Strategi SPTP Meningkatkan Kinerja Logistik di Indonesia Timur
- Sebagai operator terminal petikemas nasional, PT Pelindo Terminal Petikemas (SPTP) menegaskan perannya dalam mendukung pemerintah menurunkan biaya logistik nasional. Komitmen tersebut diwujudkan melalui peningkatan efisiensi layanan pelabuhan dan penguatan ekosistem logistik, khususnya di kawasan Indonesia Timur.
Corporate Secretary SPTP, Widyaswendra, menyatakan bahwa pihaknya sejalan dengan seluruh kebijakan dan program pemerintah yang bertujuan memperbaiki kinerja logistik nasional. Menurutnya, tantangan struktural utama logistik Indonesia masih berasal dari ketimpangan muatan pada jalur Barat–Timur.
Hal ini disampaikannya pada Media Gathering & Lunch Talk Forum Wartawan Maritim Indonesia (Forwami) bersama manajemen PT Pelindo Terminal Petikemas (SPTP), pada Selasa (16/12) di Jakarta. "Arus barang dari Indonesia Barat ke Timur umumnya penuh, namun saat kembali, tingkat keterisian hanya sekitar 30 persen. Ketimpangan ini berdampak langsung pada tingginya ongkos logistik," ujarnya.
Ia menjelaskan, penurunan ongkos logistik di Indonesia Timur membutuhkan dorongan pada tiga aspek utama. Pertama, peningkatan konsumsi masyarakat melalui pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja. Kedua, penguatan aktivitas ekspor dan impor. Ketiga, masuknya investasi secara berkelanjutan.
"Jika tingkat keterisian muatan meningkat, maka ongkos logistik akan turun secara alami," katanya.
Widyaswendra menegaskan, SPTP secara konsisten telah menjalankan berbagai langkah nyata untuk mendukung target nasional penurunan ongkos logistik. "Berbagai upaya telah kami lakukan untuk mendukung penurunan ongkos logistik," ungkapnya.
Salah satu contoh konkret ditunjukkan oleh Terminal Petikemas Semarang (TPKS) yang diproyeksikan mampu mencatatkan throughput 1 juta TEUs pada akhir 2025, untuk pertama kalinya. Capaian tersebut merupakan hasil dari strategi peningkatan kapasitas terminal secara terintegrasi, mulai dari penguatan infrastruktur, modernisasi peralatan, pengembangan sistem operasi, hingga peningkatan kualitas sumber daya manusia.
"Upaya ini terbukti efektif ketika Jawa Tengah menjadi salah satu tujuan utama investasi yang membutuhkan dukungan pelabuhan yang andal untuk kegiatan ekspor dan impor,” ujarnya.
Selain peningkatan kapasitas layanan, SPTP juga menjalankan peran sosial melalui dukungan terhadap UMKM berorientasi ekspor. Dukungan tersebut diwujudkan melalui pelatihan sertifikasi kelayakan kayu dalam program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) untuk meningkatkan daya saing produk UMKM di pasar internasional.
Dengan pendekatan menyeluruh yang mencakup efisiensi operasional, penguatan kapasitas, serta pemberdayaan ekonomi masyarakat, Pelindo Terminal Petikemas optimistis dapat berkontribusi dalam membangun sistem logistik nasional yang lebih efisien dan berdaya saing.
Di tengah perlambatan ekonomi global, ketidakpastian geopolitik, dan dinamika kebijakan internasional, Widyaswendra menilai sektor petikemas nasional tetap menunjukkan ketahanan.
“Pada 2025, pertumbuhan ekonomi dunia diproyeksikan berada di kisaran 3 persen. Namun, volume petikemas di Indonesia masih tumbuh sekitar 5 persen. Ini menjadi peluang sekaligus tantangan yang harus dijawab dengan peningkatan kinerja dan kapasitas pelabuhan nasional,” katanya.
Saat ini, SPTP menjalankan transformasi operasional di 32 terminal petikemas, serta digitalisasi dan sistemisasi di 15 terminal. Transformasi tersebut didukung penguatan aspek people, process, dan technology, termasuk penerapan perencanaan dan pengendalian berbasis operation model. Dampaknya terlihat pada peningkatan kinerja terminal, kualitas layanan, serta efisiensi waktu sandar kapal.
Selain itu, perusahaan juga menyiapkan program elektrifikasi terhadap 73 unit peralatan utama dan pendukung guna meningkatkan efisiensi energi sekaligus menurunkan emisi, sejalan dengan komitmen keberlanjutan perusahaan.
Untuk memperkuat konektivitas logistik, SPTP telah membuka 37 rute pelayaran baru, baik domestik maupun internasional. Perusahaan juga memperluas kemitraan strategis, termasuk kerja sama investasi dan operasional di Belawan New Container Terminal (BNCT) serta kolaborasi dengan berbagai mitra industri.
"Pelabuhan tidak lagi sekadar titik bongkar muat, tetapi harus berperan sebagai gateway ekspor-impor dan pusat transshipment internasional," ujarnya.
Dari sisi kinerja, hingga November 2025 arus petikemas Pelindo Group mencapai 17,95 juta TEUs atau tumbuh sekitar 5 persen secara tahunan, dengan kontribusi SPTP Group sekitar 68 persen dari total arus petikemas. Arus domestik masih mendominasi sebesar 67 persen, sementara arus internasional terus mencatatkan tren pertumbuhan positif.
Untuk mendukung pertumbuhan jangka menengah dan panjang, SPTP telah menyusun roadmap pengembangan peralatan petikemas 2026–2030, termasuk pengadaan dan optimalisasi Quay Container Crane (QCC) dan Rubber Tyred Gantry (RTG). Di sisi infrastruktur, berbagai proyek pengembangan juga dijalankan, seperti perluasan dermaga Tanjung Emas, pengembangan kawasan Tanjung Perak, serta pembangunan dan rekonfigurasi terminal di wilayah Indonesia Timur.
Dalam penutupannya, Widyaswendra menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya kegiatan media gathering yang diinisiasi Forwami serta dukungan pemberitaan yang selama ini diberikan dalam mendorong efisiensi logistik nasional. "Kami bersyukur dapat mendukung kegiatan ini dan berterima kasih atas peran Forwami dalam menyampaikan informasi yang konstruktif terkait upaya peningkatan efisiensi logistik, sejalan dengan peran dan tanggung jawab SPTP," tukas dia.
Tag: #strategi #sptp #meningkatkan #kinerja #logistik #indonesia #timur