Ben-Gvir: Menunggu Adalah Kesalahan, Israel Harus Serang Rafah Sekarang
Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben Gvir: 
17:20
26 Maret 2024

Ben-Gvir: Menunggu Adalah Kesalahan, Israel Harus Serang Rafah Sekarang

Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir menyerukan agar pemerintahan pimpinan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu segera menginvasi Rafah dalam niatan memberangus kekuatan Hamas di sana.

Seruan Ben-Gvir merujuk pada dikeluarkannya resolusi dewan keamanan (DK) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang memerintahkan gencatan senjata segera di Gaza dan pembebasan tanpa syarat semua sandera dan tawanan perang.

Surat kabar Maariv mengutip pernyataan Itamar Ben-Gvir, menyebut, menunda penyerbuan ke Rafah adalah hal keliru yang dilakukan Israel cuma karena mengutamakan aspek diplomatik.

"Ternyata menunggu adalah kesalahan besar dan kita harus menyerang Rafah sekarang," kata Ben-Gvir.

Dia juga mendukung langkah Benjamin Netanyahu yang batal mengirim delegasi Israel ke Washington, Amerika Serikat (AS) seusai negara sekutu utama Tel Aviv itu tidak memberikan veto terhadap resolusi DK PBB yang memerintahkan gencatan segera di Gaza.

"Adalah baik bahwa Benjamin Netanyahu memutuskan untuk tidak mengirim delegasi ke Washington," kata Ben-Gvir.

Israel marah kepada Amerika Serikat (AS) karena memilih abstain dalam pemungutan suara di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) perihal resolusi gencatan senjata di Jalur Gaza.

Segera setelah resolusi itu disahkan, Israel membatalkan kunjungan delegasi Israel ke Washington, AS.

Israel mengatakan keputusan abstain AS itu telah ”menyakiti” upaya Israel dalam perang di Gaza dan upaya negara itu untuk membebaskan sandera.

“Itu adalah kemunduran yang jelas dari sikap konsisten AS,” ujar kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada hari Senin, (25/3/2024), dikutip dari Vanguard.

Di sisi lain, AS menegaskan bahwa keputusan abstainnya tidak mengubah kebijakan yang telah diambil perihal perang di Gaza.

Meski demikian, negara yang dipimpin Presiden Joe Biden itu dalam beberapa pekan belakangan terlihat makin menekan Israel.

Sebelumnya, AS telah beberapa kali memveto resolusi DK PBB tentang gencatan senjata di Gaza.

Gilad Erdan, Wakil Tetap Israel untuk PBB, kanan atas, berpidato di depan Dewan Keamanan PBB di markas besar PBB, Senin, 25 Maret 2024. Dewan Keamanan PBB pada hari Senin mengeluarkan tuntutan pertamanya untuk menghentikan pertempuran di Gaza, menyerukan gencatan senjata selama bulan suci Ramadhan setelah AS abstain dan langsung mendapat protes dari perdana menteri Israel.  (AP Photo/Craig Ruttle) Gilad Erdan, Wakil Tetap Israel untuk PBB, kanan atas, berpidato di depan Dewan Keamanan PBB di markas besar PBB, Senin, 25 Maret 2024. Dewan Keamanan PBB pada hari Senin mengeluarkan tuntutan pertamanya untuk menghentikan pertempuran di Gaza, menyerukan gencatan senjata selama bulan suci Ramadhan setelah AS abstain dan langsung mendapat protes dari perdana menteri Israel. (AP Photo/Craig Ruttle) (AP/Craig Ruttle)

Israel Tak Akan Patuhi Resolusi DK PBB

Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz mengatakan, pemerintah Israel tidak akan mematuhi resolusi yang diadopsi Dewan Keamanan Persatuan Bangsa-Bangsa (DK PBB) yang meminta gencatan senjata selama Ramadhan di Jalur Gaza.

Ia mengatakan DK PBB tidak bisa menghalangi tujuan Israel untuk menghancurkan gerakan Palestina, Hamas di Jalur Gaza.

"Negara Israel tidak akan gencatan senjata. Kami akan menghancurkan Hamas, dan akan terus berperang sampai seluruh sandera kembali ke rumah," kata Israel Katz dalam pernyataan di akun X miliknya, Senin (25/3/2024).

Sebelumnya, Duta Besar Israel untuk PBB, Gilad Erdan menyatakan, resolusi PBB hanya akan melemahkan upaya untuk mengamankan pembebasan sandera Israel dari Jalur Gaza.

Gilad Erdan merasa tidak terima dengan keputusan DK PBB dan membandingkan sikap PBB terhadap penembakan massal di Moskow pada 22 Maret 2024 lalu, yang mendapat kecaman keras.

Menurutnya, DK PBB tidak mengecam Hamas yang saat ini masih menahan kurang lebih 136 sandera.

Warga Palestina Menanti Respons PBB di Tengah Pembantaian Israel

Di sisi lain, Duta Besar Palestina di PBB, Riyad Mansour mengatakan, rakyat Palestina terlalu lama menunggu DK PBB untuk mengadopsi resolusi yang menyerukan gencatan senjata di Jalur Gaza.

"Dibutuhkan waktu enam bulan dengan lebih dari 100.000 warga Palestina terbunuh dan cacat untuk akhirnya menuntut gencatan senjata segera," kata Riyad Mansour, Senin, seperti diberitakan laman resmi UN.

"Warga Palestina berteriak, menangis, mengutuk, berdoa berkali-kali. Kini mereka hidup dalam kelaparan, banyak di antara mereka yang terkubur di bawah reruntuhan rumah mereka sendiri," lanjutnya.

Riyad Mansour menilai Israel selama ini menghasut PBB, Sekjen PBB Antonio Guterres dan badan bantuan PBB untuk Palestina (UNRWA) agar tidak mengadopsi resolusi gencatan senjata.

"Ini harus menjadi tanda akhir dari serangan kekejaman terhadap rakyat kami," katanya.

Ia lalu menyatakan Israel berniat membunuh lebih banyak warga Palestina.

Resolusi DK PBB untuk Gencatan Senjata selama Ramadhan

Dewan Keamanan PBB pada Senin (25/3/2024) mengeluarkan resolusi yang menuntut gencatan senjata di Gaza selama bulan suci Ramadhan, yang sudah dimulai pada 11 Maret dan akan berakhir pada 9 April 2024.

Dari 15 anggota DK PBB, 14 negara memberikan suara mendukung resolusi tersebut dan AS abstain.

Sebelumnya, resolusi itu diajukan oleh 10 anggota Dewan terpilih.

Resolusi tersebut menyerukan gencatan senjata segera di bulan Ramadhan yang dihormati oleh semua pihak dan mengarah pada gencatan senjata berkelanjutan yang langgeng.

Selain itu, menuntut pembebasan segera dan tanpa syarat semua sandera, serta memastikan akses kemanusiaan untuk memenuhi kebutuhan medis dan kebutuhan kemanusiaan lainnya.

 
 

Tag:  #gvir #menunggu #adalah #kesalahan #israel #harus #serang #rafah #sekarang

KOMENTAR