Taktik Iran Tunda Serangan Membuat Perekonomian Israel Terancam Ambruk
Penumpang di Bandara Internasional Ben Gurion, dekat Tel Aviv, 1 Agustus 2024, yang tampak sepi. /Foto: Avshalom Sassoni/Flash90 
09:10
18 Agustus 2024

Taktik Iran Tunda Serangan Membuat Perekonomian Israel Terancam Ambruk

Adi Livne sedang berlibur di Spanyol ketika berita pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Iran tersebar akhir bulan lalu.

Penerbangan pulang ke Israel dengan maskapai penerbangan murah Eropa pupus.

Terdampar di Spanyol dan berjuang mencari jalan pulang, ia menyadari bahwa hanya maskapai penerbangan Israel pilihan satu-satunya.

Banyak maskapai penerbangan membatalkan penerbangan khawatir serangan balasan dari Iran.

Namun, maskapai penerbangan nasional Israel, El Al, mengenakan biaya sebesar $1.000 untuk tiket sekali jalan dari Madrid ke Tel Aviv.

"Karena tidak dapat menemukan pilihan yang lebih murah, ia akhirnya memilih tiket yang sama mahalnya dengan maskapai Israel, Israir," tulis Times of Israel, Minggu (18/8/2024).

Iran terus melancarkan teror akan membalas Israel secepatnya.

Namun serangan itu tak kunjung terjadi hingga hari ini.

Banyak maskapai penerbangan telah membatalkan penerbangan atau menangguhkan rute sama sekali ke Israel karena situasi keamanan.

United Airlines, salah satu maskapai utama yang menghubungkan Israel dan Amerika Serikat, telah menangguhkan layanan ke Israel tanpa batas waktu.

American Airlines membatalkan penerbangan dan mengatakan tidak akan melanjutkan layanan lebih awal dari April 2025.

“El Al benar-benar menaikkan harga dan memanfaatkan kurangnya persaingan,” kata Livne.

“Sangat buruk mengeksploitasi krisis seperti itu. Itu bukan sesuatu yang saya harapkan," ujarnya.

Saat ini bandara di Israel tampak lengang tidak seperti biasanya.

Dampaknya ke Perekonomian

Sepinya penerbangan dari luar negeri ke Israel ikut membuat jumlah turis asing ke negara itu juga terus menurun.

"Dua minggu ini telah menguras habis pasar, karena beberapa kegiatan ekonomi telah dibatalkan, dan sebagian lainnya telah dikurangi karena ketakutan publik," kata komentator urusan ekonomi untuk Channel 13 News Israel pada tanggal 15 Agustus.

Industri pariwisata Israel, khususnya, telah mencatat kerugian besar akibat pembatalan penerbangan besar-besaran oleh maskapai penerbangan internasional.

Sektor pendidikan Israel juga akan sangat terpengaruh jika penantian ini berlanjut hingga September karena lembaga pendidikan harus "bermanuver dalam skenario pertempuran," menurut penyiar Israel.

Tel Aviv, Ibu Kota Israel, kini bak kota mati

Kota  Tel Aviv yang biasanya ramai berubah menjadi sangat sepi saat ini.

Penyebabnya, penduduk dan pemilik bisnis bergulat dengan ketakutan dan ketidakpastian karena ancaman pembalasan serangan dari militer Iran.

Tel Aviv-Yafo, yang dikenal di seluruh dunia sebagai pusat bisnis, perdagangan, dan hiburan Israel yang ramai, biasanya merupakan kota yang penuh kehidupan.

Dikutip dari Jerusalem Post, Jumat (16/8/2024), jalanan biasanya dipenuhi pembeli, pantai-pantainya dipenuhi orang-orang yang berjemur, dan malam hari dipenuhi dengan pesta dan acara.

Turis berbondong-bondong ke pasar, kafe, dan tempat-tempat budaya yang menjadikan kota ini tujuan utama para pelancong.

Namun akhir-akhir ini, gambaran yang berbeda muncul.

Jalanan tampak sepi, toko-toko tutup lebih awal dan suasana sunyi menggantikan hiruk pikuk yang biasa.

Ketakutan merayapi atmosfer dan ketegangan mencemaskan menyelimuti kota.

Bagi warga dan pemilik bisnis, perubahan ini nyata adanya.

Yana Levitan, pemilik Alternative Souvenir, sebuah toko di kota tua Yafo, berbagi perasaannya dengan The Media Line.

“Saya merasakan dari jalan bahwa orang-orang khawatir berada di sini , berada di Israel. Orang-orang Israel khawatir berada di kota tua Yafo khususnya. Saya tidak tahu apa yang akan terjadi, tetapi kami akan tetap di sini meskipun ada banyak hal,” katanya.

Ancaman pembalasan dari Iran semakin memperdalam krisis.

Sopir Taksi Ikut Mengeluh

Sadi, seorang sopir taksi Arab Israel, menggambarkan situasi tersebut kepada The Media Line.

“Orang-orang tidak ingin datang ke Timur Tengah saat ini. Mereka tidak merasa aman. Saya belum pernah melihat sesuatu yang seburuk ini sebelumnya. Kami hampir tidak bisa bertahan hidup.”

Namun meskipun ada ketakutan dan ketidakpastian, semangat ketahanan tetap kuat.

Yoel, warga Tel Aviv, mengatakan kepada The Media Line.

“Ada ketakutan tetapi orang-orang Israel tangguh,  kami berada di luar dan kami tidak berhenti hidup.”

Mahmoud, seorang warga Palestina dari Yerusalem yang sedang mengunjungi Yafo, mengungkapkan harapannya akan perdamaian.

“Ketika perang berakhir, semuanya mungkin akan kembali normal.”

Yoav, seorang warga Kiryat Shmona, yang tinggal sementara di Yafo, menyuarakan sentimen yang sama, dengan menceritakan bagaimana perang telah berdampak pada komunitas Yahudi dan Arab.

“Kita dapat hidup bersama dengan mudah tanpa masalah politik apa pun. Satu-satunya masalah adalah masalah radikal di kedua belah pihak. Tanpa masalah itu, kita akan hidup lebih baik.”

Bahkan saat kota itu bergulat dengan dampak perang, penduduk Tel Aviv terus maju.

Turis seperti Michael dan Kyara dari Prancis menggambarkan gambaran rumit Tel Aviv selama masa perang—di mana kehidupan terasa familier sekaligus kacau.

Meskipun mereka melihat toko-toko tutup dan jalan-jalan lebih sepi, kunjungan mereka mengungkap kota yang masih bertekad mempertahankan denyut nadinya.

Baik bagi penduduk lokal maupun pengunjung, konflik yang sedang berlangsung telah membuat kehidupan sehari-hari hampir terhenti.

Namun, seperti yang ditelusuri dalam video ini, ketahanan penduduk Tel Aviv tetap tak tergoyahkan dalam menghadapi ketidakpastian, dengan harapan bahwa kota kehidupan ini akan segera kembali ke kehidupannya yang semarak.

IDF Tetap Siaga

Daniel Hagari, Juru Bicara Pasukan Pertahanan Israel, IDF, mengatakan pihaknya tidak mengubah instruksi bagi warga sipil dalam upaya meredakan kekhawatiran publik.

"Kami menanggapi pernyataan dan deklarasi musuh dengan serius. Oleh karena itu, kami siap pada tingkat kesiagaan tertinggi dalam menyerang dan bertahan," kata Hagari.

Iran Sebut Perang Psikologis

Pemimpin Iran Ayatollah Ali Khamenei menganggap bahwa pembatasan-pembatasan dan sanksi Barat tersebut sebagai perang psikologis.

Sementara Iran melayani tindakan Barat dan Israel tersebut dengan menolak upaya damai yang terus dilakukan oleh pihak ketiga.

"Perang psikologis musuh di ranah militer ditujukan untuk menimbulkan rasa takut. Para suhada tetap melawan perang psikologis. Kebenaran ini harus diperingati," kata Khamenei, dikutip Mehr News.

Iran menyatakan akan menyerang Israel. Saat ini negara para mullah tersebut sedang menempatkan rudal dan drone Iran yang terkenal tersebut ke wilayah-wilayah yang tepat untuk menyerang.

Editor: Hasanudin Aco

Tag:  #taktik #iran #tunda #serangan #membuat #perekonomian #israel #terancam #ambruk

KOMENTAR