Pasukan IDF Tembak Tentara Israel yang Teriak 'Allahu Akbar' di Area Pagar Zona Penyangga Gaza
EVAKUASI - Para petugas medis militer pasukan pendudukan Israel (IDF) mengevakuasi dua tentara Israel yang terluka dalam serangan sergapan kelompok pembebasan Palestina, Brigade al-Qassam, sayap militer Hamas, di Jabalia, Gaza Utara, Jumat (27/12/2024) 
18:10
13 Februari 2025

Pasukan IDF Tembak Tentara Israel yang Teriak 'Allahu Akbar' di Area Pagar Zona Penyangga Gaza

 Tentara Israel (IDF) menembak seorang tersangka di dekat zona penyangga di Jalur Gaza, khaberni mengabarkan, Rabu (12/2/2025), mengutip surat kabar Israel, Yedioth Ahronoth.

Belakangan, tersangka yang ditembak IDF ternyata adalah seorang tentara Israel yang mencoba bunuh diri.

Surat kabar itu menjelaskan, pasukan IDF menerima laporan kalau ada seseorang yang bergerak di sekitar pagar pembatas Gaza dan berteriak "Allahu Akbar" pada malam hari.

"Pasukan IDF kemudian bergerak pada malam hari menuju pagar pembatas Gaza ke arah tersangka," sebut laporan tersebut.

Para personel IDF lalu menembak dan melukai tersangka.

"Tersangka belakangan diketahui sebagai mantan tentara Israel yang menderita gangguan stres pascatrauma dan bekas luka perang serta mencoba bunuh diri," kata laporan tersebut. 

Pasukan Israel di Jalur Gaza, 18 April 2024. AGRESI - Pasukan Israel saat melancarkan agresi militer darat di Jalur Gaza, 18 April 2024. Jumlah korban IDF tewas dilaporkan tinggi dalam perang Gaza. (IDF)

Personel Israel Ditembak Teman Sendiri

Laporan media Israel menambahkan, tentara Israel stres tersebut kini berada di bawah pengawasan medis setelah dipindahkan ke rumah sakit untuk perawatan.

Minggu lalu, laporan menunjukkan kalau ada 76 tentara Israel tewas dalam insiden non-operasional sejak dimulainya perang di Jalur Gaza pada Oktober 2023, termasuk 30 tentara yang tewas dalam baku tembak antara perlawanan Palestina dan pasukan Israel.

Menurut data militer Israel, 71 tentara tewas di garis depan Gaza dan 5 di garis depan Lebanon, termasuk 30 yang tewas akibat Friendly Fire atau "tembakan kawan" alias ditembak teman sendiri.

Adapun 26 prajurit Israel tewas dalam kecelakaan operasional dan penyalahgunaan amunisi, dan 6 tewas karena pelanggaran aturan keselamatan kebakaran. 

Sementara 7 prajurit tewas akibat tembakan angkatan udara atau peluru artileri yang ditembakkan secara tidak sengaja ke arah pasukan Israel, dua orang tewas dalam kecelakaan derek.

Adapun yang terluka, jumlahnya mencapai 1.639 perwira dan prajurit dalam insiden operasional yang terjadi di front Gaza, termasuk 676 orang yang terluka akibat insiden operasional dan penyalahgunaan amunisi.

40 prajurit terluka akibat pelanggaran aturan keselamatan dalam penggunaan amunisi, 70 karena "tembakan kawan" dan 125 dalam kecelakaan lalu lintas operasional.

245 tentara juga terluka akibat terjatuh secara tidak sengaja, dan 111 terluka akibat penembakan artileri dan serangan udara yang secara keliru ditembakkan ke pasukan Israel.

TENTARA ISRAEL - Foto ini diambil pada Minggu (9/2/2025) dari publikasi resmi Pasukan Pertahanan Israel (IDF) pada 1 Desember 2024, memperlihatkan tentara Israel beroperasi di lokasi yang tidak dipublikasikan di Jalur Gaza. TENTARA ISRAEL - Foto ini diambil pada Minggu (9/2/2025) dari publikasi resmi Pasukan Pertahanan Israel (IDF) pada 1 Desember 2024, memperlihatkan tentara Israel beroperasi di lokasi yang tidak dipublikasikan di Jalur Gaza. (Instagram @idf)

Situasi Gaza Memanas

Peningkatan kecemasan di kalangan prajurit IDF ini terkait situasi di Gaza yang memanas.

Militer Israel mengumumkan siap mengerahkan pasukan tambahan ke Gaza buntut penundaan pembebasan sandera.

Peningkatan kesiagaan ini melibatkan pengiriman pasukan tambahan, termasuk pasukan cadangan, sebagai bagian dari persiapan untuk menghadapi berbagai kemungkinan skenario, TASS melaporkan.

Layanan pers Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengungkapkan perintah ini menyasar Komando Selatan, yang bertanggung jawab atas daerah berbatasan dengan Gaza

Langkah ini diambil menyusul pidato Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.

Netanyahu mengancam akan melanjutkan pertempuran di Gaza, jika Hamas tidak membebaskan sekelompok sandera Israel paling lambat 15 Februari 2025, Suspilne melaporkan.

Sebelumnya, pada Minggu (9/2/2025), Hamas mengumumkan mereka menunda pembebasan sandera yang dijadwalkan pada Sabtu (10/2/2025).

Alasannya Hamas menemukan ada pelanggaran perjanjian gencatan senjata yang dilakukan oleh Israel.

Perjanjian gencatan senjata yang ditandatangani antara Israel dan Hamas pada 15 Januari 2025 memiliki tiga tahap.

Tahap pertama mencakup penghentian total pertempuran, penarikan pasukan Israel dari daerah padat penduduk Gaza, serta pembebasan sejumlah sandera.

Penundaan pembebasan sandera oleh Hamas mengancam kelangsungan kesepakatan ini.

Pada tahap kedua perjanjian, yang dijadwalkan akan dimulai setelah tahap pertama, diperkirakan akan melibatkan pembebasan lebih banyak sandera dan penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza.

Sementara itu, tahap ketiga akan mencakup rekonstruksi Gaza yang hancur.

Cuti Prajurit Dibatalkan

Sebagai langkah antisipasi terhadap potensi kekacauan, IDF membatalkan cuti bagi prajurit yang tergabung dalam "Divisi Gaza" dan meningkatkan kewaspadaan di pasukan yang ditempatkan di sekitar Gaza.

Sumber dari militer Israel mengatakan peningkatan kesiagaan ini tidak serta merta menunjukkan akan adanya tindakan militer besar-besaran, kecuali jika jelas terbukti bahwa Hamas tidak mematuhi perjanjian gencatan senjata.

Pejabat militer menekankan bahwa mereka akan terus mengamati situasi dan bersiap untuk melanjutkan operasi jika diperlukan, Barrons melaporkan.

Perjalanan Penuh Ketegangan

Pada 7 Oktober 2023, Hamas melancarkan invasi ke wilayah Israel dari Jalur Gaza.

Israel kemudian melancarkan serangkaian operasi militer, mengklaim sebagai upaya membasmi kelompok militan Hamas.

Konflik antara keduanya menewaskan puluhan ribu orang dan menghancurkan Gaza, memicu krisis kemanusiaan yang mendalam.

Perjanjian gencatan senjata yang ditandatangani pada Januari 2025 bertujuan untuk membawa perdamaian, namun pelaksanaan gencatan senjata ini terus terancam dengan adanya penundaan yang dilakukan oleh Hamas.

Dalam pertempuran yang sudah merenggut lebih dari 48.000 nyawa, ketidakpastian masa depan membuat para pemimpin internasional semakin khawatir, Anadolu Ajansi melaporkan.

Badan-badan internasional, seperti Pengadilan Kriminal Internasional, juga telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap sejumlah pejabat Israel atas dugaan kejahatan perang.

Israel menghadapi tekanan besar untuk mempertanggungjawabkan tindakannya, sementara Hamas tetap terlibat dalam negosiasi yang penuh ketegangan.

Pada saat yang sama, situasi ini membawa tantangan besar bagi Yordania dan Mesir, negara-negara yang berbatasan dengan Gaza.

Kedua negara ini menghindari menerima lebih banyak pengungsi Palestina dari Gaza, yang dapat memperburuk stabilitas politik dan sosial domestik mereka.

 

 

(oln/khbrn/*)

Tag:  #pasukan #tembak #tentara #israel #yang #teriak #allahu #akbar #area #pagar #zona #penyangga #gaza

KOMENTAR