Bos Intel Rusia Peringatkan Waspadai Aksi Biden Sebelum Lengser, Sebut-sebut Asia Tenggara
Bukan hanya pada Rusia yang sedang berkecamuk, AS diduga juga akan menciptakan ketegangan ke semua belahan bumi hingga ke ASEAN.
Alexander Bortnikov, Kepala Dinas Keamanan Federal (FSB) Rusia mengatakan, ia menduga tim Biden yang akan lengser akan berusaha untuk meningkatkan ketegangan sebanyak mungkin di wilayah-wilayah Eurasia yang menjadi kunci bagi Amerika, terutama di negara-negara pasca-Soviet, Timur Tengah, dan Asia Tenggara.
Menurutnya, Biden dengan Inggris sekarang telah secara terang-terangan mencampuri hubungan sekutu dalam Commonwealth of Independent States (CIS).
Bos intel Rusia ini mengatakan mereka berusaha menghalangi Commonwealth of Independent States persemakmuran di timur Eropa tersebut.
"Mereka berusaha merusak upaya bersama kita untuk memastikan keamanan dan stabilitas di seluruh Persemakmuran," kata Bortnikov dikutip dari TASS, Selasa (26/11/2024).
CIS atau Persemakmuran Negara-negara Merdeka terdiri dari Azerbaijan, Armenia, Belarus, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Moldova, Rusia, Tajikistan, Turkmenistan, Uzbekistan, Ukraina.
Ia menuding Barat sedang memecah belah CIS dengan meningkatkan eskalasi ketegangan wilayah.
Menurutnya, jika kebijakan tersebut telah diterapkan, maka pemerintah penerusnya yaitu Donald Trump tidak akan bisa mengubah kebijakannya, jika ketegangan level tinggi telah terjadi.
"Pemilihan presiden AS yang baru tidak mungkin mengarah pada perubahan radikal dalam kebijakan luar negeri Washington," ungkapnya pada pertemuan ke-20 para kepala badan keamanan dan intelijen negara-negara Persemakmuran Negara-negara Merdeka (CIS), yang saat ini sedang berlangsung di Moskow.
"Tujuan utama mereka adalah untuk mempersulit pilihan pemerintahan berikutnya untuk menyelesaikan masalah yang semakin meningkat," imbuhnya.
Menurut kepala FSB, Amerika Serikat, Inggris, dan sekutu-sekutunya akan terus berusaha untuk secara terang-terangan mencampuri hubungan sekutu dalam CIS, menghalangi proses integrasi, dan merusak upaya bersama kita untuk memastikan keamanan dan stabilitas di seluruh Persemakmuran.
"Tidak diragukan lagi, kita semua perlu bersiap menghadapi segala jenis provokasi," pungkas Bortnikov.
Pemerintahan Joe Biden akan berakhir pada 20 Januari 2025 mendatang dan diganti oleh pemenang Pilpres AS 2024 yaitu Donald Trump.
Namun saat ini Biden masih punya kuasa penuh terhadap pemerintahan AS.
Hal tersebut dimanfaatkan biden dengan kennijakan memberikan bantuan militer ke Ukraina yang sedang dicabik perang
Kebijakan paling gres adalah mencabut larangan Ukraina menembakkan rudal jarak jauhnya ke wilayah Rusia.
Kini Ukraina pun bebas menembakkan tiga rudak jarak jauhnya ke wilayah Rusia yaitu ATACMS buatan AS, Storm Shadow buatan Inggris dan SCALP buatan Prancis.
Tag: #intel #rusia #peringatkan #waspadai #aksi #biden #sebelum #lengser #sebut #sebut #asia #tenggara