Pemerintahan Assad Runtuh, Amnesty Internasional Tuntut Pelanggar HAM di Suriah Diadili
Gambar selebaran yang disediakan oleh Saudi Press Agency (SPA) pada 11 November 2023, menunjukkan presiden Suriah Bashar al-Assad menghadiri pertemuan darurat Liga Arab dan Organisasi Kerjasama Islam (OKI), di Riyadh. Para pemimpin Arab dan presiden Iran berada di ibu kota Arab Saudi pada 11 November, untuk menghadiri pertemuan puncak yang diperkirakan akan menggarisbawahi tuntutan agar perang Israel di Gaza diakhiri sebelum kekerasan terjadi di negara lain. Pertemuan darurat Liga Arab dan Org
13:10
9 Desember 2024

Pemerintahan Assad Runtuh, Amnesty Internasional Tuntut Pelanggar HAM di Suriah Diadili

Jatuhnya pemerintahan Bashar al-Assad membuat Amnesty Internasional mendesak agar para pelaku pelanggaran hak asasi manusia di Suriah diadili.

Menurut Amnesty Internasional, jatuhnya Assad menjadi kesempatan bersejarah untuk mengakhiri pelanggaran yang terjadi di Suriah selama bertahun-tahun.

Hal tersebut diungkapkan oleh kepala kelompok hak asasi manusia yang berpusat di London, Agnes Callamard pada hari Minggu (8/12/2024).

"Terduga pelaku kejahatan berdasarkan hukum internasional dan pelanggaran hak asasi manusia serius lainnya harus diselidiki, dan jika diperlukan, dituntut atas kejahatannya," kata Agnes Callamard, dikutip dari The New Arab.

Callamard meminta agar semua pelanggar HAM diberi hukuman seberat-beratnya.

"Segala tuntutan hukum harus dilakukan melalui pengadilan yang adil dan tanpa kemungkinan hukuman mati," tegasnya.

Namun Callamard memperingatkan bahwa pembalasan bukanlah hal yang terpenting dalam memberi hukuman kepada para pelanggar HAM.

"Langkah yang paling penting adalah keadilan, bukan pembalasan," imbuh Callamard.

Callamard kemudian menuduh Assad dan ayahnya Hafez dalam pemerintahannya di Suriah bertujuan untuk membuat warga menjadi korban 'kejahatan perang' dan 'kejahatan terhadap kemanusiaan'.

Sekretaris Jenderal Amnesty juga meminta semua pihak untuk mengumpulkan bukti kejahatan yang dilakukan oleh kedua pemimpin Suriah ini dari jaman dahulu hingga saat ini.

Tujuannya adalah untuk memastikan akuntabilitas dan menjadi bukti penting atas korban dari kejahatan mereka.

"Informasi tersebut dapat memberikan bukti penting tentang nasib orang-orang yang hilang dan dapat digunakan dalam penuntutan dan persidangan di masa mendatang atas kejahatan berdasarkan hukum internasional," tambah Callamard.

Dengan terkumpulnya semua bukti ini, akan sangat membantu keluarga korban.

"Bagi keluarga dari puluhan ribu orang yang hilang secara paksa di Suriah, pembebasan tahanan dari banyak penjara di seluruh negeri, meningkatkan prospek bahwa mereka akhirnya dapat mengetahui nasib orang-orang terkasih mereka yang hilang," kata Callamard.

Ia meminta kepada komunitas Internasional untuk mendukung korban Assad dalam mendapatkan keadilan.

Sebagai informasi, Assad digulingkan oleh kelompok pemberontak dalam serangan besar-besaran yang berpuncak pada perebutan ibu kota Damaskus pada hari Minggu (9/12/2024).

Setelah digulingkan, Assad dilaporkan kabur dari Suriah dan berada di Moskow setelah mendapat tawaran suaka dari Rusia.

Hal tersebut dilaporkan oleh kantor berita Rusia, Interfax pada hari Minggu (8/12/2024).

Tak sendiri, Assad dikabarkan kabur dari Suriah bersama keluarganya.

"Presiden al-Assad dari Suriah telah tiba di Moskow. Rusia telah memberi mereka (dia dan keluarganya) suaka atas dasar kemanusiaan," tulis Interfax, dikutip dari Al-Arabiya.

Bagi warga Suriah, peristiwa ini membawa akhir yang tiba-tiba dan tak terduga bagi perang yang telah berlangsung bertahun-tahun.

Di mana ratusan ribu orang tewas, kota-kota hancur berkeping-keping, ekonomi terpuruk akibat sanksi global, dan tampaknya tidak ada penyelesaian yang terlihat.

(Tribunnews.com/Farrah)

Artikel Lain Terkait Konflik Suriah

Editor: Wahyu Gilang Putranto

Tag:  #pemerintahan #assad #runtuh #amnesty #internasional #tuntut #pelanggar #suriah #diadili

KOMENTAR