Kurangi Risiko Banjir di Jakarta, Fahira Idris Sarankan 6 Program Pengendalian Banjir
Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Dapil DKI Jakarta Fahira Idris mengatakan, jika pengeluaran transportasi efisien, warga dapat menyisihkan pendapatan untuk kebutuhan lain, seperti tabungan atau investasi aset. (Dok. Fahira Idris)
20:42
31 Januari 2025

Kurangi Risiko Banjir di Jakarta, Fahira Idris Sarankan 6 Program Pengendalian Banjir

– Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Republik Indonesia (RI) daerah pemilihan (dapil) Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) Jakarta Fahira Idris menegaskan bahwa banjir di Jakarta adalah masalah kompleks yang memerlukan pendekatan dari berbagai aspek.

Oleh karena itu, ia menyarankan enam program pengendalian banjir yang harus segera menjadi fokus untuk mengurangi risiko banjir di ibu kota, terutama saat hujan lebat.

Pertama, pengembangan ruang limpas sungai (RLS). Fahira menyarankan pembangunan lebih banyak ruang limpas sungai atau floodway sebagai solusi utama.

Ruang limpas sungai berfungsi menyalurkan kelebihan air saat debit sungai meningkat, mengurangi risiko luapan air ke permukiman.

“Sudah ada beberapa RLS yang sudah dibangun, antara lain RLS Lebak Bulus, RLS Brigif, dan RLS Pondok Ranggon,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Jumat (31/1/2025).

Fahira mengungkapkan program pengendalian banjir kedua adalah drainase vertikal.

Drainase vertikal memungkinkan air hujan meresap langsung ke dalam tanah melalui sumur atau lubang resapan.

Sistem tersebut berguna untuk mengurangi limpasan air hujan yang menyebabkan genangan. Drainase vertikal dapat berbentuk sumur resapan, kolam resapan, lubang biopori, atau taman vertikal. Dalam jangka panjang, program ini berfungsi sebagai upaya konservasi air tanah.

“Sementara itu, dalam jangka pendek, program drainase vertikal berfungsi untuk meningkatkan kapasitas penampungan air hujan dan mengurangi limpasan permukaan (runoff) yang menyebabkan genangan air,” jelas Fahira.

Adapun program pengendalian banjir ketiga adalah pembangunan sumur resapan.

Fahira mengatakan bahwa sumur tersebut berfungsi untuk menampung dan menyalurkan air hujan ke dalam tanah, sehingga dapat mengurangi beban pada sistem drainase Jakarta yang saat ini sangat terbatas.

“Program keempat, yakni sistem polder. Sistem ini perlu diperbanyak di wilayah Jakarta yang memiliki elevasi rendah, seperti daerah pesisir dan cekungan. Sistem ini yang menggabungkan tanggul, pompa air, dan waduk, terbukti efektif dalam mengendalikan ketinggian air di area tertentu,” jelasnya.

Lebih lanjut, Fahira mengungkapkan, program pengendalian banjir kelima adalah revitalisasi waduk.

Menurutnya, program tersebut merupakan langkah krusial untuk pengendalian banjir.

“Pengerukan sedimen dan pelebaran waduk dapat meningkatkan kapasitas tampung air, sehingga mampu mengurangi risiko banjir di berbagai wilayah Jakarta,” ucap Fahira.

Program pengendalian banjir keenam adalah meningkatkan kapasitas kali dan sungai.

Salah satu penyebab utama banjir di Jakarta adalah kapasitas sungai yang tidak cukup menampung debit air saat hujan ekstrem.

“Oleh karena itu,, peningkatan kapasitas kali dan sungai, seperti melalui naturalisasi dan pengerukan sedimentasi, harus menjadi prioritas. Langkah ini akan membantu memperlancar aliran air dan mencegah banjir di permukiman warga,” imbuh Fahira.

Seperti diketahui, banjir terus menjadi ancaman serius bagi Jakarta, terutama ketika hujan ekstrem melanda seperti yang terjadi beberapa hari terakhir.

Banjir tidak hanya menggenangi permukiman, tetapi juga menyebabkan gangguan di banyak ruas jalan Jakarta, dengan ketinggian air yang bervariasi antara 30 hingga 100 sentimeter (cm). Situasi ini menghambat aktivitas masyarakat dan menyebabkan beberapa warga harus mengungsi.

Editor: Dwi NH

Tag:  #kurangi #risiko #banjir #jakarta #fahira #idris #sarankan #program #pengendalian #banjir

KOMENTAR