Tantangan Eri Cahyadi Hadapi Kotak Kosong di Pilwako Surabaya, Lawan ”tanpa Bentuk” Tak Bisa Adu Program
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi/Istimewa.
13:48
22 September 2024

Tantangan Eri Cahyadi Hadapi Kotak Kosong di Pilwako Surabaya, Lawan ”tanpa Bentuk” Tak Bisa Adu Program

- Politik itu seni "apa saja mungkin”. Yang dulu teriak perubahan sekarang merapat ke pemerintahan. Batasan umur untuk bisa nyalon hari ini sekian, besok bisa saja segitu. Dan, ya, kotak kosong pun punya peluang untuk menang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2024.

Sebab, di dalam kotak kosong itu sejatinya ada harapan yang tak terwujud, kekecewaan kepada sistem atau person, atau sebentuk perlawanan massa mengambang.

Ingat, ingatlah, Pemilihan Wali Kota Makassar 2018: kotak kosong menang dengan beda suara 6 persen lebih!

"Hasil pemetaan kami, sama-sama beratnya (antara melawan kotak kosong atau melawan pasangan calon lain). Risikonya sama, biayanya juga sama. Karena targetnya kan harus menang,’’ kata Nurjayanto, ketua tim pemenangan Etik Suryani-Eko Sapto Purnomo, calon tunggal di pemilihan bupati-wakil bupati Sukoharjo, Jawa Tengah, kepada Jawa Pos Radar Solo.

Menangnya pun ada syarat berat: harus minimal 50 persen plus 1. Kalau tidak, pilkada bakal dihelat ulang tahun depan dan daerah tersebut untuk sementara dipimpin pelaksana tugas.

Komisi Pemilihan Umum akan mengumumkan penetapan hari ini (22/9). Data sampai dengan kemarin (21/9), ada 35 daerah dengan calon tunggal dalam pilkada November mendatang (selengkapnya lihat grafis).

Padahal, seperti halnya duet Etik-Eko di Sukoharjo yang didukung 12 partai, rata-rata calon tunggal didukung koalisi besar. Pasangan Adi Wibowo-Muhammad Nawawi di Kota Pasuruan, Jawa Timur, misalnya, disokong semua partai pemilik 30 kursi di parlemen. Begitu pula duet Paramitha Widya Kusuma-Wurja di pilbub Brebes, Jawa Tengah, yang mengantongi dukungan 11 partai.

Pasangan petahana di pilwali Surabaya, Eri Cahyadi-Armuji, bahkan didukung 18 partai. Adapun di pilbup Gresik, kabupaten tetangga Surabaya, terdapat 17 mesin politik partai yang berada di belakang calon tunggal Fandi Akhmad Yani-Asluchul Alif.

Kampanye Dialogis

Berapa pun partai yang mendukung, semua tahu, tak ada waktu buat leha-leha. Sebab, terkadang realitas di akar rumput tidak selalu linier dengan yang tampak di permukaan. Perubahan dinamis di tengah masyarakat saat menentukan arah dukungan setiap saat bisa terjadi.

”Melawan kotak kosong itu sama sulitnya. Bedanya cuma kotak kosong tak ada visi-misi, sedangkan kalau lawan pasangan lain kami bisa adu program,” ujar Eri kepada Jawa Pos.

Menghadapi lawan ”tanpa bentuk” seperti ini, Eri memilih menyiapkan pendekatan kreatif. Kebetulan, di waktu bersamaan, mantan atasannya dulu yang juga sama-sama kader PDI Perjuangan, Tri Rismaharini, bertarung di pilgub Jawa Timur. Dia pun menjanjikan sepeda motor untuk ranting partai yang bisa memenangkan dirinya dan Risma.

Semua kader, lanjut Eri, harus mendatangi warga dengan membawa brosur perjuangan. Brosur itu berisi program-program dia dan Risma. ’’Ke-18 partai pendukung juga kami minta turun mendekati akar rumput,” lanjutnya.

Di Gresik, sadar bukan perkara mudah menggaet 50 persen suara lebih dari 971.740 daftar pemilih tetap, Yani tak mau visi-misi yang sekadar basa-basi. ”Kami harus mampu benar-benar meyakinkan pemilih dengan menyusun visi dan misi yang bisa menjawab kegelisahan masyarakat,’’ terangnya.

Dia menekankan pola komunikasi kampanye dialogis dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat. Mulai kelompok petani, pekerja, pemuda, hingga sivitas akademika. ”Selama masa kampanye di Oktober nanti, kami akan berfokus menghimpun masalah. Yani-Alif akan bergerak terpisah dan berkeliling di berbagai wilayah desa dan kecamatan,’’ ujarnya.

Yani mengaku telah memformulasikan lima tema besar yang akan menjadi bahan kampanye. Mulai kesehatan, pendidikan, infrastruktur, ekonomi, hingga ketenagakerjaan. ”Tidak jauh dari kebutuhan dasar masyarakat. Yang juga menjadi kewajiban pemerintah,’’ jelasnya kepada Jawa Pos.

Bagi Adi Wibowo-Muhammad Nawawi, turun ke akar rumput, mendengarkan keluhan, sekaligus menyampaikan langsung apa yang akan mereka kerjakan ke depan juga diyakini cara paling ampuh untuk menggaet dukungan.

”Kebetulan saya sebelumnya adalah wakil wali kota dan Mas Nawawi anggota dewan. Jadi, sudah terbiasa komunikasi dengan masyarakat,’’ jelas Adi kepada Jawa Pos Radar Bromo.

Gerakan Dukung Kotak Kosong

Tantangan besar lain bagi para calon tunggal adalah gerakan yang terang-terangan mendukung kotak kosong. Di Brebes, Jawa Tengah, misalnya, yang memandegani bahkan bukan hanya mereka yang gagal nyalon.

Benny Santoso, seorang pengusaha bawang merah, hasil bumi andalan Brebes, misalnya. ”Kalau satu calon itu bukan pemilihan, tapi penunjukan,” dalihnya tentang kenapa mendukung kotak kosong kepada Radar Tegal.

Mereka yang gagal mendaftar pilbup Brebes karena jatah rekomendasi sudah diborong bakal calon tunggal Paramitha Widya Kusuma-Wurja juga mulai menyosialisasikan gerakan mendukung kotak kosong. Asrofi, salah seorang konseptor, mengaku bahwa dirinya dan para relawan lain akan membentuk sebuah wadah.

Wadah tersebut semacam tim pemenangan, mulai tingkat kabupaten sampai tingkat desa. Edukasi sahnya memilih kolom kosong, juga mempersiapkan saksi, bakal pula dilakukan.

”Tidak ada tendensi pribadi, tidak ada intrik pribadi, tidak ada sakit hati. Ini demi menegakkan demokrasi di Brebes,” kata Asrofi yang termasuk akan mendanai tim tersebut.

Misi yang terdengar mulia itu, baik di Brebes maupun di berbagai daerah lain dengan calon tunggal, tentu masih perlu digeledah lagi. Yang pasti, itu membuat beban para calon tunggal kian tidak ringan.

Tapi, barangkali di situ letak keindahan demokrasi. Kotak kosong setidaknya mengingatkan siapa saja bahwa kekuasaan tertinggi tetap di tangan rakyat, bukan di tangan partai-partai yang kerap tak menyuarakan aspirasi orang-orang yang mereka wakili. (omy/yog/ kwl/riz/fid/c6/ttg)

Editor: Ilham Safutra

Tag:  #tantangan #cahyadi #hadapi #kotak #kosong #pilwako #surabaya #lawan #tanpa #bentuk #bisa #program

KOMENTAR