Arah Wall Street di Ujung Tahun Bergantung pada Data Tenaga Kerja dan Inflasi
Ilustrasi Wall Street, bursa saham AS New York Stock Exchange. (UNSPLASH/DAVID VIVES)
08:32
15 Desember 2025

Arah Wall Street di Ujung Tahun Bergantung pada Data Tenaga Kerja dan Inflasi

Menjelang penutupan tahun, pasar saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street bergerak lebih hati-hati.

Investor kini menanti rilis data ketenagakerjaan dan inflasi yang tertunda, dua indikator kunci yang akan menjadi penentu arah ekonomi Negeri Paman Sam sekaligus nasib pasar hingga pergantian tahun 2025.

Mengutip Reuters, Senin (15/12/2025), kehati-hatian tercermin dari pelemahan indeks saham AS pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu.

Ilustrasi saham.SHUTTERSTOCK/THAPANA STUDIO Ilustrasi saham.

Padahal, sehari sebelumnya, indeks acuan S&P 500 sempat mencetak rekor penutupan tertinggi pada Kamis (11/12/2025).

Tekanan pasar terutama datang dari sektor teknologi berbobot besar, menyusul laporan keuangan kuartalan yang mengecewakan dari Oracle dan Broadcom.

Kedua saham ini selama 2025 menjadi motor reli pasar melalui tema kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).

Rilis data ekonomi kali ini menjadi krusial karena investor dan Federal Reserve (The Fed) bergerak dalam kondisi minim kepastian.

Shutdown  pemerintahan federal selama 43 hari sebelumnya telah menunda sejumlah laporan penting, membuat pasar kekurangan panduan dalam membaca kondisi ekonomi terkini.

Laporan ketenagakerjaan AS untuk November 2025 dijadwalkan terbit pada Selasa (16/12/2025), disusul data indeks harga konsumen (consumer price index/CPI) bulanan pada Kamis pekan ini. Kedua data tersebut menjadi tolok ukur utama arah inflasi dan kebijakan moneter ke depan.

“Selama ini ada kurangnya kejelasan bagi investor,” ujar Chief Investment Officer Plante Moran Financial Advisors, Jim Baird.

Menurutnya, pasar sejauh ini ditopang oleh kinerja laba korporasi yang solid serta ekspektasi pemangkasan suku bunga. Namun, fokus kini kembali bergeser ke kondisi fundamental ekonomi.

Ilustrasi saham. Membangun kekayaan dari pasar saham bukan soal keberuntungan. Investor sukses memiliki tujuh kebiasaan yang mereka lakukan secara konsisten dan terbukti menghasilkan dalam jangka panjang.PIXABAY/SERGEI TOKMAKOV Ilustrasi saham. Membangun kekayaan dari pasar saham bukan soal keberuntungan. Investor sukses memiliki tujuh kebiasaan yang mereka lakukan secara konsisten dan terbukti menghasilkan dalam jangka panjang.The Fed sendiri telah memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada Rabu lalu, menjadi pemangkasan ketiga secara beruntun.

Langkah ini diambil untuk menopang pasar tenaga kerja yang mulai melemah. Meski demikian, bank sentral AS memberi sinyal bahwa biaya pinjaman belum tentu kembali turun dalam waktu dekat, sembari menunggu kepastian arah data ekonomi.

“Akibat penutupan pemerintah dan jadwal rilis susulan, pada dasarnya kita akan menerima sekitar tiga bulan data ketenagakerjaan dan inflasi di antara pertemuan The Fed pada Desember dan Januari,” ucap Chief Economist Nomura untuk pasar negara maju, David Seif.

Berdasarkan jajak pendapat Reuters, jumlah nonfarm payrolls AS diperkirakan hanya bertambah sekitar 35.000 pada November 2025.

Ketua The Fed Jerome Powell sebelumnya menyebut bahwa meskipun rata-rata penambahan tenaga kerja sejak April 2025 berada di kisaran 40.000 per bulan, angka tersebut dinilai terlalu optimistis. Bahkan, bank sentral membuka kemungkinan penurunan rata-rata hingga 20.000 per bulan.

“Jika mulai muncul data ketenagakerjaan negatif, pembicaraan soal resesi akan sulit dihindari,” ujar Senior Global Macro Strategist State Street, Marvin Loh.

Di sisi lain, rilis data CPI berlangsung di tengah inflasi yang masih berada di atas target The Fed. Kondisi ini berpotensi menghambat pelonggaran moneter lanjutan jika tekanan harga belum juga mereda.

Dalam keputusan pemangkasan suku bunga terakhir, tercatat tiga pejabat The Fed menyatakan dissent, termasuk dua yang menilai suku bunga seharusnya dipertahankan.

Ekonom Morgan Stanley dalam catatan risetnya masih memperkirakan pemangkasan suku bunga lanjutan pada Januari dan April 2026.

Namun, jika pasar tenaga kerja tetap stabil, pemangkasan berikutnya kemungkinan baru dilakukan setelah inflasi benar-benar melandai.

Selain data ketenagakerjaan dan inflasi, laporan penjualan ritel yang dirilis pekan ini juga akan menjadi indikator tambahan untuk membaca laju pertumbuhan ekonomi AS.

Dari sisi korporasi, laporan kinerja kuartalan Micron Technology pada Rabu diperkirakan akan mendapat perhatian khusus di tengah volatilitas saham-saham berbasis AI.

Sepanjang 2025, indeks S&P 500 telah menguat sekitar 16 persen, memperpanjang reli pasar bullish sejak Oktober 2022 menjadi sekitar 90 persen.

Secara historis, Desember dikenal sebagai periode yang positif bagi pasar saham, dengan fenomena Santa Claus rally yang kerap mendorong penguatan harga menjelang akhir tahun.

Namun, peluang aksi ambil untung tetap membayangi. Libur akhir tahun yang biasanya diiringi penurunan volume transaksi berpotensi memperbesar volatilitas pasar.

“Secara umum, ini merupakan tahun yang sangat baik bagi aset berisiko. Namun, jika data yang keluar mengecewakan atau tidak memberi alasan kuat untuk menambah risiko, volatilitas bisa meningkat karena pasar yang lebih sepi,” kata Loh.

Tag:  #arah #wall #street #ujung #tahun #bergantung #pada #data #tenaga #kerja #inflasi

KOMENTAR