



Zulhas: Tak Ada Lagi Batasan Impor Sapi Hidup
— Pemerintah resmi membuka keran impor sapi hidup tanpa batas kuota mulai 2025. Kebijakan ini berlaku untuk sapi perah maupun sapi potong.
Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan mengatakan, impor sapi hidup kini bebas dilakukan oleh importir dari negara mitra. Kebijakan ini bertujuan memenuhi kebutuhan daging dan susu nasional.
“Sekarang kita buka lebar, impor sapi yang hidup baik yang potong maupun untuk susu sekarang kan bebas, kita bebaskan, gak ada kuota-kuota lagi, gak ada,” ujar Zulkifli saat ditemui wartawan usai acara Hari Susu Nusantara 2025 di Jakarta, Minggu (15/6/2025).
Sapi potong yang diimpor akan dipelihara hingga mencapai bobot tertentu sebelum disembelih.
Sementara sapi perah akan dimanfaatkan untuk meningkatkan produksi susu. Saat ini populasi sapi perah nasional baru sekitar 546.000 ekor, dengan kontribusi produksi hanya 20 persen dari kebutuhan susu nasional.
“Jadi sapi hidup untuk dihidupkan, untuk susu sekarang bebas,” tambahnya.
Kementerian Pertanian mencatat target impor sapi hidup 2025 sebanyak 400.000 ekor. Komposisinya terbagi rata, 200.000 sapi perah dan 200.000 sapi potong.
Ketua Kelompok Fungsi Pasca Panen dan Pengolahan Hasil Peternakan Kementerian Pertanian Maria Nunik Sumartini menjelaskan, impor dilakukan untuk menambah pasokan daging dan susu.
“Kalau sapi yang bakalan itu artinya untuk dipotong, tapi kita juga impor yang sapi betina yang untuk peningkatan populasi yang 200 tadi,” kata Maria.
“Jadi kalau yang sapi bakalan itu pasti sapi jantan untuk dipotong, untuk dibesarkan biasanya 3–4 bulan baru dipotong untuk daging gitu,” lanjutnya.
Pemerintah mendorong impor sapi hidup daripada daging jadi. Hewan yang masuk nantinya akan dikembangbiakkan untuk memberi dampak ekonomi jangka panjang.
“Yang sekarang pemerintah mau itu kan kita jangan impor daging, tapi kita impor sapi sehingga ada nilai tambah untuk pendapatan di sini gitu,” ucap Maria.
Pemerintah menargetkan impor satu juta sapi perah hingga 2029. Namun hingga Juni 2025, baru sekitar 9.700 ekor yang berhasil masuk, didatangkan oleh 11 perusahaan.
Maria mengakui realisasi impor masih rendah. Pelaku usaha terkendala pembiayaan dan regulasi di negara asal. Meski begitu, ia yakin target bisa tercapai dengan dukungan swasta.