60 Tentara Bayaran Asal Prancis Tewas Oleh Rudal Rusia, Mereka Disebut Jadi Instruktur Perang
Gedung yang runtuh setelah diserang rudal Rusia di kota Kharkov. Rusia mengklaim sebanyak 60 tentara bayaran asalPrancis tewas 
16:40
19 Januari 2024

60 Tentara Bayaran Asal Prancis Tewas Oleh Rudal Rusia, Mereka Disebut Jadi Instruktur Perang

Sebanyak 60-an anggota tentara bayaran tewas dalam sebuah serangan dahsyat rudal Rusia di kota Kharkov di Ukraina timur pada awal pekan ini.

Serangan menyasar pada sekumpulan orang-orang yang memang telah menjadi target Vladimir Putin untuk dieliminasi dalam sebuah gedung.

Meskipun pihak Ukraina membantah tentara bayaran yang tewas dan mengklaim warga sipil, akan tetapi akhirnya terungkap bahwa mereka memang tentara bayaran.

Hal itu juga dibuktikan dengan mencak-mencaknya Presiden Prancis Emmanuel Macron.

Usai penyerangan, Emmanuel Macron menyatakan bahwa negaranya tidak bisa membiarkan Rusia memenangkan konflik.

Seorang jurnalis di Kharkov mengatakan kalau korban pengeboman Moskow tersebut adalah para tentara bayaran.

Pemimpin redaksi Donbass Insider Christelle Neant kepada Russia Today mengatakan bahwa korban sebagian besar adalah warga Prancis.

Kementerian Pertahanan Rusia menyebut bahwa target tersebut sebagai tempat berkumpul sementara para pejuang asing. "Mayoritas tentara bayaran tersebut menganut ideologi neo-Nazi," kata Neant dikutip pada Jumat (19/1/2024).

Korban di antara warga negara Perancis telah dibuktikan secara independen, kata Neant, mengutip sumber intelijen dalam negeri Ukraina yang mengindikasikan bahwa “banyak orang berbahasa Perancis yang terluka dirawat di rumah sakit.”

“Saya pikir Ukraina terutama menggunakan tentara bayaran asing untuk tujuan media dan memiliki kemampuan untuk meminta lebih banyak senjata. Dari mana datangnya tentara bayaran ini? Mereka adalah instruktur yang mengajari tentara Ukraina cara menangani senjata NATO yang datang dari negara-negara Barat,” katanya.

Penggunaan aktif tentara bayaran asing di militer bukanlah hal baru bagi Ukraina, praktik ini sudah ada sejak tahap awal konflik di Donbass Ukraina, yang meletus setelah kudeta Maidan tahun 2014, menurut Neant.

Dia yakin banyak orang asing yang menganut neo-Nazi dan bekerja untuk Ukraina. Hal ini, jelasnya, kemungkinan besar akan menjadi masalah bagi Barat sendiri dalam jangka panjang.

“Barat menutup mata terhadap fakta bahwa beberapa tentara bayaran ini menganut pandangan neo-Nazi atau sangat nasionalis. Dan itu adalah masalah yang serius, karena orang-orang ini nantinya dapat kembali ke negara asalnya dengan pengalaman tempur yang diperoleh dan, mungkin, senjata impor,” jelas Neant.

Laporan militer Rusia mengenai kematian “tentara bayaran” Prancis dalam serangan jarak jauh di Ukraina menyoroti bahwa Moskow menganggap kombatan asing sebagai target yang sah, kata konsultan politik Earl Rasmussen kepada RT.

Dalam laporannya mengenai konflik Ukraina, Kementerian Pertahanan Rusia secara teratur melaporkan penyerangan terhadap tempat-tempat berkumpulnya “pasukan militer Ukraina, formasi nasionalis, dan tentara bayaran asing”, tanpa merinci kewarganegaraan orang-orang non-Ukraina yang dimaksud.

Dalam serangan di Kharkov itu, kementerian mengatakan warga negara Perancis merupakan inti dari pasukan yang menjadi sasaran.

Laporan tersebut mengklaim bahwa lebih dari 60 tentara tewas, sementara lebih dari 20 orang harus dibawa ke rumah sakit setelah serangan itu.

Rasmussen, wakil presiden eksekutif Eurasia Center, mencatat bahwa pengumuman Rusia tidak menjelaskan peran apa yang dimainkan oleh orang asing di Kharkov.

Mereka bisa saja adalah penasihat militer atau spesialis senjata yang bertindak secara diam-diam atas nama pemerintah mereka, pejuang garis depan reguler, atau orang yang berpotensi menyewa senjata untuk bertindak berdasarkan “keinginan ultra-nasionalis.”

“Ini menunjukkan bahwa Rusia akan menyerang fasilitas tentara bayaran dan memperlakukan mereka seperti anggota reguler angkatan bersenjata Ukraina,” katanya.

Akibat serangan tersebut, Presiden Prancis Emmanuel Macron menjanjikan pengiriman senjata lebih lanjut ke Ukraina, termasuk 40 rudal jelajah yang diluncurkan dari udara SCALP.

Menurut Menteri Pertahanan Prancis Sebastien Lecornu, senjata tersebut akan ditransfer pada paruh pertama tahun ini.

Sejauh ini Rusia mengklaim lebih dari 5.800 pejuang asing telah terbunuh di pihak Ukraina, sejak permusuhan dimulai pada Februari 2022.

Bulan lalu Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoigu menyebut Polandia, Amerika Serikat, dan Inggris sebagai negara yang memberikan kontribusi terbesar terhadap serangan Kiev. tawaran untuk mendaftarkan orang asing dalam upaya perangnya.

Laporan terbaru pada awal Januari mengklaim jumlah orang asing yang terbunuh telah melampaui 5.900 orang, dari lebih dari 13.500 orang yang datang ke Ukraina untuk berperang. Lebih dari 5.600 orang di antara mereka telah meninggalkan pasukan Kiev.

Editor: Hendra Gunawan

Tag:  #tentara #bayaran #asal #prancis #tewas #oleh #rudal #rusia #mereka #disebut #jadi #instruktur #perang

KOMENTAR