Kapal Induk Perancis Charles De Gaulle Kunjungi Indonesia, Pernah Dikerahkan Lawan ISIS
Kapal induk Perancis Charles De Gaulle R91(Dok US Naval Institute (USNI) )
09:28
30 Januari 2025

Kapal Induk Perancis Charles De Gaulle Kunjungi Indonesia, Pernah Dikerahkan Lawan ISIS

- Kapal induk Marine Nationale atau Angkatan Laut Perancis, Charles De Gaulle (R91), bersandar di Pelabuhan Gili Mas, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB), pada Selasa (28/1/2025) Wita.

Kapal induk bertenaga nuklir pertama Perancis itu singgah dalam misi Clemenceau 25 di Samudera Pasifik selama enam bulan yang dimulai sejak November 2024.

Rencananya, Charles De Gaulle (CDG) yang membawa French Carrier Strike Group (CSG) atau kelompok tempur kapal induk Perancis akan melakukan kegiatan logistik di Lombok hingga Sabtu (1/2/2025), sebelum melanjutkan misi Clemenceau.

Charles De Gaulle sebelumnya juga telah melakukan latihan gabungan multinasional bersandi "La Perouse 25" bersama kapal perang dari delapan negara di Selat Malaka, Sunda, dan Lombok, pada 16 hingga 25 Januari 2025.

La Perouse 25 merupakan bagian dari misi Clemenceau 25.

Charles De Gaulle turut membawa unsur udara berupa jet tempur Rafale, pesawat E-2C Hawkeye, serta helikopter AS365 Dauphin dan NH90 Caiman.

Spesifikasi CDG

Charles De Gaulle dibangun pada 1989 dengan dimulainya peletakan lunas kapal.

Pada 2001, kapal induk buatan Naval Group ini diluncurkan.

Nama Charles De Gaulle diambil dari mantan presiden Perancis yang berpangkat jenderal.

Kapal memiliki panjang 261 meter, lebar 64 meter, tinggi 75 meter, dan berbobot 42.500 ton.

Kecepatan maksimalnya 27 knots atau 620 mil per hari.

Jet tempur Rafale di dek penerbangan Charles De Gaulle R91 yang sandar di Pelabuhan Gili Mas, Lombok, NTB, Selasa (28/1/2025).KOMPAS.com/NIRMALA MAULANA A Jet tempur Rafale di dek penerbangan Charles De Gaulle R91 yang sandar di Pelabuhan Gili Mas, Lombok, NTB, Selasa (28/1/2025).

Mengutip dari keterangan pers Marine Nationale, Charles De Gaulle mampu menampung 1.850 personel di laut, termasuk penerbang yang mencapai 600.

Charles De Gaulle memiliki dua katapel di dek penerbangan yang masing-masing panjangnya 75 meter.

Ketapel ini digunakan untuk pesawat lepas landas.

Charles De Gaulle memiliki dua reaktor nuklir yang masing-masing berkekuatan lebih dari 80.000 horsepower.

Komandan kapal, Kapten Georges Antoine Florentin, mengaku tidak memiliki personel yang dengan spesialisasi nuklir.

Namun, bagi para personel yang akan mengoperasikan reaktor nuklir Charles De Gaulle, mereka akan diberi pelatihan pendek atau semacam short course selama tiga hingga empat bulan.

Dalam muatan penuh, Charles De Gaulle mampu menampung sekitar 30 jet tempur Rafale di flight deck atau dek penerbangan.

Pesawat yang siaga akan diparkir rapi di pinggir dek penerbangan.

Selain itu, Charles De Gaulle juga memiliki hanggar yang mampu menampung 12 hingga 13 jet tempur Rafale.

Fasilitas lain yang dimiliki Charles De Gaulle adalah rumah sakit dengan luas sekitar 600 meter persegi.

Personel masak mampu membuat sekitar 3.700 paket makanan per hari.

 

Pernah Dikerahkan Lawan ISIS

Berbagai operasi pernah dilakukan Charles De Gaulle, seperti saat mendukung 'Operasi Enduring Freedom' melawan Afganistan yang dikuasai Taliban pada 2001.

Saat itu, Charles De Gaulle tergabung dalam Gugus Tugas 473 dan mulai berlayar pada 1 Desember 2001.

Kapal induk AL Perancis Charles De Gaulle R91 yang sandar di Pelabuhan Gili Mas, Lombok, NTB, Selasa (28/1/2025).KOMPAS.com/NIRMALA MAULANA A Kapal induk AL Perancis Charles De Gaulle R91 yang sandar di Pelabuhan Gili Mas, Lombok, NTB, Selasa (28/1/2025).

Charles De Gaulle juga pernah dikerahkan untuk melawan Negara Islam Irak dan Suriah atau yang dikenal dengan nama Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).

Mengutip laman US Naval Institute (USNI), pada Februari 2015, Charles De Gaulle memasuki Teluk Persia untuk misi melawan ISIS.

Charles De Gaulle saat itu disebut bergabung dengan USS Carl Vinson (CVN-70) dalam melakukan serangan udara.

Operasi itu dilakukan tujuh minggu setelah serangan terhadap karyawan Charlie Hebdo di Paris.

Presiden Perancis saat itu, Francois Hollande, mengumumkan operasi Charles De Gaulle pada 14 Januari 2015 atau seminggu setelah serangan Charlie Hebdo.

Pada tahun yang sama, di bulan November, Charles De Gaulle kembali beroperasi ke Laut Mediterania untuk melawan ISIS lagi.

Operasi itu dilakukan setelah 10 hari penyerangan ISIS di Paris.

“Kelompok tempur kapal induk dengan Charles De Gaulle dikerahkan di Mediterania Timur untuk memimpin misi di daerah yang dikendalikan ISIS,” tulis pernyataan Kementerian Pertahanan Perancis saat itu.

Setelah itu, Charles De Gaulle memimpin kelompok tempur kapal induk Perancis (CSG) untuk misi Clemenceau sejak 2021.

Editor: Nirmala Maulana Achmad

Tag:  #kapal #induk #perancis #charles #gaulle #kunjungi #indonesia #pernah #dikerahkan #lawan #isis

KOMENTAR