



Kamu Sering Malas Basa-basi? Cobain 7 Teknik Percakapan Ini Biar Kamu Lebih Rileks Saat Mengobrol
- Kamu mungkin pernah bertemu orang yang pandai membicarakan hal-hal yang mendalam, namun sering kali gagal membangun koneksi dengan orang lain lewat basa-basi.
Bukan karena malu. Dia hanya tidak bisa menghadapi percakapan sehari-hari yang membangun koneksi manusia. Bagi mereka, obrolan ringan terasa palsu, hambar, seperti ruang tunggu sebelum percakapan "yang sebenarnya" dimulai.
Ternyata banyak orang mengalami masalah yang sama (atau mungkin kamu sendiri). Beruntung ada solusi agar kita bisa lebih rileks menghadapi bahkan memulai percakapan basa-basi.
Berikut ini tujuh teknik yang bisa bikin kamu lebih nyaman ngobrol, lebih rileks dalam basa-basi, dan bahkan membangun hubungan yang lebih dalam, seperti dilansir dari Geediting.
Semua didukung riset, praktik kesadaran, dan pengalaman langsung—mulai dari sekadar antre kopi sampai ngobrol dengan investor.
1. Mulailah dengan Rasa Ingin Tahu yang Tulus
Obrolan ringan terasa kaku kalau pertanyaannya terdengar seperti formalitas. Tapi kalau kamu benar-benar ingin tahu, percakapan bisa berkembang dengan alami.
Sebuah studi dari Harvard Business School menunjukkan bahwa orang yang mengajukan lebih banyak pertanyaan (terutama pertanyaan lanjutan) dianggap lebih hangat dan menyenangkan.
Alih-alih menanyakan “Kerja di mana?”, coba ganti dengan, “Apa hal paling seru yang kamu kerjakan akhir-akhir ini?” Nada bicara antusias akan mengundang respons yang lebih hidup.
Tip kecil: sebelum mulai bicara, tarik napas sebentar. Ingatkan diri sendiri, tujuanmu bukan membuat orang terkesan, tapi memahami mereka.
2. Gunakan Pola FORD (Family, Occupation, Recreation, Dreams)
Saat otakmu kosong dan bingung mau ngomong apa, ingat saja FORD: Keluarga, Pekerjaan, Rekreasi, Mimpi. Ini adalah empat tema besar yang hampir semua orang nyaman membicarakannya.
Contoh:
“Lukisan anakmu di latar Zoom keren banget, dia memang suka gambar, ya?”
“Sekarang lagi menikmati proyek apa di kantor?”
“Masih rutin panjat tebing setiap minggu?”
“Kalau pandemi beneran selesai, mau traveling ke mana dulu?”
Pola ini bukan sekadar nanya, tapi membangun jembatan. Observasi → pertanyaan → percakapan yang mengalir.
3. Cerminkan, Tapi Jangan Meniru
Dalam psikologi, ini dikenal sebagai chameleon effect atau menyesuaikan gaya komunikasi secara halus bisa membangun rasa selaras.
Tapi ingat: halus, bukan lebay.
Kalau lawan bicaramu berbicara tenang dan pelan, turunkan juga volumenya sedikit.
Kalau dia bilang, “Aku senang banget waktu itu,” kamu bisa tanggapi dengan, “Wah, pasti berkesan banget, ya.”
Tindakan kecil ini memberi sinyal bahwa kamu benar-benar hadir dan selaras dengan mereka, bahkan sebelum kata-kata menyentuh logika.
4. Tukar Pengungkapan Kecil dengan Koneksi Besar
Kamu nggak perlu curhat besar-besaran untuk membangun koneksi. Cukup buka sedikit lapisan dirimu.
Contoh sederhana:
“Lagi belajar bahasa Vietnam, tapi nadanya suka bikin bingung—kadang ngomong ‘bibi’ eh malah jadi kata makian!”
Pernyataan semacam ini memberi ruang buat orang lain berbagi balik. Aturannya: rentan, bukan tumpah ruah. Tawarkan sedikit, dan lihat apakah mereka merespons. Kalau iya, baru lanjutkan ke kedalaman berikutnya.
5. Gunakan Tindak Lanjut yang Bermakna
Kebanyakan orang langsung ganti topik setelah satu pertanyaan. Padahal, pertanyaan lanjutan bisa memperdalam percakapan secara signifikan.
Misalnya setelah seseorang bercerita:
“Wah, itu menarik banget. Apa yang bikin kamu tertarik di bidang itu?”
“Pas kejadian itu, gimana perasaanmu?”
Alih-alih kelihatan sok tahu, kamu justru menunjukkan bahwa kamu benar-benar mendengarkan.
Trik cepat: catat di kepala kata terakhir yang mereka ucapkan (kalau bisa nama benda atau emosi) lalu susun pertanyaan berikutnya dari situ.
6. Berikan Jeda yang Bermakna
Kadang keheningan bikin canggung, tapi justru di situlah makna muncul.
Cobalah aturan tiga detik. Setelah lawan bicara selesai bicara, hitung “satu, dua, tiga” dalam hati sebelum merespons. Kadang mereka akan menambahkan detail tambahan, kadang kamu akan menemukan respon yang lebih bijak.
Jeda kecil ini bukan jeda kosong, tapi ruang untuk memahami lebih dalam.
7. Tukar Data dengan Cerita
Fakta gampang dilupakan. Tapi cerita? Melekat.
Kamu nggak harus jadi penulis hebat. Cukup simpan beberapa cerita kecil yang otentik dan lucu—entah itu kesalahan saat traveling, momen kecil yang membekas, atau pelajaran dari hari yang kacau.
Contoh:
“Waktu itu aku salah ucap di restoran Vietnam. Mau bilang ‘terima kasih’, malah nyebut kata yang artinya… ya, nggak sopan banget. Untung pelayannya ketawa!”
Dengan membagikan cerita, kamu tidak cuma menyampaikan informasi, tapi juga mengundang orang lain untuk ikut bercerita. Percakapan jadi tarian dua arah, bukan sekadar ping-pong fakta.
Kesimpulan
Basa-basi bukan musuh. Kalau dilakukan dengan cara yang tepat, obrolan ringan bisa jadi pintu masuk menuju percakapan yang jujur, santai, dan penuh makna.
Jadi, lain kali kamu duduk di sebelah orang asing atau ketemu kolega lama, jangan buru-buru merasa canggung. Coba salah satu teknik di atas dan lihat bagaimana obrolan yang tadinya terasa "meh" berubah jadi momen yang benar-benar nyambung.
Tag: #kamu #sering #malas #basa #basi #cobain #teknik #percakapan #biar #kamu #lebih #rileks #saat #mengobrol