Bukan ISIS, Intelijen Rusia Bongkar Dalang Sebenarnya Serangan Teroris di Moskow
Tapi Intelijen Rusia menuduh Amerika Serikat (AS), Inggris Raya, dan Ukraina dalang di balik serangan teror ke Balai Kota Crocus, Moskow pada Jumat (23/3/2024) lalu itu.
Direktur Badan Intelijen Rusia (FSB), Alexander Bortnikov mengatakan serangan teror itu adalah upaya Ukraina untuk menyerang negaranya.
Rusia sendiri telah meluncurkan invasi ke Ukraina sejak 24 Februari 2022 lalu.
"Kami yakin ini benar. Dalam kasus apa pun, kami bicara tentang informasi faktual yang kami terima. Ini informasi umum, tetapi mereka punya riwayat panjang tentang hal seperti ini," kata Bortnikov dikutip TASS, Selasa (26/3/2024).
Bortnikov enggan menjelaskan bagaimana ketiga negara tersebut mendalangi serangan teror di Moskow.
Ia sebatas menyebut terdapat banyak informasi umum bahwa "Barat dan Ukraina berusaha menimbulkan kerusakan besar di negara kami."
"Apa yang bisa dilakukan untuk mendemonstrasikan kapabilitas mereka? Mereka sudah diduga akan menyabotase dan melakukan aksi teror di belakang. Inilah yang dilakukan dinas rahasia Ukraina dan dinas rahasia Inggris Raya. Dinas rahasia AS juga berulang kali menyinggung ini," kata Bortnikov.
"Sudah ada serangan-serangan drone, serangan oleh kapal tak berawak di laut, dan serbuan pelaku sabotase serta organisasi teroris ke negara kami."
Pelaku Dibayar Rp 85 Juta
Pihak keamanan Rusia telah menangkap 11 orang yang diduga sebagai dalang serangan membabi buta di lokasi konser musik Moskow, Rusia, Jumat (22/3/2024) lalu.
Termasuk empat orang pelaku yang terlibat langsung dalam penembakan di Balai Kota Crocus itu juga ikut diringkus.
Setelah diinterogasi, seorang pelakumengaku dijanjikan bayaran USD5.400 atau setara Rp 85 juta untuk melakukan aksinya.
Penembakan membabi buta itu menewaskan 137 orang dan tiga korban adalah anak-anak.
ISIS Ngaku Tanggungjawab
ISIS mengaku bertanggung jawab atas tragedi paling berdarah di Rusia dalam satu dekade terakhir.
Seperti dikutip TASS, berdasarkan postingan video Pemimpin Redaksi RT, Margarita Simonyan di Telegram, salah seorang yang ditangkap mengatakan ia dijanjikan 500.000 ruble atau USD 5.400 untuk ikuit melakukan serangan.
“Saya menembaki orang di Crocus untuk uang. (Saya djanjikan) sekitar 500.000,” tutur pria yang tak disebutkan identitasnya itu dalam video tersebut.
Pelaku mengatakan sekitar setengah dari uang tersebut telah ditransfer ke dalam tabungannya.
Ia pun telah dijanjikan akan menerima separuh lagi uangnya nanti setelah tugasnya dilakukan.
Ia mengaku kehilangan kartu tabungannya saat berusaha kabur dari kejaran petugas penega hukum.
Sementara itu, tiga dari empat tersangka telah mengaku bersalah.
Empat orang terdakwa Dalerzhon Mirzoyaev (32 tahun), Saidakrami Rachabaluzid (30 tahun) Mukhammadsobir Faizov (19 tahun), dan Shamsidin Fariduni (25 tahun).
Mereka didakwa karena melakukan serangan terorisme secara nberkelompok yang mengakibatkan kematian orang lain.
Pelanggaran tersebut diancam dengan hukuman maksimal penjara seumur hidup.
Pengadilan memerintahkan mereka, yang semua warga negara Tajikistan, ditahan sebelum persidangan hingga 22 Mei.
Rusia Bilang ISI Hanya Kambing Hitam
Rusia menuduh Amerika Serikat (AS) melindungi Ukraina atas serangan teroris di Moskow yang membunuh ratusan orang.
ISIS mengaku menjadi dalang pembantaian yang menewaskan 137 orang pada konser di Balai Kota Crocus, Moskow, Jumat (22/3/2024).
Namun Presiden Rusia Vladimir Putin menegaskan Ukraina memiliki peranan dalam serangan teror itu.
Ia mengatakan para pelaku bersembunyi dan menuju Ukraina setelah melakukan aksinya.
Sedangkan Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova menuduh AS melindungi Ukraina dengan menjadikan ISIS sebagai kambing hitam.
“Insinyur politik Amerika menyudutkan diri mereka sendiri dengan cerita bahwa serangan Balai Kota Crocus dilakukan oleh kelompok teroris ISIS,” ujar Zakharova dilansir dari TASS, Senin (25/3/2024).
“Oleh karena itu, setiap hari Washington melakukan penyelamatan di wilayahnya di Kiev, dan untuk menutupi dirinya dan rezim Zelenskyy yang mereka ciptakan dengan orang-orangan sawah dan ISIS,” sambungnya.
Zakharova mencatat, sejumlah faktor secara langsung dan tak langsung menunjukan keterlibatan Pemeerintah AS dalam mensponsori terorisme Ukraina.
“Miliaran dolar dan jumlah senjata yang belum terjadi sebelumnya, yang diinvestasikan tanpa akuntabilitas dan menggunakan skema korupsi ke dalam rezim Kiev, retorika agresif terhadap Rusia, nasionalisme fanatik, larangan perundingan damai mengenai Ukraina secara paksa,” tutur Zakhariva.
“Serta penolakan untuk mengutuk serangan teror selama bertahun-tahun yang dilakukan rezim Kiev, dan dukungan informasi serta politik yang sangat besar terhadap siapa pun, bahkan tindakan Zelenskyy yang paling keji sekali pun,” sambungnya.
Zakharova juga mencatat bahwa sebelumnya, intervensi AS dalam urusan Timur Tengah telah menyebabkan munculnya penguatan dan pelembagaan sejumlah kelompok radikal dan teroris yang masih aktif di wilayah itu hingga hari ini.
Tag: #bukan #isis #intelijen #rusia #bongkar #dalang #sebenarnya #serangan #teroris #moskow