



Siapa Pemilik Wilmar Group yang Duitnya Disita Kejagung Rp 11 Triliun?
- Wilmar Group menjadi perhatian publik setelah lima anak usahanya resmi ditetapkan sebagai terdakwa dalam kasus dugaan korupsi ekspor crude palm oil (CPO) atau minyak sawit mentah.
Kejaksaan Agung (Kejagung) mengungkap telah menyita dana senilai Rp 11,8 triliun dari Wilmar Group sebagai tersangka korporasi dalam perkara tersebut. Sebanyak Rp 2 triliun uang tunai ditampilkan sebagai perwakilan dari seluruh uang yang disita oleh penyidik.
Uang pecahan Rp 100.000 ditumpuk hingga menggunung memenuhi setengah ruangan gedung Bundar Jampidsus yang baru direnovasi. Dalam kasus korupsi CPO terdakwa PT Wilmar Group dituntut untuk membayar denda sebesar Rp 1 miliar dan uang pengganti sebesar Rp 11.880.351.802.619.
Wilmar awalnya terseret kasus korupsi penerbitan persetujuan ekspor kepada eksportir seharusnya tidak mendapat izin karena tidak memenuhi syarat DMO (Domestic Market Obligation) dan DPO (Domestic Price Obligation).
Dalam perkembangannya, Majelis Hakim menyatakan perbuatan itu bukan merupakan suatu tindak pidana (ontslag van alle recht vervolging) sehingga para terdakwa dilepaskan dari tuntutan JPU.
Belakangan terungkap, saat Kejagung mengajukan kasasi atas putusan pengadilan, majelis hakim yang menangani perkara ini sebelumnya diketahui menerima suap dari Wilmar.
Pemilik Wilmar Group
Wilmar Group atau Wilmar International tercatat sebagai salah satu produsen sawit terbesar di dunia. Selain di Indonesia, perkebunan kelapa sawitnya juga berada di Malaysia.
Namun ketimbang di Indonesia, perusahaan ini memilih mencatatkan diri di Bursa Efek Singapura atau Singapore Stock Exchange (SGX). Wilmar International Ltd pernah masuk sebagai perusahaan sawit terbesar dunia pada tahun 2018.
Dikutip dari laman resmi SGX, Wilmar International Limited terdaftar di Bursa Efek Singapura sejak 20 Juli 2000. Kantor pusatnya berada di 28 Biopolis Road Wilmar International, Singapore 138568.
"Wilmar International Limited, didirikan pada tahun 1991 dan berkantor pusat di Singapura, saat ini merupakan grup agribisnis terkemuka di Asia," tulis SGX di situs resminya.
Masih menurut informasi dari SGX, Wilmar berada di antara perusahaan-perusahaan tercatat terbesar berdasarkan kapitalisasi pasar di Bursa Efek Singapura.
Sementara dilihat dari laman resmi Wilmar International, pemegang saham mayoritas Wilmar Group adalah Kuok Group dan Archer Daniels Midland Company (ADM).
Kuok Group awalnya bernama Kuok Brothers Private Limited yang didirikan pada tahun 1949 di Johor Bahru, Malaysia. Bisnis awalnya adalah perdagangan beras, gula, dan tepung terigu.
Namun kini Kuok Group menjelma menjadi perusahaan multinasional yang bisnisnya berkembang di sektor properti, hotel, logistik, media, pelayaran, dan kelapa sawit.
Dalam situs resminya disebutkan, awal terbentuknya Wilmar International bermula dari kerja sama pemilik Kuok Group Kuok Khoon Hong dengan Martua Sitorus yang berasal dari Indonesia.
Keduanya mendirikan perusahaan patungan Wilmar Trading Pte Ltd pada 1 April 1991. Kala itu modal awalnya hanya sebesar 100.000 dollar Singapura dengan 5 orang karyawan.
Titik balik perusahaan ini adalah ketika membuka perkebunan kelapa sawit di Sumatera, Indonesia. Proyek pertama perusahaan tersebut adalah pendirian PT Agra Masang Perkasa (AMP).
Perusahaan ini mengelola perkebunan kelapa sawit seluas 7.000 hektare di Sumatera Barat. Kini, Wilmar merupakan salah satu pemilik perkebunan kelapa sawit terbesar di dunia dengan operasi hulu di Indonesia, Malaysia, Uganda, Pantai Gading, Ghana, dan Nigeria.
Bisnis sawit Wilmar Group ini kemudian terus membesar. Tak hanya mengelola kebun sawit, perusahaan ini kemudian masuk ke hilir dengan mendirikan pabrik penggilingan inti sawit berkapasitas 50 MT/hari di Sumatera Utara dan kilang berkapasitas 700 MT/hari di Dumai.
Kilang yang dibangunnya di Dumai mulai beroperasi pada tahun 1993, dan terus diperluas hingga berkapasitas 2.400 MT/hari pada tahun 1995.
"Bisnis di Indonesia berkembang pesat dan kini kami menjadi penyuling minyak sawit, penggilingan inti sawit dan kopra terbesar, serta produsen lemak khusus, oleokimia, biodiesel, dan minyak kemasan konsumen di negara ini," tulis Wilmar International dalam situs resminya.
Pemilik Wilmar Group yang baru
Untuk terus mengembangkan bisnisnya, Matua Sitorus dan Kuok Group kemudian menggandeng investor besar lainnya masuk ke dalam Wilmar, yakni Archer Daniels Midland (ADM) Amerika Serikat pada 1993.
Dengan sokongan keuangan tambahan dari ADM, Wilmar International terus menambah jumlah pabriknya. Perusahaan membuka banyak pabrik baru termasuk di China, Bangladesh, Australia, dan Afrika.
Perusahaan juga merambah bisnis kepemilikan kapal tanker dengan kapasitas 6.000 metrik ton, dan kini sudah berkembang menjadi 5 kapal tanker yang bila digabung berkapasitas 2.8 juta metrik ton.
Hingga sekarang, total saham ADM adalah sebesar 20 persen di Wilmar Group. Perusahaan AS ini menjadi pemegang saham dominan bersama dengan Kuok Group.
Di Indonesia, produk minyak goreng paling terkenal dari Grup Wilmar adalah Sania dan Fortune. Kedua merek ini menguasai pasar minyak goreng kemasan sangat besar di Tanah Air.
"Grup ini memiliki lebih dari 1.000 pabrik di lebih dari 30 negara dan wilayah. Jaringan distribusi yang luas meliputi China, India, Indonesia, dan sekitar 50 negara dan wilayah lainnya," tulis Wilmar Group di laman resminya.
Tag: #siapa #pemilik #wilmar #group #yang #duitnya #disita #kejagung #triliun