Al-Qassam dan Unit Bayangan: Strategi Tersembunyi di Gaza
Hal ini pun menarik perhatian publik setelah penampilan mereka yang misterius.
Pasukan ini tampak cepat menghilang setelah selesainya pertukaran tahanan Israel.
Diketahui pertukaran tahanan menjadi bagian dari perjanjian gencatan senjata di Gaza.
Taktik 'misterius' ini memicu diskusi di berbagai platform media sosial.
Warganet menyoroti seragam hitam khas yang dikenakan oleh anggota unit tersebut, yang kontras dengan pakaian militer pejuang lainnya.
Menurut laporan media, Shadow Unit dikenal karena pelatihan militer dan psikologis yang tinggi, serta keterampilan luar biasa dalam hal mobilitas dan keheningan, mengutip Palestine Chronicle.
Namun, banyak rincian terkait operasi unit ini tetap dirahasiakan.
Tugas dan Operasi
Unit Bayangan ini diduga bertanggung jawab untuk melindungi tahanan Israel di Gaza.
Namun, sifat sensitif dari tugas mereka membuat Brigade Al-Qassam menjaga kerahasiaan penuh.
Hal ini menimbulkan berbagai pertanyaan mengenai bagaimana Shadow Unit berhasil menjaga keamanan dan kondisi para tahanan.
Keberhasilan Shadow Unit dalam menyembunyikan para tahanan dan mengelola pertukaran dianggap sebagai kemenangan media dan taktis bagi Hamas.
Dengan sifat unik dari pekerjaan dan kemampuan operasional dalam kondisi menantang, Shadow Unit diperkirakan akan terus menjadi topik yang menarik dalam bidang intelijen dan operasi khusus.
Pemukim Ilegal Israel Ngamuk usai Gencatan Senjata Gaza
Pemukim ilegal Israel, didampingi pasukan pendudukan Israel, menyerbu sejumlah kota Palestina di Tepi Barat Minggu malam (19/1/2025).
Pemukim ilegal Israel mengamuk untuk mengekspresikan kemarahan atas kesepakatan gencatan senjata Gaza.
Gencatan senjata Gaza secara luas dianggap sebagai kekalahan bagi entitas Israel.
Para pemukim Israel menargetkan kendaraan Palestina dan memblokir jalan-jalan utama di daerah termasuk Turmus Ayya, 'Atara, Ein Siniya, Ein Ayoub, Qalqilya, dan Jaba'.
Di Sinjil, kantor berita WAFA melaporkan bahwa dua rumah warga Palestina dan empat kendaraan dibakar.
Rekaman media sosial memperlihatkan para pemukim melemparkan batu dan bom molotov selama serangan mereka ke arah warga Palestina.
Serangan itu terjadi beberapa jam sebelum Israel membebaskan kelompok pertama tahanan Palestina, yakni sebanyak 69 wanita dan 21 anak-anak.
Pembebasan itu dengan imbalan tiga tawanan Israel sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata antara Hamas dan Israel, mengutip Al Mayadeen.
Kesepakatan itu bertujuan untuk mengakhiri perang Israel yang telah berlangsung selama 15 bulan di Gaza.
Kelompok sayap kanan Israel mengecam gencatan senjata tersebut, menuntut agar serangan militer terhadap Gaza dilanjutkan.
Menjelang kesepakatan tersebut, Menteri Keamanan Israel, Israel Katz, memerintahkan pembebasan semua 16 pemukim yang berada dalam tahanan administratif karena keterlibatan mereka dalam serangan terhadap warga Palestina di Tepi Barat yang diduduki.
Katz membenarkan keputusan tersebut, dengan mengatakan bahwa keputusan itu dimaksudkan untuk menyampaikan pesan yang jelas tentang penguatan dan dorongan pembangunan permukiman (ilegal) Israel.
Bereaksi terhadap kekerasan pada Minggu, kelompok Yesh Din mengecam kurangnya akuntabilitas atas agresi pemukim, dengan menyatakan,
“Kekerasan pemukim terhadap warga Palestina yang tidak bersalah tanpa tanggapan,"
Hal itu mencerminkan pesan yang disampaikan oleh Katz dan rezim Tel Aviv “ketika mereka berusaha untuk 'memperkuat dan mendorong' pemukiman.”
(Tribunnews.com/Garudea Prabawati)