1,452
Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi ancaman di Indonesia.
09:40
3 Desember 2024
Kasus DBD di Sumut Naik 100 Persen, Dokter Sebut Risiko Kematian pada Anak Lebih Tinggi
- Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, sampai dengan minggu ke-46, terdapat 218.356 kasus demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia dengan kematian 1.259 kasus. Kematian yang paling berisiko akibat DBD adalah pada usia anak. Di provinsi Sumatera Utara sendiri mencatatkan sebanyak 7.994 kasus dengue dan 52 kematian. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, Muhammad Faisal Hasrimy menyebut bahwa kasus tertinggi terjadi Kab Karo, Kota Medan, Kab Deliserdang dan Kab Nias Selatan. Kasus dengue tersebut dapat diperkirakan mengalami peningkatan 100% terhadap kasus dengue tahun 2023 (4.687 kasus dengan kematian 24 orang). "Dalam upaya menekan angka kasus tersebut, kami berkoordinasi dengan pemerintah pusat untuk memastikan setiap strategi pencegahan dan penanggulangan dengue diimplementasikan secara efektif," ujarnya kepada wartawan, Selasa (3/12). Menurut Muhammad Faisal, keberhasilan dalam memerangi dengue akan dapat dicapai apabila terjalin kolaborasi yang kuat antara pemerintah, sektor swasta, serta seluruh lapisan masyarakat. “Kami akan terus mengingatkan seluruh masyarakat agar aktif dalam pencegahan melalui penerapan 3M Plus yang konsisten seperti menguras tempat penampungan air, menutup tempat-tempat penampungan air, mendaur ulang barang-barang bekas, serta ‘Plus’-nya mencegah perkembangbiakan nyamuk. Bisa dengan cara menanam tanaman yang dapat menangkal nyamuk, memeriksa tempat-tempat penampungan air, memelihara ikan pemakan jentik nyamuk, menggunakan obat anti nyamuk, memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi, menggunakan kelambu saat tidur, mengenakan pakaian lengan panjang, dan lain sebagainya. Pencegahan harus dimulai dari lingkup terkecil, yaitu diri sendiri, keluarga, dan lingkungan sekitar," tuturnya. "Selain itu, masyarakat juga bisa mempertimbangkan pencegahan inovatif seperti vaksinasi sebagai bagian dari pendekatan yang lebih komprehensif. Dengan upaya bersama dan kesadaran masyarakat yang tinggi, kami yakin angka kasus dengue di Sumatera Utara dapat ditekan. Mari cegah wabah dengue sebelum menyerang, karena pencegahan adalah langkah nyata untuk melindungi keluarga dan komunitas kita dari ancaman virus dengue,” imbuh Muhammad Faisal. Sementara itu, Dokter Spesialis Anak dr. Dewi Sari, SpA, mengajak masyarakat untuk bersama-sama membangun perlindungan yang kuat terhadap dengue. Sebab, dengue dapat menjangkit siapa saja terlepas dari di mana mereka tinggal, usia, atau gaya hidup. “Dalam tiga tahun terakhir, angka kasus dengue tertinggi terjadi pada kelompok usia produktif, atau 15–44 tahun. Sedangkan, yang paling rentan terhadap kematian akibat dengue dalam tujuh tahun terakhir adalah kelompok usia 5-14 tahun," ujarnya kepada wartawan, Selasa (2/12). "Ini menjadi pengingat bahwa pencegahan tidak bisa ditunda dan harus dimulai dari sekarang," sambung dr. Dewi. Apalagi, ia mengatakan dengue bisa menjangkit seseorang lebih dari satu kali. "Jadi, sudah pernah terkena dengue, tidak membuat kita kebal terhadap virusnya. Karena virus dengue terdiri dari empat serotipe, di mana terjangkit satu serotipe masi bisa terjangkit serotipe yang lain, dan biasanya infeksi berikutnya berisiko lebih berat," tuturnya. Oleh karena itu, dr. Dewi meyebut bahwa erlindungan keluarga yang komprehensif adalah langkah utama untuk menciptakan komunitas yang lebih kuat dan aman dari dengue. Selain pentingnya menerapkan 3M Plus, metode pencegahan inovatif seperti vaksinasi dapat memberikan tambahan perlindungan kepada keluarga. Hal ini menurutnya tidak hanya penting bagi anak-anak, tetapi juga seluruh anggota keluarga. Saat ini vaksinasi dengue telah direkomendasikan penggunaannya oleh asosiasi medis seperti Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), bagi anak usia 6-18 tahun; oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) bagi usia 19-45 tahun; dan Perhimpunan Dokter Okupasi Indonesia (PERDOKI) bagi para pekerja di daerah endemik atau bepergian ke daerah endemik. "Namun demikian, vaksinasi perlu diberikan secara lengkap atau, untuk anak-anak, mengikuti pedoman vaksinasi yang dikeluarkan oleh IDAI untuk memberikan perlindungan yang optimal," tandasnya. Senada dengan iru Andreas Gutknecht, Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, menegaskan pentingnya kolaborasi dalam memerangi dengue dan menyampaikan keprihatinannya terhadap dampak yang ditimbulkan oleh penyakit ini. “Dengue menimbulkan beban yang besar, baik bagi pasien, keluarga mereka, maupun negara. Setiap jiwa yang menjadi korban adalah sebuah tragedi yang seharusnya dapat dicegah, dan setiap kasus adalah pengingat bahwa kita harus berbuat lebih banyak. Langkah Bersama Cegah DBD adalah sebuah panggilan bagi kita semua untuk bertanggung jawab, proaktif, dan bersatu dalam memerangi dengue," ucapnya. Andreas percaya bahwa dengan sinergi yang kuat antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, tenaga kesehatan, sekolah, dan seluruh pemangku kepentingan lainnya, akan dapat membuat perbedaan nyata. “Bersama, kita memiliki kekuatan untuk memerangi dengue, tetapi kita harus bertindak sekarang. Ini berarti meningkatkan kesadaran, mengedukasi diri sendiri dan orang lain, serta memperkuat upaya pengendalian nyamuk melalui langkah 3M Plus. Selain itu, masyarakat juga perlu mempertimbangkan metode pencegahan yang inovatif yang telah direkomendasikan oleh para ahli medis untuk anak-anak maupun orang dewasa,” jelasnya. “Di Takeda, kami berkomitmen untuk menjadi mitra jangka panjang dalam memerangi dengue. Komitmen kami tidak hanya mencakup perluasan akses terhadap obat-obatan dan vaksin inovatif, tetapi juga melibatkan kerja sama aktif dengan berbagai pihak untuk mengembangkan pendekatan komprehensif dalam pencegahan dengue. Mari kita ambil langkah bersama, memastikan bahwa tindakan kita hari ini akan menciptakan hari esok yang lebih aman dari dengue dan lebih sehat bagi semua orang di Medan dan Indonesia,” tutup Andreas. Royyan
Editor: Estu Suryowati
Tag: #kasus #sumut #naik #persen #dokter #sebut #risiko #kematian #pada #anak #lebih #tinggi