RI dan Australia Kolaborasi Dekarbonisasi Industri Menuju Net Zero Emission 2050
Wamenperin Faisol Riza didamping Presiden Direktur PT Daikin Industries Indonesia Khamhaeng Boonthavee dan jajaan direksi lannya melakukan peninjauan pabrik Daikin di Cikarang (12/12). (Istimewa).
23:36
18 Juni 2025

RI dan Australia Kolaborasi Dekarbonisasi Industri Menuju Net Zero Emission 2050

Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memperkuat komitmennya dalam mendorong transisi energi dan dekarbonisasi sektor industri sebagai bagian dari target nasional menuju Net Zero Emission (NZE) pada 2050. Dalam hal ini, Kemenperin berupaya meningkatkan sinerginya dengan Australia.

Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin) Faisol Riza mengatakan bahwa peralihan ke model industri rendah karbon tidak hanya penting untuk keberlanjutan lingkungan, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru di tengah dinamika global dan dorongan penggunaan teknologi hijau. "Bagi Indonesia, transisi energi adalah kewajiban lingkungan sekaligus peluang ekonomi," ujarnya dalam forum "5th Australia–Indonesia Energy Transition Dialogue" yang digelar di Jakarta, Selasa lalu (17/6).

Faisol mengatakan, sektor industri saat ini menyumbang 17,5 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional pada kuartal pertama 2025, dengan pertumbuhan sebesar 4,31 persen. Namun, lebih dari 40 persen konsumsi energi nasional juga berasal dari sektor ini, menjadikannya sebagai kunci dalam transformasi energi nasional.

Untuk itu, Kemenperin telah menyiapkan sejumlah langkah strategis, antara lain penerapan efisiensi energi melalui audit dan sistem manajemen energi, pengembangan Standar dan Sertifikasi Industri Hijau, penyusunan peta jalan dekarbonisasi untuk sembilan subsektor prioritas, seperti semen, pupuk, logam, kimia, otomotif, dan makanan-minuman, serta pengembangan Kawasan Industri Hijau dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia.

Faisol menegaskan, melalui forum tersebut, RI dan Australia mencoba merumuskan program yang konkret antara Indonesia dan Australia dalam membangun ekonomi hijau. Dia mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk mempercepat investasi di bidang infrastruktur hijau seperti teknologi pemanas bersih, mesin hemat energi, serta sistem manajemen karbon.

"Kita juga harus memperkuat kerja sama lintas negara untuk meningkatkan kapasitas, inovasi, dan transfer teknologi, serta mendorong kebijakan pendukung seperti insentif fiskal, mekanisme harga karbon, dan pengadaan barang dan jasa yang ramah lingkungan," urai Faisol.

Dia juga menegaskan bahwa Kemenperin terus membuka diri untuk bekerja sama dengan pemerintah Australia, sektor swasta, dan kementerian terkait guna memastikan bahwa industri nasional tidak hanya beradaptasi, tapi juga tumbuh dan bersaing dalam era energi bersih. "Mari jadikan forum ini sebagai momentum refleksi dan aksi kolektif menuju transformasi industri yang lebih tangguh dan berkelanjutan," tutupnya.

Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa menegaskan bahwa target pertumbuhan ekonomi 8 persen memerlukan pertumbuhan sektor industri yang jauh lebih tinggi, dengan kontribusi mencapai 30 persen terhadap PDB pada 2029. Namun untuk mencapainya, Indonesia harus mampu mengatasi tiga tantangan besar: proteksionisme global, krisis iklim, dan tekanan keberlanjutan pasar internasional.

Dia menambahkan bahwa industri Indonesia memerlukan gelombang investasi baru yang berkualitas dan berkelanjutan, termasuk dalam efisiensi energi, pemanfaatan limbah panas, dan pengembangan energi terbarukan. "Dekarbonisasi bukan sekadar tren, tapi keniscayaan untuk memastikan industri kita tetap relevan dan diterima di pasar global," ujar Fabby.

Editor: Estu Suryowati

Tag:  #australia #kolaborasi #dekarbonisasi #industri #menuju #zero #emission #2050

KOMENTAR