Menhan Israel Akui Tel Aviv Tak Bisa Gulingkan Hamas Pakai Cara-Cara Militer
Orang-orang mencari korban di reruntuhan rumah keluarga Baraka di Deir al-Balah di Jalur Gaza tengah setelah terkena serangan udara Israel pada 18 Februari 2024, di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok pejuang rakyat Palestina Hamas, dari sejumlah sumber Israel menargetkan Kota Rafah untuk menjadi sasaran berikutnya. (AFP/str) 
21:50
16 Maret 2024

Menhan Israel Akui Tel Aviv Tak Bisa Gulingkan Hamas Pakai Cara-Cara Militer

Menteri Keamanan Kabinet Perang Pendudukan Israel, Yoav Galant mengatakan pada Jumat (15/3/2024) bahwa Tel Aviv tidak akan mampu "menggulingkan Hamas jika mereka tidak berhasil menciptakan alternatif di Gaza," menurut Hebrew Channel 13.

Dalam pengakuannya tersebut, Gallant menekankan kalau Israel harus menemukan cara lain selain cara-cara militer dalam menundukkan Hamas.

Agresi dan bombardemen tanpa pandang bulu selama lima bulan lebih di Gaza membuktikan kalau Israel gagal mencapai satu pun target perang mereka.

Pengakuan Gallant itu terlontar dalam pertemuan pemerintah Israel yang membahas proposal terbaru Hamas terkait gencatan senjata.

 Sumber mengungkapkan kalau Hamas mensyaratkan penarikan pasukan pendudukan dari Jalan Al-Rashid dan poros Salah al-Din pada tahap pertama untuk kembalinya para pengungsi, dalam kerangka negosiasi untuk mencapai gencatan senjata dan agresi terhadap Jalur Gaza.

Hamas juga mengajukan proposal sebagai imbalan pembebasan 50 tahanan Palestina untuk setiap tentara wanita IDF yang mereka tahan hidup-hidup, termasuk 30 orang yang dijatuhi hukuman seumur hidup.

Adapun kantor Perdana Menteri pendudukan menilai tuntutan Gerakan Perlawanan Islam Hamas tidak masuk akal.

Rincian Proposal Terbaru Hamas

Diketahui, pada Jumat (15/3/2024), gerakan pembebasan Palestina di Gaza, Hamas menyampaikan proposal terbaru gencatan senjata dalam 3 tahap.

Dalam proposal itu, masing-masing tahap gencatan berlangsung selama 42 hari.

Proposal terbaru gencatan senjata dari Hamas ini menetapkan kalau pasukan pendudukan Israel mundur pada tahap pertama dari Jalan Al-Rashid dan Salah al-Din untuk pemulangan para pengungsi dan lewatnya bantuan kemanusiaan untuk warga sipil.

Khaberni melaporkan, Hamas menegaskan, sebagai imbalan atas pembebasan setiap tentara perempuan IDF yang masih hidup, adalah pembebasan 50 tahanan Palestina, 30 di antaranya merupakan mereka yang menjalani hukuman seumur hidup.

Hamas menekankan, dengan dimulainya tahap kedua, gencatan senjata permanen akan diumumkan sebelum pertukaran tawanan tentara mereka.

"Usulan Hamas ini juga mencakup dimulainya proses rekonstruksi komprehensif Jalur Gaza dan mengakhiri pengepungan dengan dimulainya tahap ketiga," tulis laporan Khaberni.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memimpin rapat kabinet mingguan di Kementerian Pertahanan di Tel Aviv pada 7 Januari 2024. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memimpin rapat kabinet mingguan di Kementerian Pertahanan di Tel Aviv pada 7 Januari 2024. (RONEN ZVULUN / POOL / AFP)

Kantor Netanyahu: Tidak Masuk Akal

Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu merespons proposal terbaru gencatan senjata dari Hamas ini sebagai hal yang tidak masuk akal.

"Kami akan memberikan informasi terkini mengenai masalah ini kepada dewan (Kabinet) perang," tulis pernyataan kantor perdana menteri Israel tersebut.

Gerakan Hamas mengatakan, mereka telah menyampaikan proposal terbaru gencatan senjata ini kepada para mediator di Mesir dan Qatar.

Proposal terbaru gencatan senjata ini disebut Hamas sebagai sebuah visi komprehensif berdasarkan prinsip-prinsip dan landasan yang dianggap perlu oleh gerakan tersebut untuk mencapai kesepakatan.

Hamas ingin gencatan senjata ini mengarah pada penarikan sepenuhnya Israel dari Jalur Gaza dan gencatan senjata permanen.

"Selama gencatan senjata yang diusulkan, militan Gaza akan membebaskan sekitar 42 sandera yang ditahan sejak serangan pada tanggal 7 Oktober," kata seorang pejabat dari kelompok militan tersebut mengatakan pada hari Jumat seperti dilansir dari Arabnews, Jumat.

Hamas melanjutkan, “Usulan kami didasarkan pada penghentian agresi terhadap rakyat kami, memberikan bantuan dan bantuan, memulangkan para pengungsi ke rumah mereka, dan penarikan pasukan pendudukan dari Jalur Gaza.”

Seorang anggota biro politik Gerakan Hamas, Muhammad Nazzal, mengatakan kalau pembicaraan tentang kemajuan dalam negosiasi tidak 'akurat' karena kerasnya sikap Perdana Menteri pendudukan Benjamin Netanyahu.

Anggota biro politik Hamas menambahkan, Netanyahu menghubungkan nasib politiknya dengan kelanjutan perang, "Percaya bahwa ia akan bertanggung jawab setelah perang berhenti, menjelaskan bahwa pemerintah Amerika sepenuhnya bias terhadap Israel dan terdapat kolusi internasional dan regional dengan Israel." 

Nazzal melanjutkan, kegagalan Netanyahu untuk mendapatkan lampu hijau Amerika untuk menyerang Rafah dapat menghentikan operasi militer IDF.

"Ini menjelaskan bahwa Netanyahu memberikan gambaran yang salah tentang jalannya perang kepada opini publik," kata dia dilansir Khaberni merujuk pada menurunnya dukungan publik Israel ke sang perdana menteri. 

Nazzal melanjutkan bahwa Netanyahu dan anggota pemerintahannya tidak berminat untuk menghentikan perang karena takut akan disintegrasi koalisi pemerintah.

Dia juga menyinggung soal rencana AS membangun pelabuhan dadakan di lepas pantai Gaza.

"Mengingat bahwa proyek pelabuhan tersebut bersifat ambigu dan lokasinya harus diketahui, siapa yang akan mengelolanya dan mendistribusikan bantuan dan apakah ini akan menjadi alternatif penyeberangan darat," katanya.

Nazzal menambahkan, suku-suku di Gaza merupakan katup pengaman terhadap penetrasi wilayah Palestina yang dilakukan otoritas pendudukan.

(oln/khbrni/*)

Tag:  #menhan #israel #akui #aviv #bisa #gulingkan #hamas #pakai #cara #cara #militer

KOMENTAR