AS Mulai Lancarkan Serangan di Irak dan Suriah, 85 Sasaran jadi Target, Gedung Putih: Baru Awalan
Gambar selebaran yang dirilis oleh Angkatan Laut AS dan diambil pada 22 Januari 2024 ini menunjukkan awak kapal USS Dwight D. Eisenhower (CVN 69) melakukan operasi penerbangan sebagai respons terhadap meningkatnya perilaku jahat Houthi yang didukung Iran di Laut Merah. - Militer Amerika Serikat (AS) mulai melakukan serangannya ke wilayah Irak dan Suriah sebagai bentuk tanggapan atas tewasnya pasukan AS di Yordania. Serangan ini menargetkan milisi yang berafiliasi dengan Iran. 
08:20
3 Februari 2024

AS Mulai Lancarkan Serangan di Irak dan Suriah, 85 Sasaran jadi Target, Gedung Putih: Baru Awalan

Militer Amerika Serikat (AS) mulai melancarkan serangan di Irak dan Suriah sebagai bentuk balasan atas serangan drone yang menewaskan tiga tentara di Yordania.

Komando Pusat AS (CENTCOM) mengatakan, pihaknya telah melakukan serangan terhadap Pasukan Quds Korps Pengawalan Revolusi Islam (IRGC) Iran dan kelompok milisi yang berafiliasi.

Sebanyak 85 target telah menjadi sasaran serangan pesawat berawak dan tak berawak.

"Serangan udara tersebut menggunakan lebih dari 125 amunisi presisi," tulis CENTCOM dalam sebuah pernyataan, Jumat (2/2/2024), dikutip dari Al Jazeera.

CENTCOM mengatakan fasilitas yang diserang termasuk pusat operasi komando dan kontrol, pusat intelijen, tempat penyimpanan senjata dan fasilitas lain yang terhubung dengan milisi atau Pasukan Quds IRGC.

Meski menyerang wilayah Irak dan Suriah, pejabat senior pemerintah AS mengatakan tidak akan ada serangan di wilayah Iran.

Serangan di wilayah Iran, kata pejabat itu, akan menjadi eskalasi yang besar, dan para pejabat telah menyampaikan bahwa hal itu tidak mungkin terjadi.

"Para pejabat AS telah mengetahui selama beberapa hari bahwa serangan pertama akan terjadi malam ini (Jumat)," kata pejabat tersebut, dikutip dari CNN.

Sementara itu, Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin mengatakan, serangan AS di Irak dan Suriah hanya sebuah awalan.

Presiden AS Joe Biden, kata Austin, meminta pertanggungjawaban IRGC dan milisi yang berafiliasi atas serangan mereka terhadap AS dan Pasukan Koalisi.

Meski begitu, Austin mengatakan pihaknya tidak menginginkan terjadinya konflik di Timur Tengah.

"Kami akan mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk membela Amerika Serikat, kekuatan kami, dan kepentingan kami," kata Austin.

Dalam serangan tadi malam, AS telah menggunakan pesawat pembom B-1.

B-1 adalah pesawat pembom berat jarak jauh yang dapat menggunakan senjata presisi dan non-presisi.

Awak pembom yang terbang dari AS berhasil mencapai satu penerbangan non-stop, kata Letjen Douglas Sims, Direktur Kepala Staf Gabungan, kepada wartawan pada hari Jumat.

AS "benar-benar yakin" akan ketepatan serangannya terhadap sasaran-sasaran milisi, kata Sims, seraya memuji para pembom B-1 yang melakukan penilaian tersebut.

"Indikasi awal adalah serangan kami tepat sasaran, dengan sejumlah ledakan sekunder terkait dengan lokasi amunisi dan logistik yang menjadi sasaran," kata Sims.

Sims mengatakan AS memperkirakan akan ada korban jiwa ketika memilih targetnya.

"Kami tahu ada militan yang menggunakan lokasi tersebut."

"Kami melakukan serangan malam ini dengan gagasan bahwa kemungkinan besar akan ada korban jiwa yang terkait dengan orang-orang yang berada di dalam fasilitas tersebut," pungkasnya.

Irak Kutuk Serangan AS

Jet tempur AS lepas landas saat akan menggempur Yaman untuk menyasar fasilitas militer kelompok Houthi yang memblokade Laut Merah. Jet tempur AS lepas landas saat akan menggempur Yaman untuk menyasar fasilitas militer kelompok Houthi yang memblokade Laut Merah. (tangkap layar)

Irak pada hari Sabtu mengutuk serangan balasan AS terhadap kelompok bersenjata pro-Iran di wilayahnya.

Juru bicara Perdana Menteri Irak Mohamed Shia Al-Sudani, Jenderal Yehia Rasool memperingatkan akan adanya konsekuensi bencana bagi negara dan sekitarnya.

Yehia Rasool mengatakan, serangan hari Jumat di Irak barat dekat perbatasan Suriah adalah "pelanggaran kedaulatan Irak".

"Ini (serangan AS) akan membawa konsekuensi yang berbahaya bagi keamanan dan stabilitas Irak dan kawasan," kata Rasool dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Arab News.

Beberapa milisi telah menjadi ancaman terhadap pangkalan-pangkalan AS selama bertahun-tahun.

Namun, kelompok-kelompok tersebut meningkatkan serangan mereka setelah perang Israel dengan Hamas pecah pada 7 Oktober.

Serang tersebut telah menyebabkan kematian ribuan warga sipil di Gaza dan kini menyebar ke empat negara lainnya.

Kelompok milisi yang didukung Iran di seluruh kawasan telah menggunakan konflik ini untuk membenarkan serangan terhadap kepentingan Israel atau AS, termasuk mengancam kapal komersial sipil dan kapal perang AS dengan drone atau rudal hampir setiap hari.

Hingga Selasa kemarin, kelompok milisi yang didukung Iran telah melancarkan 166 serangan terhadap instalasi militer AS sejak 18 Oktober.

Termasuk 67 serangan di Irak, 98 serangan di Suriah, dan sekarang satu serangan di Yordania, menurut seorang pejabat militer AS.

Serangan terakhir terjadi pada 29 Januari 2024 di pangkalan udara Al-Asad di Irak, dan tidak ada korban luka atau kerusakan.

(Tribunnews.com/Whiesa)

Editor: Garudea Prabawati

Tag:  #mulai #lancarkan #serangan #irak #suriah #sasaran #jadi #target #gedung #putih #baru #awalan

KOMENTAR