 500 ribu, hingga Rp 1 juta. Tapi untuk warga kurang mampu, saya gratiskan sepenuhnya," jelasnya.
Meski sering mengeluarkan uang pribadi, ia tidak merasa rugi.
"Kalau dihitung duniawi, saya rugi. Tapi hadiahnya bukan kipas angin, hadiahnya surga," katanya sambil tersenyum.
Menolak Penghargaan, Hanya Menginginkan Tanah Wakaf untuk Kuburan Warga
Bripka Joko menolak berbagai penghargaan dan kesempatan sekolah perwira demi perjuangan memperoleh tanah wakaf untuk pemakaman warga.
"Tahun 2014, saya dapat penghargaan, saya tolak. Saya berharap mendapatkan tanah wakaf kuburan. Tahun 2023, saya dapat penghargaan dari wali kota, saya tolak lagi. Tahun 2024, saya didatangi Kapolri dan ditawari sekolah perwira gratis, tapi saya tetap meminta tanah wakaf," tegasnya.
Baginya, kebutuhan warga lebih penting dibandingkan kenaikan pangkat atau penghargaan pribadi.
"Kalau saya mau berpikir untuk diri sendiri, saya bisa ambil kesempatan sekolah perwira. Tapi ini soal kebutuhan warga. Kasihan mereka kalau lahan makin sempit," tutupnya.
Tag: #kisah #bripka #joko #hadi #polisi #samarinda #yang #jadi #penggali #kubur #gratis #untuk #warga