Singkong Cikarawang Disulap Jadi Bioplastik, Produknya Sampai ke Jepang
KOMPAS – Singkong, bahan pangan sederhana yang identik dengan harga murah, kini menjadi komoditas bernilai tinggi. Di Desa Cikarawang, Kabupaten Bogor, kolaborasi antara petani lokal, Greenhope, dan berbagai pemangku kepentingan berhasil mengolah singkong menjadi bioplastik ramah lingkungan yang telah diekspor ke pasar global, termasuk Jepang.
Greenhope bekerja sama dengan Kelompok Tani Setia untuk mengembangkan kapasitas petani melalui pelatihan intensif, pendampingan, dan dukungan fasilitas produksi.
Petani lokal kini mampu menghasilkan berbagai produk bernilai tinggi, seperti tepung mocaf, mie instan mocaf, serta bioplastik berbasis singkong dengan teknologi mutakhir seperti Ecoplas dan Naturloop.
Salah satu produk unggulan, sedotan bioplastik, telah menjadi solusi alternatif plastik konvensional di pasar global.
CEO Greenhope, Tommy Tjiptadjaja, menegaskan bahwa teknologi Ecoplas dan Naturloop memungkinkan singkong diolah menjadi resin bioplastik yang terurai secara alami.
“Produk ini adalah solusi nyata untuk menggantikan plastik konvensional yang tidak ramah lingkungan. Selain mengurangi jejak karbon dan polusi mikroplastik, inovasi ini juga memberikan dampak sosial-ekonomi positif bagi petani Indonesia,” ujarnya dalam acara “From Roots to Market: The Birth of Indonesia’s Bioplastic Industry” di Desa Cikarawang, Rabu (22/1/2025).
Dukungan Pemerintah dan Stakeholder
Pada kesempatan yang sama, Wakil Menteri Lingkungan Hidup Diaz Faisal Malik Hendropriyono, mengapresiasi langkah Greenhope dan para petani Desa Cikarawang.
“Produk bioplastik dari pati singkong ini membantu pemerintah mengatasi persoalan sampah plastik. Saya harap solusi ini terus dikembangkan, terutama dengan melibatkan lebih banyak petani lokal,” katanya.
Diaz juga menyerahkan penghargaan kepada industri yang mendukung penggunaan bioplastik, seperti Watsons, Sarirasa Group, dan Ecorasa. Penghargaan ini menjadi simbol penerimaan luas terhadap bioplastik dalam berbagai sektor industri.
Direktur Penyaluran Dana Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup, Damayanti Ratunanda, menyatakan komitmennya mendukung keberlanjutan melalui program Catalytic Funding bersama UNDP.
Program ini bertujuan memperluas dampak positif terhadap lingkungan, sosial, dan tata kelola. “Kami senang melihat senyum petani yang kini memiliki solusi untuk menjual produk mereka dengan nilai ekonomi lebih tinggi,” ujarnya.
Menuju Ekosistem Bioplastik Berkelanjutan
Ketua Kelompok Tani Setia, Ujang, menjelaskan bahwa kolaborasi dengan Greenhope dimulai dari upaya menjadi desa mandiri yang mensejahterakan warga.
“Kami mendapatkan pelatihan untuk mengolah singkong menjadi tepung dan bantuan terkait pengemasan. Hal ini meningkatkan nilai jual produk kami,” ungkap Ujang.
Kolaborasi berbagai pihak ini menciptakan ekosistem bioplastik yang sirkular dan berkelanjutan, dimulai dari hulu hingga hilir. Inisiatif ini juga sejalan dengan visi Presiden Prabowo Subianto yang tertuang dalam buku “Strategi Transformasi Bangsa: Menuju Indonesia Emas 2045”.
Dalam buku tersebut, pemanfaatan bioplastik menjadi salah satu prioritas untuk menjamin pelestarian lingkungan hidup.
Nila Murti, ASSIST National Project Manager UNDP, menyebut program ini tidak hanya memberdayakan petani untuk menghasilkan bahan pangan, tetapi juga produk material biodegradable yang diterima luas oleh pelanggan.
“Kami berharap kolaborasi ini terus berlanjut untuk mendukung target pembangunan berkelanjutan,” kata Nila.
Tag: #singkong #cikarawang #disulap #jadi #bioplastik #produknya #sampai #jepang