Orang yang Terlalu Mementingkan Jumlah Likes di Media Sosial Biasanya Memiliki 8 Ciri Kepribadian Berikut
- Orang yang terlalu memperhatikan jumlah "likes" di media sosial seringkali menemukan diri mereka tenggelam dalam dunia yang didominasi oleh ekspektasi online.
Mereka cenderung membawa sifat-sifat tertentu yang mencerminkan ketergantungan mereka pada persetujuan virtual.
Dilansir dari Hack Spirit pada Rabu (8/5), terdapat 8 ciri kepribadian orang yang terlalu mementingkan jumlah suka di media sosial.
Dengan memahami ciri-ciri ini, kita dapat lebih memahami dinamika yang ada di balik perilaku online yang terlalu fokus pada jumlah "likes" atau suka di media sosial.
1. Ingin mendapatkan persetujuan
Bagi mereka yang terlalu fokus pada pembentukan citra dan penerimaan di media sosial, keinginan untuk mendapatkan persetujuan ini menjadi obsesi yang mendefinisikan identitas mereka.
Media sosial menjadi tempat yang tidak terbatas untuk mendapatkan validasi. Setiap "likes" atau komentar dianggap sebagai bentuk persetujuan yang meningkatkan rasa harga diri dan nilai diri mereka sendiri.
Mereka terperangkap dalam keyakinan bahwa nilai dan keberhasilan mereka tergantung pada popularitas dan penerimaan di media sosial.
2. Perfeksionis
Dalam konteks media sosial, perfeksionis terjadi ketika seseorang berusaha keras untuk memastikan setiap konten yang mereka bagikan terlihat sempurna dan mendapat banyak jumlah suka dan pujian.
Sebagai contoh, seseorang menghabiskan banyak waktu untuk mengedit foto agar terlihat sempurna sebelum diposting.
Namun, obsesi terhadap kesempurnaan ini seringkali menyebabkan stres dan kecemasan yang berlebihan, dan bisa membuat seseorang kehilangan keautentikan dalam berinteraksi dengan orang lain secara online.
3. Gemar membandingkan diri sendiri dengan orang lain
Orang-orang yang terlalu fokus pada jumlah "likes" sering kali merasa kurang puas atau tidak berharga jika postingan mereka tidak mendapat respons yang diinginkan, atau jika mereka melihat bahwa postingan orang lain mendapat lebih banyak perhatian.
Ketika mereka melihat postingan orang lain yang mendapatkan banyak "likes" hal itu dapat memicu perasaan tidak memadai atau kecemasan sosial yang berlebihan.
Akibatnya, mereka mungkin merasa perlu untuk terus-menerus memperbaiki atau menyempurnakan postingan mereka agar mendapatkan lebih banyak "likes" dan mendapatkan validasi dari orang lain.
4. Sensifif terhadap kritik
Ketika seseorang terlalu memperhatikan citra mereka di media sosial, mereka cenderung sangat peka terhadap kritik yanh ditujukan pada dirinya.
Mereka akan merasa sangat terpukul jika ada komentar negatif atau sedikit jumlah "likes" pada postingan mereka. Sensitivitas ini membuat mereka bereaksi secara defensif terhadap kritik, bahkan bisa sampai menghapus komentar atau memblokir pengguna.
Kritik adalah bagian normal dari kehidupan, terutama di dunia online, dan penting bagi mereka untuk belajar menghadapinya dengan cara yang sehat, dan melihatnya sebagai kesempatan untuk tumbuh daripada serangan terhadap harga diri mereka.
5. Mengutamakan hubungan virtual daripada hubungan nyata
Orang yang terlalu mementingkan jumlah "likes" di media sosial cenderung lebih memprioritaskan interaksi dan pujian di dunia maya daripada hubungan nyata di kehidupan sehari-hari.
Mereka dapat lebih fokus untuk mendapatkan pengakuan dan validasi dari postingan mereka daripada memperkuat ikatan dengan orang-orang di sekitar mereka di dunia nyata.
Ini menciptakan kesenjangan antara hubungan online dan offline, di mana kebutuhan untuk mendapatkan perhatian dan persetujuan di platform digital dapat mengalahkan nilai hubungan yang lebih mendalam dan bermakna dalam kehidupan sehari-hari.
6. Fear of missing out (FOMO)
Rasa takut ketinggalan (FOMO) adalah kecemasan yang dirasakan ketika seseorang khawatir melewatkan kesempatan atau pengalaman yang dimiliki orang lain.
Orang-orang yang terlalu memperhatikan jumlah "likes" di media sosial sering merasakan FOMO ini dengan kuat. Mereka merasa perlu untuk selalu terlibat dalam setiap acara, tren, atau postingan, karena takut terlewatkan atau terlihat tidak menarik.
Namun, FOMO ini bisa menyebabkan stres dan tekanan yang berlebihan, karena mereka merasa harus selalu terlibat dalam berbagai hal pada waktu yang bersamaan.
7. Rendahnya harga diri
Mementingkan jumlah suka di media sosial dapat berhubungan dengan rendahnya harga diri karena seseorang mulai mengaitkan nilai dirinya dengan respons yang mereka terima dari postingan mereka.
Ketika mereka tidak mendapatkan banyak likes atau perhatian positif, mereka akan merasa tidak berarti atau kurang dihargai.
Ini dapat memicu perasaan rendah diri dan meragukan nilai diri mereka, terutama jika mereka terus-menerus membandingkan diri mereka dengan orang lain yang tampaknya lebih sukses atau populer di media sosial.
8. Kecemasan terhadap identitas mereka di media sosial
Orang-orang yang sangat peduli dengan jumlah suka di media sosial mereka cenderung selalu khawatir tentang bagaimana mereka dipandang oleh orang lain secara online.
Mereka akab merasa perlu untuk menampilkan versi terbaik dari diri mereka dan menjaga citra yang sesuai dengan harapan pengikut mereka.
Namun, kecemasan ini bisa sangat melelahkan dan menimbulkan tekanan yang berlebihan untuk mempertahankan gambaran yang tidak selalu merepresentasikan diri mereka yang sebenarnya.
***
Tag: #orang #yang #terlalu #mementingkan #jumlah #likes #media #sosial #biasanya #memiliki #ciri #kepribadian #berikut