Proyeksi Ekonomi 2025: Sun Life Optimistis Asuransi di Indonesia Tumbuh Pesat
- Optimisme terhadap perekonomian Indonesia pada 2025 terus menguat. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menargetkan pertumbuhan ekonomi nasional berada di kisaran 5,1 hingga 5,5 persen pada tahun tersebut. Keyakinan serupa disampaikan oleh Bank Dunia dalam laporan terbarunya, “World Bank East Asia and The Pacific Economic Update,” yang memperkirakan ekonomi Indonesia tumbuh 5,1 persen pada 2025.
“Di antara negara-negara besar di kawasan, hanya Indonesia yang diperkirakan tumbuh pada 2024 dan 2025, sementara Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam diproyeksikan tumbuh lebih lambat,” ungkap Aaditya Mattoo, Kepala Ekonom World Bank East Asia and Pacific, pada 8 Oktober 2024.
Pandangan optimistis juga datang dari HSBC Global Research. Chief India and Indonesia Economist, Pranjul Bhandari, memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,1 persen atau lebih tinggi dari angka kuartal ketiga 2024 yang berada di 4,9 persen. Ia mencatat adanya peningkatan ekspor dalam beberapa bulan terakhir sebagai salah satu faktor pendukung.
Peluang ini turut disambut baik oleh industri asuransi. Presiden Direktur Sun Life Indonesia, Teck Seng Ho, menyatakan keyakinannya terhadap pertumbuhan signifikan pasar asuransi di Indonesia. Dia menyebutkan, Sun Life menargetkan peningkatan penjualan premi hingga 100 persen pada 2025.
“Kami optimistis dapat mencatat pertumbuhan penjualan dobel dibandingkan tahun lalu,” ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (16/1/2025).
Berdasarkan laporan kuartal ketiga 2024, Sun Life Indonesia berhasil membukukan penjualan sebesar USD 58,3 juta atau sekitar Rp 874,5 miliar, meningkat 41 persen dalam satu dekade terakhir. Hal ini didukung oleh pertumbuhan penetrasi dan densitas asuransi di Tanah Air, sebagaimana dilaporkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Menurut data OJK, densitas asuransi mencapai Rp 2.080.020 per September 2024, lebih tinggi dibandingkan akhir 2023 yang hanya Rp 1.940.000. Penetrasi asuransi juga meningkat dari 2,59 persen menjadi 2,8 persen. Namun, angka tersebut masih tertinggal dibandingkan negara lain seperti Malaysia (4,8 persen) dan Singapura (11,4 persen).
Meski demikian, Sun Life melihat kondisi ini sebagai peluang besar. Kevin D. Strain, President & CEO Sun Life, menilai pasar Indonesia sangat potensial untuk dikembangkan. Ia juga mendukung kebijakan OJK dalam meningkatkan edukasi masyarakat tentang pentingnya asuransi.
Manjit Singh, President Sun Life Asia, menyebut Indonesia sebagai salah satu pasar utama di kawasan Asia, bersama Filipina dan Hong Kong. Dengan populasi besar, Indonesia dianggap sebagai pasar strategis untuk ekspansi asuransi.
Randy Lianggara, Presiden untuk Pasar Berkembang Asia Sun Life, menambahkan bahwa Sun Life akan terus memperluas distribusi, termasuk melalui bancassurance dan digitalisasi. Saluran digital seperti WhatsApp Client Services juga mulai dioptimalkan untuk meningkatkan layanan.
Pada kuartal ketiga 2024, Sun Life Indonesia mencatat Risk Based Capital (RBC) sebesar 586 persen untuk asuransi konvensional dan 256 persen untuk asuransi syariah, jauh di atas standar minimum 120 persen yang ditetapkan pemerintah. Total aset Sun Life tercatat sebesar Rp 19,7 triliun, meningkat 41 persen dalam satu dekade.
Ketua Dewan Pengurus Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), Budi Tampubolon, mengungkapkan total pendapatan sektor asuransi jiwa mencapai Rp 166,27 triliun pada kuartal ketiga 2024, meningkat 2,1 persen year-on-year. Pendapatan premi menjadi pendorong utama, bertambah 0,2 persen hingga mencapai Rp 132,27 triliun.
Optimisme ini menjadi bukti bahwa fundamental ekonomi Indonesia yang solid mampu mendorong pertumbuhan berbagai sektor, termasuk industri asuransi. Sun Life Indonesia pun semakin mantap menyongsong target ambisius di tahun 2025.
Tag: #proyeksi #ekonomi #2025 #life #optimistis #asuransi #indonesia #tumbuh #pesat